27. In Black and White

498 87 45
                                    

Kim Taehyung mengingat percintaan terakhirnya dengan Son Wendy.

Meskipun ruang arsip bukan lokasi tepat untuk meluruskan aktivitas itu, bosnya tidak memprotes seolah dia hanya menikmati apa pun yang mereka lakukan. Dan benar kata orang-orang, jangan sekali-sekali melakukan hubungan semacam itu di tempat umum. Selain keleluasaan terbatas karena minimnya ruang dan jarak, telinganya juga kurang dimanjakan oleh erangan-erangan yang keluar mengingat bosnya lebih banyak mencium bibirnya dan meredam segalanya di dalam.

"Semenjak kehadiran wanita itu di divisi kita, kau seperti kejatuhan durian runtuh," komentar Eric ketika melewati kubikal Taehyung pasca melaporkan rincian anggaran pada Park Seo Joon. Eric mengambil tempat di sebelah Taehyung dan mengamati rekan sedivisinya yang sedari tadi hanya menatap sketsa bangunan, yang sepertinya akan menjadi project teranyar pemuda itu. "Son Wendy menyetir kewarasanmu, kayaknya."

"Aku hanya menyukai hasil renovasi ruangan kita."

"Kau mengajaknya touring di ruang arsip makanya kalian selesai lama sekali?" Kejar Eric yang mulai memasang mode siap bertempur. Rekannya ini memang gemar mendengarkan berbagai berita, dan cerita tentang wanita yang berada pada rantai makanan teratas Seoul Business Center selalu menjadi hidangan favourite.

"Kami hanya menanyakan kabar dan bernostalgia untuk sesuatu yang tidak perlu," jawab Taehyung kasual sembari menyalakan komputer dan membuka sebuah sistem. "Ini daftar pengunjung pada hari di mana Son Wendy berkunjung? Luar biasa, Eric. Kita harus bersiap menyambut visitor lebih banyak melihat angkanya melonjak drastis."

"Yeah, dan sebagian besar dari mereka hanya ingin mengetahui hasil renovasimu. Ini sebuah pencapaian besar, kawan. Setelah puluhan tahun divisi kita kering kerontang tak ada bunga. Bahkan Wendy sampai repot menyempatkan dirinya. Kredibilitasmu sangat teruji, Kim Taehyung."

Taehyung hanya mengulas senyum mendengar pujian tulus Eric dan kembali memeriksa sistem yang dikelolanya.

"Hari ini teknisi akan bekerja memasang CCTV di Ruang Arsip. Terutama di bagian-bagian yang penting. Mereka akhirnya menyadari kalau arsip memiliki peranan besar antara hidup dan mati. Jika sampai hilang, tamatlah riwayat mereka."

"Ya, kita selalu membutuhkan hitam di atas putih untuk penegasan hal-hal," balas pemuda dua puluh dua tahun itu seadanya sambil mengetikan sesuatu pada komputer pentium lawas yang masih sangat tertinggal dari perkembangan teknologi masa kini. "Kita semua berhak mendapatkan penghargaan itu."

"Hitam di atas putih. Bagaimana menurutmu jika minggu depan aku memberikan hitam di atas putih pada teman wanitaku atas usahanya mengandung benih cintaku?"

"Maksudmu?"

"Temanku hamil dan aku akan mengajaknya hidup bersama. Tentu saja mendaftarkan pernikahan kita, kau tahu. Membuatnya secara legal menjadi tanggung jawab dan hak sepenuhku."

"Wah, Eric. Aku turut berbahagia mendengar berita ini." Taehyung dengan tanggap menyalami Eric berikut salaman persahabatan ala laki-laki dan tubrukan kedua bahu. "Kau harus memberi tahu bos kita. Siapa tahu dia bersedia menjadi sponsor."

"Kau benar, aku akan memaksa Seo Joon menjadi sponsor utama pernikahanku. Hahaha."

Eric tertawa terpingkal-pingkal sementara Taehyung memikirkan kejadian ini. Berapa kali ia berhubungan tanpa menggunakan pengaman dengan bosnya? Kemarin adalah kali kedua ia lolos. Mungkinkah ada kesempatan kalau bosnya sedang mengandung benihnya dan.. membuatnya berani mengambil langkah jantan seperti Eric?

Hitam di atas putih.

Son Wendy tidak pernah memintanya. Atau setidaknya, belum. Sekalipun hubungan semacam ini akan berdampak buruk dan lebih banyak membuat pihak wanita menderita. Bosnya tidak pernah menyodorkan kontrak perjanjian apa pun sebagai garansi atas kemungkinan terburuk yang bisa terjadi. Tetapi memangnya, kemungkinan terburuk apa yang bisa terjadi?

drunken love [wenv]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang