Rooftop menjadi tempat yang paling potensial dalam meletakan barang-barang Divisi Arsip dan Perlengkapan yang sudah dikemas dan dimasukan ke dalam kardus.
Tidak seperti kebanyakan gedung bertingkat yang kerap dijumpai lainnya, rooftop yang dimiliki Seoul Business Center sangatlah berbeda terlebih pada bagian kanopi dan banyak sekali tumbuhan-tumbuhan segar yang sengaja diletakan untuk memenuhi fungsi estetika. Mungkin arsitek yang mendesain lokasi ini adalah arsitek landscape kawakan. Taehyung bisa menilai kemampuannya dalam menyulap kawasan landai gedung bertingkat ini menjadi sebuah tempat yang cukup cozy untuk duduk-duduk, sekaligus bersantai sambil menikmati pemandangan kota Seoul yang sangat sibuk.
Apakah pegawai lain mengetahui tempat seperti ini?
Ia hanya menaruh kotak-kotak itu di tempat yang tidak terkena paparan matahari dan guyuran hujan secara langsung. Kemudian duduk sebentar sambil menikmati angin sepoi yang berhembus malam ini. Andai saja ia membawa bir dan rokok untuk menemani, mungkin sekarang ia sudah menyalakan pemantik dan menyedot nikotin itu ke dalam parunya.
Rekan-rekan divisinya sudah pulang sejak sore hari, begitu pula dengan teman magangnya. Besok adalah hari yang ditunggu-tunggu oleh mereka sebab Seoul Business Center akan menempatkan orang-orang operasional kepercayaan perusahaan untuk menjalankan organisasi raksasa ini seperti tidak ada yang terjadi, sementara tujuh puluh lima persen lainnya akan terbang menuju Barcelona dan menghirup udara segar.
Seo Joon adalah orang yang memaksanya untuk bergabung, mengingat semua biaya termasuk transport dan akomodasi akan ditanggung oleh perusahaan; kau hanya perlu membawa dirimu saja, kata pria paruh baya itu mendesaknya terakhir kali. Tetapi Taehyung sama sekali tidak tertarik mengikuti kegiatan itu.
Kenapa semua orang suka memamerkan kebahagiaan yang tidak terletak pada tempatnya?
Langit yang tadinya Taehyung pikir cerah bersahabat, kini mulai mengeluarkan rintik-rintik kecil membasahi bumi. Kanopi yang ia pikir melindungi, mulai membawa air hujan tampias, sehingga kemeja Taehyung sedikit basah dan rambutnya pun menjadi lepek. Ia mengakhiri sesi bersantainya dengan menatap alroji yang terpasang di pergelangan tangannya.
Sudah empat puluh menit ia berada di atap, dan ia pun meraih tasnya memutuskan untuk turun sambil berharap ketika sampai di bawah, langit kembali ramah paling tidak sampai MRT membawanya menuju kawasan di dekat rumah.
Taehyung menekan elevator menuju lobby utama, menunggu kapsul itu turun tanpa ada seorang pun yang terlihat menghentikannya. Namun saat lift-nya sampai di angka dua puluh delapan, benda ini mendadak berhenti dan membelah terbuka, mempersilakan siapapun yang menekan tombol di luar sana untuk masuk dan segera menjalankan perintah utama untuk sampai ke lantai dasar.
Son Wendy menatap elevator dengan ekspresi terkejut saat menemukan Taehyung bersadar di sisi sudut, sementara wanita itu memutuskan untuk masuk dengan alas kaki yang kali ini tak lagi bertumit tinggi, lengkap dengan sebuah tas tangan dan iPad kesayangan yang dipeluk sangat erat oleh sang pemilik.
Wanita itu tidak mengucapkan apa pun sehingga Taehyung berusaha memecahkan keheningan yang mengganjal dari dalam lemari.
"Habis menyelesaikan pekerjaanmu, Ma'am?" Tanya Taehyung dengan nada yang sangat polite dan ramah seperti ketika bertemu dengan atasan lain di perusahaan ini. Biasanya para manager akan senang menerima sapaan seperti ini dan mereka bisa mengobrol dengan kasual selayaknya atasan dan bawahan yang bertemu tidak sengaja di elevator, tetapi entah cara itu akan bekerja atau tidak pada atasannya yang satu ini.
