Gadis berkulit putih cerah itu menggenggam gagang pintu sambil memperhatikan pria yang sedang tidur membelakanginya di atas ranjang. Sejak selesai mandi dari sumber mata air panas bersama pasukan lain, sepertinya mood Arthur berubah drastis.
"Ada yang menjahilimu? Benedict? Pasukan lain?" Luna menyandarkan kepalanya pada kusen pintu. Memperhatikan Arthur yang masih tak bergeming.
Diabaikan?
Ini memang baru hari kedua Arthur tinggal dengannya. Tapi baru kali ini dia diabaikan sampai seperti itu. Sebelumnya, Arthur akan langsung cerewet jika dia marah atau kesal.
"Hmmm.... Pasti ada yang nakal padamu, kan? Katakan padaku... Siapa??? Setelah ini aku datang dan menghajarnya!" Luna berbicara dengan nada seolah-olah sedang menghadapi balita yang menangis.
"Berisik! Aku bukan bayi!"
Dan Arthur kembali bersuara.
"Aaahhh... Kau suka diperlakukan manis, ya? Baiklah... Lain kali aku akan bersikap begitu."
"Berisik!"
Gadis itu tertawa kecil. Lalu menghela nafas dengan senyuman di wajahnya. Ia terlihat begitu menikmati waktunya saat membercandai Arthur.
"Daging rusa yang kau mau sudah matang. Aku hanya sempat membakarnya karena minyak di rumah ini sudah menipis... Jadi..."
"Makan saja sendiri!"
"Sudah kubilang aku lebih suka kijang. Aku akan memakan bagianku sendiri..."
"..."
Lagi, pria itu kembali diam. Bahkan kini menarik selimut hingga menutupi sebatas telinganya.
"Apa gunanya selimut kalau kakimu saja tidak tertutup?" Gumam Luna saat melihat kaki Arthur yang telanjang.
"Aarrght! Berisik!"
"Aku masih punya serai dan jeruk nipis... Ibunya Uka menyukai aroma itu. Besok aku akan tukarkan dengan selimut yang lebih besar..."
"Tidak butuh!"
"Ooookeeeyyy..." Gadis itu melipat kedua tangannya di depan dada. Memandang punggung Arthur dengan bibirnya yang mengerucut.
Luna kemudian menghela nafas panjang.
Lagi-lagi ia terjebak di tengah kesunyian di antara mereka. Ia menggaruk belakang kepalanya dengan bingung. Lalu menghela nafas berat.
"Sebentar lagi musim dingin... Kau yakin tidak perlu menukarnya? Hey, aku akan mengikuti maumu... Tentu saja aku tidak akan memberikan selimut pribadiku padamu... Jadi--"
"Aaahhh!!! Berisik!" Arthur mendudukkan dirinya. Menghadap pada Luna yang masih bersandar pada kusen pintu.
"Daging rusa bakar, dengan saus pedas manis dan sedikit lada. Kau tak mau?"
"Saus..." Wajah pria itu melunak sedikit demi sedikit.
"Kebetulan Benedict suka dengan masakanku, apalagi daging. Jadi kalau kau tetap tak mau... Dia pasti mau menampungnya."
"Aku tidak bilang kau boleh memberikannya pada orang lain!" Pria itu melangkah keluar dari kamarnya. Menuruni tangga menuju ke dapur.
Luna hanya bisa tersenyum saat melihat pria itu sudah bergegas meninggalkan kamarnya. Dan ia mengikutinya.
Beberapa saat, keduanya hanyut menikmati makanan mereka.
"Tentang selimut..."
"Uhm?" Gadis itu menengadah. Memandang pria di hadapannya.
![](https://img.wattpad.com/cover/266810645-288-k78892.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
My Empress | CIX
FanfictionCover image : @all_need_is (twt) Ada satu suku di negeri Ecestarias dimana tak ada satu orangpun yang buruk rupa di antara mereka. Terkenal dengan kulit putih pucat kemerahan dan juga rambut pirangnya. Semakin terang warna rambut dan semakin cerah k...