2. Instability.

1.1K 154 16
                                    

Fakta bahwa perusahaan ini menerima mahasiswa tingkat akhir untuk program magang tenggang waktu sebelas bulan adalah kejutan yang tidak diduga-duga. Siapa sangka Kim Taehyung akan magang di sebuah perusahaan bereputasi baik, setelah dengan tidak sengaja, ia mendaftar tanpa betul-betul menginginkan tempat. Katakanlah cari waktu luang, setelah suntuk menggarap skripsi yang tak kunjung selesai. Barangkali, kalau bekerja, ia mendapatkan semacam inspirasi?

Ada dua belas orang termasuk Taehyung, dan ia tidak tahu kualifikasi apa yang ditetapkan perusahaan untuk menjaring anak-anak magang seperti mereka. Harapannya sih, mereka tidak sekadar disuruh photocopy atau mengantar kopi untuk atasan. Tapi kelihatannya, tidak, ya?

Di depan sana, ia mendengar masukan dari pria yang memegang jabatan sebagai general manager. Siapa tadi namanya? Taehyung tidak ingat. Yang ia tahu, kesan pemuda itu tidak jauh beda seperti lelaki kebanyakan, dan sialnya, Taehyung memergoki jelas-jelas waktu pria itu melemparkan tatapan pemburu pada salah satu rekan magangnya. Tapi yah, bukan urusannya.

Mereka digiring menuju ruang meeting dan.. sebentar, tadi pria itu menyebutkan siapa? Nona Son? Berapa banyak Nona Son yang menjadi tutor dalam program pemagangan ini? Sebab Taehyung mendapatkan seorang tutor bernama :

Son Wendy.

Ia mengecek secarik kertas yang bertuliskan nama tutornya di sana. Taehyung melirik wanita itu. Bagaimana wanita itu berbicara, bagaimana pandangannya memindai.. segalanya terlihat menantang untuk Taehyung. Dan tanpa sengaja ia menyembunyikan seringaiannya entah untuk alasan apa.

Taehyung baru akan menghampiri sang tutor saat pria di sana membubarkan rombongan. Ia akan bertanya kepada tutornya perihal program magang ini dan kalau bisa mempercepat prosesnya. Namun, lagi-lagi, pria yang akhirnya diketahui bernama Chanyeol itu meminta tutornya untuk bicara.

Okay, baiklah. Kemana Taehyung akan menghabiskan waktunya selama tutornya pergi?

"Hey, kau anak magang di sini?" tanya seorang wanita saat ia memutuskan untuk berdiri di depan meja informasi. Taehyung melihat name tag bertuliskan Im Nayeon yang menempel di blus si perempuan.

"Ya, begitulah."

"Kenapa kau tidak pergi bersama tutormu untuk membicarakan prospek program magang kalian?"

"Tutorku diculik oleh general manager untuk bicara empat mata. Sepertinya pembicaraan yang serius?" Taehyung menggeser matanya pada balkon di mana sang tutor dan Chanyeol saling berhadapan.

Wanita itu mengikuti pandangan Taehyung dan tampak terkejut. "Tutormu Wendy?"

"Nona Son Wendy, yeah."

"Wah setahuku dia tidak suka menerima murid magang."

Baiklah, apa yang kau harapkan ketika menerima pendapat seperti ini? Ketakutan karena sang tutor mungkin akan memangsanya hidup-hidup? Terimakasih, tetapi Taehyung hanya berharap nyawanya masih utuh paling tidak sampai toga kelulusan tersemat di kepalanya nanti. Setidaknya, perjuangan begadang dan modalnya mengerjakan model praktikum akhir tidak sia-sia.

"Sebenarnya, kau bisa menunggu di ruangannya kalau kau mau."

Dan akan membuat sang tutor murka bahkan sebelum mengenalkan diri? Rasanya, lebih baik Taehyung menunggunya di mana saja kecuali sarang wanita itu, "terimakasih, aku menunggu di sini saja."

