Belakangan Taehyung berpikir ancaman 'jangan tabrakan mobilku ke trotoar' diucapkan karena mobil itu belum sempat didaftarkan asuransi. Namun manusia mana yang akan membiarkan mobil secanggih ini lecet tanpa dampingan pihak asuransi? Sementara melihat bagian-bagian tersembunyi dari tubuh sang tutor dengan sangat dekat dan jelas saja, bahkan sudah seminggu ini Taehyung leluasa melakukan apa saja terhadap itu, rasanya bosnya tidak akan tinggal diam membiarkan aset seluar biasa itu terlantar tanpa pengamanan yang pantas.
Kemarin ia mengantar bosnya ke tempat spa akhir pekan dan menjemput kembali dalam dua jam. Selama Wendy sedang mendapatkan perawatan pada tubuhnya, Taehyung pergi sebentar mencari bahan market dan bertemu salah satu teman kampusnya. Obrolan singkat terjadi hingga dia mampir dan menghabiskan waktu di kafe terdekat sebelum menjemput Wendy. Ketika Wendy menelefon agar supaya Taehyung tiba dalam lima belas menit, ia segera mengakhiri diskusi tentang suasana kampus terakhir dan berkata akan mampir seminggu sekali.
Mereka berpisah. Seiring dengan Taehyung yang memacu mercedes benz milik Wendy, rekannya mengucapkan rasa takjub melihat Taehyung mengendarai mobil itu sementara Taehyung hanya bisa terkekeh sambil berkata bahwa mobil ini bukan miliknya.
Taehyung menemukan Wendy sudah siap di tempat terakhir mereka berpisah dan tanpa membuang waktu lagi, mereka segera menuju salah satu restoran cepat saji yang menyediakan jasa take away sebelum kembali ke apartemen Taehyung. Makan malam berlangsung menyenangkan dengan segelas wine yang Wendy beli di departemen store tiga hari lalu. Tidak perlu memabukkan diri untuk membuat kejadian itu terulang kembali. Mereka secara sadar melakukannya atas dasar keputusan bersama. Pagi harinya Wendy kembali ke kantor menggunakan MRT.
Akhir pekannya berjalan sangat baik sampai Taehyung melihat kafetaria begitu ramai dipenuhi wajah-wajah senior dengan koper besar di sebelah meja. Bisik-bisik mengatakan kalau mereka adalah marketing pro-nya Seoul Business Center yang baru kembali dari perjalanan bisnis. Dan Taehyung pun hanya mengangkat bahu tidak tertarik sambil mengisi nampan makan siangnya dengan sup abalone dan irisan teriyaki sampai keributan menyita seluruh perhatian individu di kafetaria.
Itu tutornya dan pria yang belum pernah Taehyung lihat sebelumnya.
Dua orang itu saling berdebat hingga Taehyung berpikir bosnya akan murka dan menghabisi si pria langsung di tempat. Tetapi Taehyung tidak pernah melihat bosnya tampak setidak-berdaya ini di kantor, meskipun Wendy kerap menunjukan wajah itu ketika berada di kamar tidurnya.
Wanita itu meninggalkan kafetaria lepas dikalahkan oleh si marketing di hadapan semua pihak, dan persetan dengan makan siang penggugah selera, Taehyung menaruh kembali nampan itu dan bergegas menaiki elevator ke lantai dua puluh delapan.
Taehyung tidak tahu persis apa yang ia lakukan, tapi sepertinya dia akan mengecek keadaan wanita itu sebelum benar-benar kembali melanjutkan pekerjaannya.
"Duduklah," kata Wendy akhirnya setelah menyadari cukup lama Taehyung berdiri tanpa melakukan apa-apa di ruangan itu. Laptop dengan logo apple itu menyala sementara di meja tutornya bertebaran berkas yang harus diperiksa dan ditanda-tangani. "Bagaimana pekerjaanmu?"
"Hari ini aku berniat meloloskan proposal Divisi Pengembangan IT. Divisi mereka belum mengklaim anggarannya bulan ini dan kulihat kebutuhan mereka juga layak untuk difasilitasi supaya sistem yang ada di SBC terhindar dari virus dan peretasan. Bagaimana menurutmu?"
"Itu bagus," gumam Wendy belum juga melepaskan pandangannya dari tabel neraca yang mungkin terpampang di sana. "Tapi aku harus tetap menilai hasil analisamu dulu."
"Bukankah itu tidak adil?" tanya Taehyung menahan nafas.
"Apanya?" Wendy menoleh.
"Pekerjaanmu? Dan permintaan yang manager marketing inginkan." Tutornya bergeming tidak mengatakan apapun seolah meminta Taehyung memberikan penjelasan lanjutan. "Kau pasti akan mendahulukan proposal marketing tidak peduli aku memberikan analisa sebagus apapun pada divisi pengembangan IT."
"Pendapatmu sangat jujur sekali," balas Wendy lembut tanpa menunjukan gelagat sarkas.
"Justru itu masalahnya," Taehyung mendesah frustasi. Ia menatap bosnya dengan raut tidak percaya. "Kenapa kau meloloskan proposal mereka? Bukannya satu minggu lalu kau bilang situasi keuangan kantor sedang krisis?"
Mendengar pertanyaan Taehyung membuat Wendy menjeda pekerjaannya lagi. Taehyung sungguh tidak mengerti apa yang terjadi dengan tutornya sehingga dia mempertaruhkan neraca sialannya untuk divisi marketing yang entah akan sukses mengejar target atau tidak. Meskipun, siapa sih yang meragukan kemampuan Park Jaehyung yang orang-orang katakan sebagai marketing kawakan Seoul Business Center?
Dari tempatnya duduk dan menyibukan diri, Wendy menatapnya dengan pandangan tenang seolah tidak terganggu dengan ucapan yang Taehyung katakan. Wendy mungkin berpikir bahwa Taehyung hanya sedang bosan dan kurang memperoleh hiburan yang layak. Sementara si mahasiswa tingkat akhir mengambil tempat di sini untuk memperingatkan bahwa hal tersebut terlalu beresiko jika teruskan lebih lanjut. Tidak bisakah tutornya mengerti?
Mendapati si wanita stres dan berakhir melakukan percintaan panjang semalam penuh adalah hal yang cukup menggembirakan bagi Taehyung, namun kalau esok harinya wanita itu babak belur dan bukannya kembali bugar seperti semula, bukankah tindakan itu sangat riskan?
"Jam berapa kau tiba di kantor hari ini?" tanya Wendy yang sepertinya berusaha mengalihkan pembicaraan. Taehyung menghela nafas lelah, tidak ingin membicarakan hal lain lagi.
"Jam delapan kurang, mobilmu cukup bandel untuk dibawa ngebut, dan kau belum menjawab pertanyaanku."
Seharusnya atasannya tahu kalau Taehyung bukanlah tipikal manusia yang akan menutup mulutnya ketika Wendy menyuruhnya demikian. Kenyataan bahwa satu minggu ini dia yang lebih banyak dibungkam secara paksa oleh Taehyung membuat segalanya terlihat lucu sekarang.
"Jawaban apa yang mau kau dengar, Kim Taehyung?"
"Alasanmu menyetujui proposal divisi marketing. Divisi mereka baru saja mengambil bagiannya tiga hari lalu."
"Apa pedulimu soal itu?"
"Jelas aku peduli, aku sedang bekerja di perusahaan ini dan aku tidak ingin sesuatu yang buruk terjadi."
"Personal worries?"
"Semacam.."
"Perusahaan ini akan baik-baik saja, aku bisa menjamin. Kalau kau takut akreditasimu runtuh karena magang di tempat yang kurang kredibel, aku bisa membuatnya kembali baik seperti semula," ujar Wendy manis sambil tersenyum meyakinkan.
"Baiklah, terserah kau," kata Taehyung akhirnya. Well, dia memang tidak akan pernah berhasil melawan Wendy di tempat ini. Persetan dengan status tutor dan murid bimbingan yang mereka emban. Ia segera meletakan kunci mobil yang selalu disimpan olehnya dan berlalu menuju pintu. "Aku pergi."
"Aku akan menemuimu nanti malam," kata Wendy sebelum pemuda itu keluar dari ruangan.
Taehyung tidak menjawab dan meninggalkan wanita itu untuk melanjutkan apapun pekerjaan sialannya. Bosnya memang wanita paling keras kepala yang pernah Taehyung temui dan dia tidak pernah berharap supaya bisa menaklukan wanita itu seperti yang setengah jam lalu Jaehyung lakukan padanya.
Ketika Taehyung baru akan memasuki elevator untuk kembali ke kubikalnya, Bae Irene melesat keluar dengan mimik tak bersahabat. Rekan dekat tutornya itu bahkan tidak sempat menyapa Taehyung dan segera berlalu menuju ruangan yang tadi Taehyung masuki.
Taehyung mengangkat bahu acuh berusaha tidak peduli. Dia sudah mengutarakan semua pendapatnya, dan kalau ternyata Wendy menolak saran yang diberikan, dia tidak bisa melakukan apapun lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
drunken love [wenv]
FanfictionSon Wendy, seorang manajer di salah satu perusahaan perdagangan yang ada di Korea. Sudah tujuh tahun menyukai Park Jaehyung, sahabat karibnya yang berprofesi sebagai marketing di perusahaan yang sama. Keduanya tidak memiliki kesempatan untuk mengung...