"Ya, banyak pekerjaan yang harus diselesaikan sebelum pesawat mendarat di Barcelona besok." Jawab Wendy kaku sambil sesekali mengecek bayangan Taehyung yang terpantul dari kaca besi di hadapannya. Sungguh, ia tidak tahu harus bereaksi seperti apa ketika mendapati anak itu berada di dalam elevator yang sama, sementara baru saja satu jam yang lalu Irene memintanya membujuk Taehyung agar ambil bagian dalam kegiatan besok.
"Aye, semoga Tuhan memberkati pekerjaanmu," ujar Taehyung tenang seraya mengacak rambutnya yang basah dan membuat Wendy menyadari bahwa pemuda itu sangat kebasahan hingga dia menolehkan kepala memeriksa dari ujung kaki sampai kepala.
"Aku tidak tahu rembasan air di Divisi Arsip dan Perlengkapan separah itu sampai membuatmu kebasahan seperti ini," komentar Wendy begitu melihat kemeja dan rambut pemuda itu yang kebasahan hingga tangannya gatal sekali ingin melemparkan handuk kecil dan mengeringkan kepala Taehyung dengan tangannya sendiri.
Tunggu, apa yang baru saja aku pikirkan?
Taehyung tersenyum memperoleh komentar tersebut sambil berusaha menjelaskan agar setidaknya Wendy mengetahui induk perkaranya. "Aku habis dari atap menaruh barang-barang Divisi Arsip dan Perlengkapan, dan di luar sedang hujan deras."
"Dan kau akan pulang menggunakan MRT?" Tanya Wendy dengan rasa ingin tahu yang tidak bisa dibantah. Lidah sialan. Gerutu wanita itu dalam hati ketika menyadari kewarasannya mulai longgar dan tercecer saat melemparkan pertanyaan itu kepada Taehyung. Wendy merasa kakinya lemas seperti agar-agar.
"Maaf?"
"Maksudku, di luar sedang hujan deras dan kau akan pulang menggunakan MRT?" Taehyung terdiam seolah menunggunya memberikan kalimat detail atas argumen yang ia sampaikan beberapa detik lalu. Wendy mengedipkan matanya cepat. Sedikit khawatir jika lidahnya berulah kembali dan menyampaikan sesuatu yang tidak seharusnya ia sampaikan. "Jika kau menggunakan MRT, kau harus berjalan setidaknya lima menit menuju stasiun bawah tanah dan kau akan kehujanan."
"Aku akan menunggu di lobby sampai hujan berhenti saja." Kecuali jika ada yang berbaik hati menawarkan tumpangan sehingga ia tidak perlu kehujanan dan berdesak-desakan selama tiga puluh menit sebelum sampai di apartemennya.
Dan ya, bosnya tidak akan setega itu membiarkan mantan murid bimbingan yang disukainya kehujanan dan kedinginan terpapar AC MRT selama tiga puluh menit, sementara wanita itu sudah mengaduk isi tasnya dan melemparkan kunci mobilnya kepada Taehyung bertepatan ketika bell elevator berbunyi, menampilkan lobby kantor mereka yang begitu megah dan juga mewah.
"You drive, I need to do something."
Wendy mengangkat tabletnya dan keluar untuk menunggunya di lobby kantor. Elevator tersebut kembali menutup dan membawa Taehyung menuju basement, mengambil mobil Wendy yang terparkir tidak jauh dari pintu keluar. Apakah ini semacam keajaiban di tengah guyuran hujan deras bagi pemuda seperti Taehyung? Ataukah hanya keberuntungan yang tidak boleh ia lewatkan begitu saja?
KAMU SEDANG MEMBACA
drunken love [wenv]
FanfictionSon Wendy, seorang manajer di salah satu perusahaan perdagangan yang ada di Korea. Sudah tujuh tahun menyukai Park Jaehyung, sahabat karibnya yang berprofesi sebagai marketing di perusahaan yang sama. Keduanya tidak memiliki kesempatan untuk mengung...