21 •• Sire ••

15 10 0
                                    

Suku Sire. Sudah ratusan tahun lamanya hingga mereka benar-benar dinyatakan lenyap. Benar-benar lenyap dari muka bumi.

Suku berambut perak yang diyakini merupakan keturunan lama sekaligus keluarga raja negeri Ecestarias. Ras yang haus darah, kasar, kanibal, juga berambut perak dan juga dengan satu penyakit alami mereka. Penyakit jantung. Tak terkecuali sang raja.

Ecestarias beberapa ribu tahun yang lalu  pernah dinyatakan sebagai negara paling berbahaya di dunia sampai satupun pasar tak ada di negeri itu. Mereka sibuk bersembunyi dari raja mereka. Keluar perbatasan negara pun tak bisa karena penjagaannya yang benar-benar ketat. Dan justru terlihat seperti menyerahkan daging segar pada sekelompok serigala kelaparan.

Hingga pada suatu saat, sang raja jatuh cinta pada seorang wanita berambut pirang dan berwajah cantik hingga diisukan menjadi gadis paling cantik di negaranya saat itu. Namun, saat mereka menikah, bayi yang dilahirkan sang ratu tak ada satupun yang berambut pirang, tak satupun berambut perak. Hanya hitam dan cokelat saja rambut putra-putri mereka.

Mereka para ras Sire yang bersumbu pendek. Dan karena hal itu, sang raja murka. Pada akhirnya wanita itu dipenggal tepat di depan matanya. Ia sama sekali tak memberikan ampunan pada istrinya yang ia cintai.

Namun, tanpa sepengetahuan raja. Istrinya yang mati dengan kepala terpenggal diatas tanah itu adalah gadis dengan rambut paling cerah diantara para rambut pirang lainnya. Raja tak tau, jika darah orang berambut paling cerah ditengah-tengah penduduk rambut pirang sangat berpengaruh pada mereka. Dan memicu kebencian besar terhadap seluruh ras mereka.

Pada hari itu, hari dimana sang permaisuri mati juga adalah hari dimana kepunahan para penduduk berambut perak yang bengis. Seluruh penduduk berambut perak yang diyakini warga Ecestarias telah membunuh bahkan memakan keluarga mereka tepat di depan mata. Dihabisi oleh orang-orang berambut pirang. Mereka memenggal kepala orang-orang rambut perak hanya dengan sekali tebasan pisau kecil di tangan mereka.

Kerajaan digulingkan, dan kepemimpinan diganti menjadi orang berambut normal. Cokelat atau hitam.

Namun karena warna rambut pirang dan perak adalah warna yang sulit dibedakan penduduk, mereka para keturunan permaisuri harus menerima kenyataan pahit dimana mereka juga dimusuhi dan bahkan harus diperjualbelikan sebagai peliharaan yang menjaga kediaman sampai diperlakukan seperti ternak yang harus mengandung dan melahirkan anak-anak mereka.

Hingga kini, dan keturunan permaisuri harus menyingkir jauh ke dalam hutan. Mengasingkan diri.

Setiap kali ada yang menemukan mereka, kaum yang sudah terbentuk menjadi suku itu akan berpindah. Mereka tak bisa menolong sanak keluarga mereka sendiri setelah tertangkap. Dan hal itulah yang membuat jumlah mereka semakin berkurang.

Terus menerus. Mencari tempat bermukim yang aman untuk mereka. Terus terdorong ke arah perbatasan timur laut negara. Hingga hukum tentang kesatria putih diturunkan. Tentang perintah melindungi dan larangan berpihak bagi mereka ada. Melalui banyak hal. Dimulai dari bagaimana kacaunya suku saat salah satu dari mereka jatuh cinta dengan salah satu penduduk, hingga hampir terpicunya perang saudara ditengah mereka karena hal sepele.

Semua yang pernah terjadi, mendasari tersusunnya hukum yang mengatur para kesatria berambut terang itu. Dan penduduk merasa puas dengan hukum bengkok itu.

Setiap hari, setiap saat, setiap kelahiran seorang anak. Cerita kelam dengan tragedi berdarah itu selalu diceritakan kembali untuk mengenang pengorbanan sang ratu. Untuk mengingat-ingat bagaimana kejahatan suku kanibal itu di masa lalu.

Tanpa mereka sadari, tindakan itu menjadi doktrin yang membuat para emperian ketakutan, muntah hingga pingsan saat mendengar nama paduka raja itu di sebutkan.

My Empress | CIXTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang