20. What's the thing?

825 128 28
                                    

Wendy dan Taehyung sudah berkendara selama sepuluh menit dan tidak ada yang menyampaikan apa pun. Si wanita sibuk memeriksa layar tabletnya, sementara Taehyung menyetir berhati-hati barangkali jalanan menjadi licin meskipun keadaan cukup aman dan kondusif jika ia memacu mobil dalam kecepatan tinggi.

Wendy hanya bergerak menyalakan pemanas, sementara matanya kembali lagi menghadapi diagram dan grafik yang menunjukan prosentase pekerjaannya. Hal itu rupaya membuat Taehyung gerah sehingga melonggarkan kemejanya dan pemuda itu mencari cara supaya mereka terbebas dari kesunyian yang membelit ini.

"Jadi, hal menarik apa dari Barcelona sehingga kalian memboyong Seoul Business Center ke sana?"

Sejenak Taehyung memperhatikan Wendy yang pada akhirnya mengalihkan perhatian dari kegiatannya dan menatap jalan raya sambil berpikir. "Barcelona adalah kota dengan pelabuhan perdagangan tersibuk kedua di Eropa, dan kau masih menanyakan hal itu?"

"Hanya ingin tahu." Taehyung mengerdikan bahunya acuh. Tangannya memutar kemudi secara taktis dan mereka berbelok di persimpangan. "Kenapa tidak sekalian pergi ke kota pelabuhan tersibuk nomor satunya kalau titel perdagangan itu terlalu esensial bagi kalian?"

"Kau tidak pernah mendengar kalimat; jika ingin mencapai puncak, kau harus melangkah dari bagian terendah ke bagian yang paling tinggi?" Balas Wendy tanpa keraguan sedikit pun. Ia memiringkan kepala, berusaha menyampaikan pendapat logis terbaiknya kepada anak magang yang terlihat skeptis-tidak peduli sementara besok adalah acara besar yang sudah ditunggu-tunggu sejuta umat dan tidak akan mungkin mereka mengganti lokasi hanya karena Taehyung mengatakan demikian.

Wendy menatap mantan murid bimbingannya dengan pandangan menilai. Sialan, lelaki itu terlihat panas dengan kondisi setengah lembab seperti ini dan hal tersebut telah berhasil membuat kewarasannya tercongkel hingga ia gelisah sendiri. Ia memalingkan wajah secepat yang ia bisa sebelum pemuda itu menangkap basah.

Apa yang sudah aku pikirkan?

"Aku tidak pernah mendengar apa pun jika itu berkaitan denganmu dan manager marketing yang terlihat antusias mendorong kami semua ke sebuah kota berpelabuhan di Spanyol, yang bahkan kami tidak pernah mendengarnya sama sekali kecuali 'quelcom més que un club de futbol' yang barangkali diketahui oleh sebagian besar anak laki-laki."

Wendy mematikan tabletnya dan membalas ucapan sinis Taehyung dengan nada yang sangat jauh dari kata gusar. Ia harus menunjukan bahwa dirinya sangat terkendali meskipun kewarasannya sedang di acak-acak secara masif. "Kau mau menyampaikan terimakasih karena aku dan Jaehyung berhasil membawa kalian ke kandang tim sepak bola kesukaan kalian? Barca. Apakah aku salah mengejanya?"

"Aku lebih suka Madrid dari pada Barca, sebenarnya. Dan tidak. Aku tidak sedang berterimakasih atas sesuatu yang mungkin telah kalian rencanakan sementara kami semua tidak mengetahui apa-apa."

"Kau berpikir Jaehyung dan aku memiliki maksud tertentu tentang Barcelona, makanya kau tidak mendaftar pada kegiatan ini?"

"Aku ditugaskan memeriksa jalannya proses renovasi dan hanya bertanggung jawab terhadap apa yang ditugaskan kepadaku. Bagian mana yang keliru soal itu?"

"Apa yang telah Seo Joon sampaikan kepadamu sehingga kau bersikap seperti ini?"

"Kau sekarang menyesal karena kau tidak bisa memerintahku lagi dan malah menyalahkan tutor bimbinganku yang baru?"

"Bukan seperti itu.. pinggirkan dulu mobilnya dan mari kita bicara. Aku tidak ingin bertengkar dalam keadaan seperti ini."

Sebenarnya, mereka tidak bertengkar. Bukankah adu argumen sangat biasa bagi mereka? Tetapi baiklah, Taehyung mengalah dan menepikan kendaraan mereka di pinggir jalan, memperhatikan mantan tutornya yang telah memandangnya seolah tidak percaya dengan siapa yang sedang di hadapinya sekarang. Kenapa? Apakah terdapat pernyataannya yang salah tentang apa yang daritadi ia sampaikan?

Taehyung hanya menyampaikan apa pun yang ia dengar, dan ia tidak mencoba mencampurkan sentimen-sentimen lain yang membuat kata-katanya terdengar tidak rasional dan tak masuk akal. Ia cukup netral dalam menyampaikan pendapat, dan Wendy sepertinya tidak melihat bagian itu.

"Jadi, apa saja yang kau dengar soal outing dan hal lain tentang agenda ini dari tutormu?" Wendy membuka mulutnya setelah menahan emosi cukup lama sejak Kim Taehyung menunjukan gejala sinisme terhadap Barcelona dan seluruh agenda yang sudah dirancang Divisi Human Resource jauh-jauh hari.

"Tidak banyak," hanya bagian di mana wanita itu terkilir dan Jaehyung menggendongnya, serta tajuk pergantian tiket di mana sikap sang manager marketing menurutnya sangat konyol dan terlalu ceroboh dengan mengancam keselamatan perusahaan. Ketika pesawat mengalami kecelakaan di udara, mereka akan kehilangan dua pemimpin sekaligus. Dan itu sangat merugikan. "Dia mendesakku untuk ikut dan aku mengatakan sedikit sibuk."

"Kau berniat mengajak temanmu yang bernama Sihyeon dan memintanya menemanimu menghabiskan waktu sementara kau mengerjakan tugasmu di Divisi Arsip dan Perlengkapan?"

"Aku belum memikirkan hal itu, tetapi sepertinya ide itu lumayan menarik."

Wendy menghela nafas berat sambil meremas tas tangannya dengan erat. "Apa paspormu masih berlaku? Pesawatmu akan take off pukul delapan, kau punya waktu untuk memikirkan tawaran ini sebelum kami benar-benar meninggalkanmu sendirian."

"Aku tidak akan datang."

"Aku tidak merencanakan apa pun dengan Jaehyung dan kami tidak memiliki motif lain di sana, jika itu yang membuatmu mundur selama ini. Aku hanya ingin memberi makan merpati di pelabuhan dan tidak mengurusi bisnis, tetapi aku terbuka untuk sebuah ajakan makan malam dengan lilin, jika bertemu dengan pria bule yang menawan hati. Bawa tux-mu. Kita mungkin akan berpesta di hari terakhir."

Yang mana, kata-kata wanita itu lebih terdengar seperti perintah daripada ajakan pergi. Ayolah, apakah Wendy berpikir dirinya akan mudah dibujuk dengan cara seperti itu? Dan makan malam dengan lilin? Seperti Korea tidak menyediakan tempat seperti itu saja sampai dia harus melakukannya di Barcelona.

"Kau bisa menggambar bangunan di sana. Sebagai referensimu jika suatu saat kau mendapatkan permintaan hunian bergaya Spanyol dengan dek-dek dermaga yang mungkin menjadi komponen pentingnya."

Pemuda ini sedari tadi hanya mengangkat alisnya, menyerap setiap kalimat yang meluncur dari mulut sang mantan tutor. Ia memang selalu mendengarkan ketika Wendy berbicara, tetapi sesungguhnya ia menunggu wanita itu mengatakan sesuatu yang ingin ia dengar.

Atau, wanita itu kan bisa langsung to the point kalau dirinya menginginkan Taehyung pergi?

"Cepat nyalakan mobilnya dan antarkan aku pulang. Bawa mobil ini ke apartemenmu, dan jemput kembali pukul tujuh. Aku tak ingin ketinggalan pesawat dan menyia-nyiakan uang perusahaan, lalu.."

Saat kesempatan itu datang, Taehyung segera bergerak menarik wajah Wendy dan mempertemukan bibir mereka berdua. Wendy mungkin akan memprotes setelah ini, tetapi ia tak memiliki pilihan lain. Sejak kehadiran wanita itu di elevator dengan kondisi fisik yang terlihat jauh lebih berisi dari biasanya, rasanya dia telah mengaktifkan sesuatu yang siap lepas landas di dalam diri Taehyung. Ia tidak tahu apa yang sedang terjadi, tetapi Wendy benar-benar membuatnya kelimpungan.

Dan pada akhirnya, ketika rintik hujan tidak lagi terdengar dan embunnya urun menghalangi kaca depan mercedes benz sang wanita, Taehyung dengan terpaksa mengakhiri sesi ciuman mereka setelah merasa mendapat dorongan di bagian torso.

Wendy menghirup nafas liar seraya merapikan rambutnya yang tidak sengaja dikacaukan oleh Taehyung. Wanita itu menatapnya dengan tajam seolah-olah menuntut sebuah pertanggung jawaban.

"Untuk apa yang barusan itu?" Tanya Wendy dengan nada setengah histeris.

Taehyung memegang kemudi kembali dan menatap wanita yang sampai saat ini masih ia anggap berkuasa di atas tempat tidurnya. "Tentu saja untuk membuat dirimu diam." 

Tak lelahkah dia memerintah sepanjang waktu?

"Pastikan kau membawa bikini seksimu, bos. Siapa tau kita bisa berkendara ke Costa Brava dan menikmati pemandangan alam murni berupa hidden beach-nya Barcelona." Pemuda itu segera menambahkan kata-katanya sebelum tangan Wendy sempat menggapai pinggangnya. "Aku akan menjemputmu setengah tujuh."

drunken love [wenv]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang