||•19 menentukan ending

110 121 0
                                    

Karena setiap kelas paling banyak hanya menyisakan setengah dari siswanya sebab mereka pada dihukum karena tak disiplin mengenakan atribut yang lengkap jadi kegiatan KBM kali ini kurang kondusif.

Banyak guru yang ikut mengsosialisasi dan membimbing adanya kegiatan razia atribut yang sangat mendadak ini.

Sebenarnya Argio sedang memikirkan sesuatu "eh Dev gue mo nanya"kata Argio sontak ketiga temannya kompak menengok ke arahnya. Padahal yang ia panggil hanya Devian

"Gue bingung dah kenapa Lo sama adek Lo kagak pernah akur dah"Argio bingung akan hal itu karna ia tak pernah merasakan menjadi seorang kakak atupun adik sebab ia yang ditakdirkan menjadi anak tunggal.

"Udah dari sononya Gi"jawab Devian asal

"Lah iya gue juga bingung Dev, kenapa Lo gengsian si orangnya"kali ini Liam yang bertanya

"Gengsian gimana maksud Lo? Gue liat si Devian mah kagak ada gengsi gengsinya tu"Arnanda memandangi teman sebangkunya itu

"Yee Lo mah... Coba dah gue tau Lo sayang banget sama adek Lo kan Dev, tapi kenapa seolah Lo ga nunjukin langsung malah bikin adek Lo sebel setau gue"jelas Argio

"Berat kalo soal itu Gi ahahah makanya Lo rasain dulu dah punya adek"Devian malah menjawabnya dengan candaan

"Srius Dev, gue penasaran nih"terang Argio

"Gimana ya Gi, gue tu orangnya susah mengutarakan gitu Lo, tau ga maksud gue?"tanya Devian pada Argio dan yang menggeleng malah Liam dan Arnanda

"Gue ga ngerti Dev"kata Arnanda

"Gini gini... Ya kalian tau gue sayang banget sama Clara, jadii gue sering jailin Clara biar kita sering ketemu sering interaksi gitu Lo, nah dengan gue sering adu mulut sama si Clara otomatis gue bisa setiap kali ngeliat dia dong"jelas Devian

"Ga mudeng gue ga mudeng"Arnanda menggelengkan kepalanya

"Ooh iya iya bahasa Lo cukup belibet si tapi bisa dicerna kok sama otak gue yang cerdas ini"Argio malah menyombongkan dirinya

"Selain cekcok senggol bacok, adu mulut gitu ada interaksi lain yang ngebuat Lo kadang terenyuh sama sifat adek Lo sendiri ga Dev?"tanya Liam

"Ya kadang kalo gue lagi senggang gue nyempetin nyamperin si Clara, nanyain ada cerita apa hari ini, gimana harinya, sekolahnya, temen-temennya gitu dah kurang lebih"terang Devian dan ketiga temannya mengangguk.

Mereka tak menyangka dibalik sifat Devian yang... Yaa begitulah bisa dibilang sedikit urak,, tapi ia termasuk cowok yang cukup perhatian dengan keluarnya terutama adik satu-satunya itu.

"Jadi secara ga langsung Lo nagih cerita ke Clara buat harinya,, gitu ga si maksudnya Dev?"ujar Argio menyimpulkan

"Hemm iya gitu dah, gue ga bisa ceritain banyak tentang Clara sekarang sorry but,next time gue ceritain ya"kata Devian dan ketiga temannya menggangguk.

Argio faham bahwa sepertinya Devian sedang menyembunyikan sesuatu, sebuah cerita yang mungkin sangat berkaitan erat dengan adiknya itu-clara.

"Gi Lo ditungguin sama adek kelas cewek di koridor depan kelas"tiba-tiba seorang teman sekelasnya menggangguk Argio dan tak mengambil banyak waktu lagi Argio langsung bergegas ke tempat yang diberitahu temannya barusan.

Dan benar saja di depan koridor kelasnya ada "Dita,, ada apa? Tumbenan Lo ke kelas gue hehe kangen ya?"sungguh kali ini tingkat ke-pd an Argio sedang meningkat drastis

"Apaan si kak Gio"sepertinya ada yang salting hingga membuang arah pandangnya ke arah lapangan sekolah

"Kak kata Bu Widya disuruh ke perpus"jelas Deandita langsung to the poin

"Ooh gitu, yuuk"Argio dan Deandita berjalan beriringan menuju perpus.

Tanpa Argio sadari Dita tengah memperhatikannya dari atas sampai bawah dah pandangannya tertuju pada dasi yang dikenakan oleh Argio dengan rapih di kerah bajunya

"Kak, makasih ya udah minjemin dasinya tadi"kata Deandita dengan memegang gasi yang dipakainya

"Iya sama-sama Dita"jawab Argio tulus

"Kak gio ada dasi dua?"sedari tadi Dita ingin menanyakan hal itu

"Ooh ini dasinya Arnanda, dia yang bawa dua"jelas Argio dan diangguki Dita 

Sesampainya di perpustakaan ternyata mereka berdua sudah ditunggu oleh Bu Widya.

"Dita, giamana? Sudah selesai?"tanya Bu Widya kepada Deandita. Argio sendiri kurang tau topik pembasahan apa yang sedang mereka berdua bicarakan

"Belum Bu, sebentar lagi hanya saja Dita bingung mau bikin endingnya bagaimana"kata Deandita kemudian memberikan flashdisk kepada Bu Widya yang langsung ia pasang ke laptopnya

"Jadi gini Gio, kamu tau kenapa saya manggil kamu juga?"tanya Bu Widya dan tentu saja Argio menggeleng

"Jadi Dita ini lagi mengikuti lomba menulis, yaa itung-itung mulai latihan menjadi penulis produktif yang sesungguhnya la"terang Bu Widya dan Argio menyimaknya dengan seksama

"Berhubung kamu juga sudah lumayan sedikit banyaknya hal yang kamu tau tentang progres ini, ibu harap kamu bisa membantu Deandita menyelesaikan ini ya"lanjut Bu Widya

"Maaf Bu sebelumnya, Argio kurang faham dengan penjelasannya ibu"kata Argio sopan

"Singkat kata begini gi, Dita kan sudah mulai nulis dan ini tinggal endingnya tapi dia bingung, jadi ibu ngambil keputusan gimana kalo kamu-argio ngebantu Dita buat merampungkan cerita ini"penjelasan dari Bu Widya kali ini membuat Argio faham.

"Jadi yang nentuin mau happy ending atau sad ending cerita ini kak gio, gitu ya Bu?"tanya Dita

"Naah iya, gimana Dita? Toh kamu sudah membuat alurnya hanya saja tinggal bagian endingnya saja yang belum dan kamu bisa membantu Argio, yaa saling membantu untuk menentukan bagaimana ending dari cerita yang udah kamu buat ini"Bu Widya kemudian memberikan flashdisk hello Kitty itu kepada Deandita

"Kita masih ada waktu satu bulan untuk nyelesaiin ini,, ibu harap kalian kerja sama ya"setelah mengucapkan itu Bu Widya meninggalkan mereka berdua.

Sungguh pelipis Argio kini dialiri keringat dingin. Ia belum pernah menulis cerita seperti ini sebelumnya dan tiba-tiba ia di pasrahkan untuk menentukan ending dari sebuah cerita yang dibuat oleh Deandita




________________________________

Next...

ARGIO ||•ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang