Kalau ada manusia yang senewen saat Wendy memihak Jaehyung, orang itu adalah Bae Irene. Wanita itu sudah berkacak pinggang dengan mimik murka sementara Wendy melanjutkan kembali pekerjaan yang sempat tertunda di atas meja.
Mestinya tidak susah meminta Irene mengantarkan proposal pengajuan dana kepada General Manager dan meneruskan kepada Direktur, tetapi belum sampai proposal itu jatuh ke tangan Wendy, sahabatnya sudah berteriak seakan-akan permintaan Jaehyung adalah dosa besar yang harus mereka hindari.
"Wen, gak bisa gitu dong. Kamu sendiri yang melaporkan kalau anggaran kita defisit, dan sekarang kamu mau meloloskan ajuan yang marketing serahkan?" Irene membuka percakapan sebelum Wendy sempat mengatakan apapun. Sahabatnya memang ampun kalau sudah berbicara. Apalagi topiknya krusial dan sangat sensitif.
"Jaehyung akan mendapatkan kontrak itu, lagian jumlah yang diajukan paling gak seberapa dari keuntungan yang bakal kita terima."
"Berhasil atau engganya masih fifty-fifty, Son Wendy. Kenapa sih kamu gak melihat kecenderungan itu sama sekali?"
"Jaehyung gak pernah ngecewain kita selama ini," ujar Wendy cuek mengetikan sesuatu di MacBook-nya.
"Tapi kita yang harus prepare kalau suatu saat dikecewakan oleh dia!" teriak Irene putus asa. Irene sadar bahwa dirinya telah kalap dan berusaha menenangkan diri sebelum kembali melanjutkan perkataannya. "Denger ya, Wen. Bukan cuma kamu sendiri yang khawatir di sini. Aku juga khawatir makanya kita harus lebih selektif dalam meloloskan anggaran yang divisi lain ajukan. Kamu kan yang paling tau kondisi keuangan internal kita gimana, dan kamu juga tau situasi apa yang lagi berlangsung di luar sana. Makanya, aku minta tolong banget.."
"Rene, chill. Jaehyung pasti bisa menuhin targetnya seperti biasa. Kita cuma harus percaya sama dia."
"Oke, kamu emang gak akan pernah dengerin aku kalau ini berhubungan sama Jaehyung. Tapi coba pikirin posisi kamu sendiri. Kalau ternyata kamu acc dan Jaehyung pulang dengan tangan kosong, menurut kamu siapa yang bakalan tanggung jawab? Oke kalau kamu cuma kena omel kayak biasa, tapi gimana kalau kamu sampai dipecat?"
"Ya aku cuma harus keluar dan kerja di tempat lain," jawab Wendy enteng seolah tidak punya masalah dengan hal itu. Apanya yang perlu dipusingkan, sih?
"SON WENDY!!!!"
"Apa?"
"Tolong ya dengerin aku sekali aja. Aku ngomong gini bukannya untuk kebaikan aku atau kantor semata, kok. Ini buat kamu juga. Kita gak mau kehilangan orang yang cerdas, tangguh, dan cemerlang tanpa effort kayak kamu. Kita butuh kamu beneran, deh."
Hah.
Kalau Irene sudah mengatakan hal seperti itu Wendy tidak bisa melakukan apa pun selain menghela nafas dan berusaha untuk mendapatkan apa pun yang keduanya inginkan. Katakanlah win-win solution, atau tepatnya, memberi jeda sejenak sebelum bersiap menghadapi badai yang lebih besar berjalan mendekat.
Badai dalam wujud laki-laki bernama Kim Taehyung.
Wendy sampai di apartemen Taehyung pukul sepuluh malam harinya. Ia baru saja menyelesaikan beberapa pekerjaan yang sempat terbengkalai sebelum benar-benar bisa berhenti mengingat ia memiliki sesuatu yang harus diselesaikan secepatnya dengan pemuda itu.
Langkahnya benar-benar berat bahkan untuk menarik pelatuk pintu. Tetapi saat celah itu terbuka, Wendy tidak tahu harus bereaksi seperti apa saat menemukan apartemen yang biasa kosong itu dipenuhi sekumpulan mahasiswa yang tengah duduk melingkar dengan kaleng bir, makanan ringan, dan televisi menyala yang menonton mereka. Taehyung termasuk di sana, chilling dengan teman-temannya dengan seorang rekan wanita yang duduk di atas pangkuannya. Apakah bocah itu memiliki hobby memangku seorang wanita?
KAMU SEDANG MEMBACA
drunken love [wenv]
FanfictionSon Wendy, seorang manajer di salah satu perusahaan perdagangan yang ada di Korea. Sudah tujuh tahun menyukai Park Jaehyung, sahabat karibnya yang berprofesi sebagai marketing di perusahaan yang sama. Keduanya tidak memiliki kesempatan untuk mengung...