A week ago.
"Bos?"
Suara husky murid bimbingannya membuat Wendy menoleh membagi perhatian. Waktu berjalan cepat semenjak kendali mobil berada di tangan Taehyung. Iming-iming duduk di kursi penumpang sambil bersantai ria tampaknya membuat wanita itu terbuai sampai banyak hal terabaikan. Cahaya analog yang menyala di atas dashbord menunjukan angka delapan, dan itu artinya, sudah dua jam Taehyung berkeliling mengemudikan mobilnya.
"Apa tidak sebaiknya kita batalkan dan mengganti di lain waktu?" Usul pemuda itu usai keluar dari outlet pengisian bahan bakar. Mereka sudah berkendara tanpa arah selama dua jam dan bukankah sebaiknya pulang saja?
"Kau yang merengek agar tahu makna pasar secepatnya."
"Tapi kau tidak mengatakan akan pergi kemana dan sejujurnya tidak berada dalam kondisi bagus untuk menjelaskan," tutur si anak terus mengerling ke arah Wendy yang sejak tadi sibuk memijat pelipis. Seberat itukah pekerjaannya?
"Aku kewalahan menghadapi krisis ekonomi."
Well, Taehyung tidak bertanya tetapi Wendy menjelaskan. Mungkin itu alasannya mengapa sang tutor terlihat begitu lelah meskipun di kantor dia selalu memasang tampang bugar seolah siap menghabisi siapa saja.
Semenjak mengetahui akan menghabiskan satu tahun waktunya di perusahaan dagang multinasional, Taehyung secara konsisten menyibukan diri membaca surat kabar di media sosial. Ini bisa dijadikan sebagai bekal mengetahui sentimen ekonomi dari berbagai bidang, dan head-line yang tertulis pagi itu sejujurnya menggegerkan semua pihak.
"Menurutmu karena drone Amerika mendarat di Iran?"
Wendy bergeming tanpa memberi jawaban.
"Kau kaget mahasiswa Arsitektur sepertiku tahu berita itu?"
"Tidak," jawabnya terus terang. "Aku terkejut kau menjadikan varibel itu sebagai pemicunya."
"Amerika, ma'am. Pengetahuan umum kalau negara mereka adalah adidaya. Situasi militer mereka sedang genting kalau sampai harus menumpas petinggi negara lain."
"Ya, letupan perang dunia ke-tiga membuat grafik ekonomi bergerak fluktuatif," sahut Wendy dengan nada lelah. Wendy tidak terbiasa mengutarakan pandangannya kepada sembarang orang namun tanpa sadar ia membeo kepada pria yang barangkali tidak mengerti dengan apa yang ia bicarakan.
"Sejak dulu, hubungan diplomasi Amerika dan Iran tidak berjalan bagus. Mereka memperkuat fasis di bidang militer, dan setelah peristiwa yang baru-baru ini terjadi, konsenterasi mereka berpusat pada gesekan sehingga mereka memanfaatkan sumber daya yang ada. Mereka mengumpulkan modal dengan menaikan harga barang. Kita membeli barang untuk memenuhi demand yang dituntut oleh pasar. Rate dolar meningkat. Pemerintah meminta kita mempertahankan harga asal. Kita menyadari sangat sulit menuruti kemauan pemerintah, dan untuk menyelamatkan diri, kita beradaptasi. Kemudian inflasi terjadi."
Taehyung sebisa mungkin menyimak penjelasan tutornya dengan konsenterasi tersisa, namun sesuatu membuat rasa penasarannya tergelitik. Sesuatu yang menjadi alasan kenapa mobil mereka nyaris menabrak pembatas jalan dan mengapa wanita itu hanya terdengar mendesah dan terus mendesah seolah memiliki beban terberat di dunia.
"Berapa persen faktor itu mempengaruhi tempat kita bekerja?"
"Empat puluh," terang sang tutor menghela nafas frustasi. Wajahnya berubah pias hingga Taehyung khawatir kondisi itu bermaksud sangat bahaya. Meskipun ya, siapa yang sangka perang gila dua negara akan berpengaruh sesignifikan ini kepada kantornya?
"Sebagian besar barang yang kita jual impor dari States," lanjut wanita itu seolah bisa membaca pikiran Taehyung. "Dan sebagian dari barang itu adalah kompenen alat-alat perang dan sejenisnya."
KAMU SEDANG MEMBACA
drunken love [wenv]
FanfictionSon Wendy, seorang manajer di salah satu perusahaan perdagangan yang ada di Korea. Sudah tujuh tahun menyukai Park Jaehyung, sahabat karibnya yang berprofesi sebagai marketing di perusahaan yang sama. Keduanya tidak memiliki kesempatan untuk mengung...