Wendy memijat keningnya berulang kali saat matanya disibukan membaca laporan yang harus ia selesaikan sebelum outing.
Sudah dua malam ia terjaga guna memastikan pekerjaannya diselesaikan sebelum pesawat mendarat di Barcelona. Ia bukanlah tipikal atasan yang senang meninggalkan meja kerjanya dalam keadaan kacau dan berantakan. Sebaliknya, kalau ia bisa menyelesaikan seluruh pekerjaannya sebelum agenda itu tiba, ia tidak perlu lagi pulang dan menyaksikan berkas-berkas itu berserakan dan membuat denyutan di kepalanya terasa menyiksa.
Sebenarnya, ia tidak terlalu banyak menaruh simpati pada agenda yang seharusnya menjadi wahana bagi para pegawai untuk melakukan rehat dan recharge dari beban tugas yang menghantui setahun penuh. Selain karena agenda ini menghabiskan banyak biaya dalam hitungan materi dan rill, tidak ada tolak ukur keberhasilan acara secara mutlak mengingat goals dari kegiatan ini adalah mempererat kerja sama tim (indikator apa yang bisa menunjukan sebuah tim sangat erat kerja samanya?). Ia hanya tetap menjalankan ini sebagai tradisi yang telah diusung bahkan sebelum ia menjejakan kaki di Seoul Business Center.
"Akan ada 24 penerbangan yang membawa kita ke Barcelona esok hari dan kau masih saja mengurusi laporan itu," keluh Irene seraya memasuki ruangan Wendy dengan mencopot sepatu tumit tingginya. Wanita itu merebahkan diri di atas sofa sambil melemparkan benda itu ke kolong meja. "Kau ini manusia atau mesin, sih?"
Wendy berusaha menghiraukan pertanyaan itu tanpa bermaksud menghindari kehadiran rekan kerjanya. "Kau menanyakan sesuatu yang sudah obvious."
"Berhentilah mengerjakan itu dan perlihatkan isi kopermu." Tutur Irene dengan mimik jengkel. Wendy yang ia kenal memang Wendy yang gila bekerja dan pantang menunda pekerjaan. Tetapi ia juga mengenal bagian Wendy yang suka bersenang-senang dan mudah diajak bekerja sama, yang mana saat ini, kategori tersebut tidaklah cocok jika dipasangkan dengan temannya yang masih sibuk mengurusi pekerjaan yang seharusnya bisa dia delegasikan kepada anak buahnya yang paling kompeten di divisi ini (namun dia memilih untuk tidak melakukan itu), sementara masih banyak gaun-gaun indah dan sepatu manis yang menunggu Wendy jejalkan ke dalam bagasi.
"Aku tidak akan membawa banyak pakaian untuk kegiatan besok."
"Karena kau tahu mantan murid bimbinganmu tidak mendaftar pada kegiatan ini?"
Wendy tidak mengetahui sebelum ini bahwa Taehyung tidak berpartisipasi dalam agenda senang-senang yang diselenggarakan kantornya secara masif dan cukup eksklusif. Setelah mendapatkan banyak anggaran untuk merenovasi ruangan Arsip dan Perlengkapan, bocah itu memang seharusnya memusatkan konsenterasi pada perbaikan ketimbang mengikuti huru-hara yang berlangsung meriah seperti ini. Setidaknya anak itu cukup waras untuk tidak terbawa arus yang sangat deras.
Dan balasan yang bisa Wendy berikan adalah
"Aku tidak peduli anak itu akan ikut atau tidak," ujar Wendy sambil kembali membolak-balikan berkas secara mantap. "Dia bebas menentukan apa pun yang ingin dia lakukan."
"Termasuk, barangkali, mengajak pacarnya ke kantor selagi dia menggarap pekerjaannya di Divisi Arsip dan Perlengkapan, dan kita semua meninggalkannya sendiri hingga memberi celah bagi mereka untuk, kau tahu, menjajal wild sex experience di atas meja kerja."
"Cerita karanganmu sungguh luar biasa."
"Kau tidak ingin membujuknya ikut? Semua rekan magangnya terlalu antusias hingga aku diberikan banyak pertanyaan setiap kali melintasi ruangan Divisi, sementara Taehyung tidak melemparkan pertanyaan apa pun."
"Dia tahu apa yang dia lakukan."
"Kau benar-benar, deh. Bagaimana kamu bisa menyebut dirimu sebagai seorang tutor kalau kamu begini apatis terhadap murid bimbinganmu?"
"Aku bukan lagi seorang tutor, dan dia bukan lagi murid bimbinganku."
"Setidaknya tunjukan kalau kamu peduli padanya. Tujuanku hanya ingin dia memperoleh kesan bagus selama menuntut ilmu di perusahaan kita." Irene menghela nafas seraya menenteng sepatunya ke dekat meja Wendy. Ia memperhatikan gelagat temannya baik-baik dan segera mengerti jika Wendy tidak akan tergerak untuk membujuk Taehyung yang sampai detik ini tak menunjukan tanda-tanda antusias pada kegiatan besok.
"Aku sudah memesan tiket dan menyewa kamar, serta menuliskan namanya dalam setiap kegiatan yang akan kita lakukan di Barcelona. Tidakkah kau berharap uang kita keluar untuk sesuatu yang lebih berguna daripada habis tanpa guna seperti ini?"
"Kau bisa mengajukan refund pada pihak agensi jika berharap uang kita kembali seperti semula."
"Kau sungguh wanita sadis dan berhati dingin," tutur Irene sambil memasang sepatunya kembali. Dia berjalan keluar meninggalkan ruangan Wendy sementara sang pemilik ruangan menghentikan pekerjaannya pasca kepergian sahabat perempuannya.
Outing dan seluruh problem kompleksnya.
Ia sudah pernah mengajukan banding supaya agenda ini dihilangkan dari kultur kerja SBC yang ia pikir sudah bergerak ke arah modern-efficiency. Tetapi pendapatnya dibantah habis-habisan oleh manager sumber daya manusia yang menyebutkan kegiatan ini dilakukan berlandaskan teori ahli dan memberikan banyak manfaat terutama dalam konteks psikis, berupa apresiasi etos kerja dan rangsangan team work karyawan. Alhasil, mereka meneruskan ritual konyol ini sekalipun mereka tahu banyak uang yang terkuras dalam usaha memboyong 75% pegawai liburan mewah ke luar negeri.
Wendy semakin menjadi gelisah ketika memikirkan alasan konyol lain yang Irene paparkan demi membuatnya mengalah dan menyusul Taehyung ke lantai bawah. Membayangkan Taehyung dan Sihyeon bercengkrama di tempat yang seharusnya menjadi sarangnya berkuasa, adalah perasaan yang sangat tak menyenangkan dan sekaligus amat mengganggu kenyamanan secara mental.
Bergegas Wendy memasang alas kakinya kembali, berpikir tidak ada salahnya membujuk pemuda itu dan sedikit bertegur sapa. Namun belum sempat sang wanita merealisasikan niat baiknya itu, ia terserang mual mendadak dan segera berlari menuju toilet.
Apa aku masuk angin?
Dua malam penuh Wendy terjaga menyelesaikan laporan demi laporan yang harus segera mendapat sikap dari dirinya. Sepertinya ini adalah pertanda agar ia beristirahat dan menjaga kinerja fisiknya sebelum penerbangan panjang memisahkan dirinya dengan dunia kerja.
Ia seharusnya sudah pulang dari empat jam yang lalu, mulai berkemas. Namun dia berada di ruangannya yang sangat tenang ini, menunggui takdir mendorongnya menaiki elevator dan bertemu dengan Kim Taehyung yang baru saja selesai dengan urusannya di divisi Arsip dan Perlengkapan.
KAMU SEDANG MEMBACA
drunken love [wenv]
FanfictionSon Wendy, seorang manajer di salah satu perusahaan perdagangan yang ada di Korea. Sudah tujuh tahun menyukai Park Jaehyung, sahabat karibnya yang berprofesi sebagai marketing di perusahaan yang sama. Keduanya tidak memiliki kesempatan untuk mengung...