Oh, dan terimakasih juga, saat ia memalingkan wajahnya untuk mencari keberadaan tutornya, wanita itu sudah menghilang. Bagus, sekarang apa yang harus ia lakukan? Meralat kata-katanya untuk menghampiri ruangan sang tutor yang entah berada di sebelah mana dari gedung berlantai lima puluh sembilan ini? Ia pasti sudah gila.

"Ruangan tutormu ada di lantai dua puluh delapan," Nayeon memberi tahu ketika anak magang di hadapannya melihat angka digital di elevator. "Mungkin dia sudah menuju ruangannya?"

"Oh, ya, terimakasih. Aku akan pergi menghampirinya."

Dua puluh delapan. Lantai yang terbilang tinggi diantara pencakar langit yang berada di kawasan ini. Sebenarnya wanita itu bekerja atau berniat bunuh diri, sih? Kenapa alih-alih lima belas atau angka pertengahan lainnya, dia suka angka yang tinggi? Apakah karena selera hidupnya tinggi? Dan berada di puncak ketinggian membuatnya merasa nyaman?

Taehyung bergegas keluar dari elevator setelah angka analog menunjukan dua puluh delapan. Kalau tidak salah, Im Nayeon mengatakan untuk berbelok ke sebelah kanan dan setelah Taehyung melakukannya, hanya satu ruangan yang berada di sana. Seharusnya ini adalah markas tutornya, kan?

Taehyung mengetuk pintunya dengan polite sebelum mendengar sahutan dari dalam, dan there, kakinya melangkah masuk.

Wanita yang tadi dilihatnya sepanjang touring tengah duduk dengan berkas-berkas di depan meja. Laptopnya menyala, dan wanita itu sama sekali tidak mengenyahkan pandangannya untuk melirik Taehyung yang kini berdiri canggung dengan kemeja pastel polos dan celana chino moka di hadapannya.

Tutornya.. menarik. Setelan putih dan blazer hitam disampirkan ke tubuhnya yang berisi, Taehyung bisa melihat wanita itu mengenakan liontin di leher, memberikan kesan bahwa, wanita itu memiliki kelas. Premium grade, setidaknya.

"Duduklah, kau tidak akan bisa melakukannya selama pendalaman ini berlangsung nanti." kata Wendy memberi instruksi tanpa melihat wajah murid bimbingannya sama sekali. Masih ada belasan laporan yang harus ia tanda tangani dan—

"Well, thanks, Nona Son." anak itu segera mengikuti instruksinya tanpa berpikir panjang, dan mendapati dirinya tengah melemparkan tatapan menyelidik.

"Siapa namamu?"

"Kim Taehyung. Aku mahasiswa tingkat akhir jurusan Arsitektur di Universitas Korea."

"Dan motivasi seorang mahasiswa jurusan Arsitektur magang di perusahaan perdagangan adalah?"

"Aku suka gambling."

Wendy mengerutkan dahinya. "Gambling, jual-beli, aku pikir hal tersebut menarik untuk kupelajari. Kita tidak pernah tahu kapan waktu yang tepat untuk membeli sesuatu, menjual sesuatu, menahan sesuatu, membaca minat pasar dan hal-hal yang mempengaruhinya, semua ketidakstabilan itu sangat menarik dimataku."

"Well, kau bisa mempelajari ketidakstabilan hanya dengan bermain game online, Taehyung-ssi. Kau tidak perlu melakukan magang."

"Tapi aku ingin sesuatu yang lebih realistis. Semua ketidakstabilan yang kita hadapi saat main game online, telah dihitung dan ditentukan secara matematis dan akurat oleh penciptanya. Aku butuh mengetahui ketidakstabilan lain yang lebih dari itu."

"Apa manfaatnya mempelajari ketidakstabilan ini untuk hidupmu?"

"Well, apalagi? Agar bisa bertahan hidup, kurasa." Tutornya mengatupkan bibir dan terdiam beberapa saat, sebelum ia memasang alas kakinya yang mana Taehyung tidak sadar kalau sejak tadi dia bertelanjang kaki dan bangkit dari kursinya di sana untuk menghampiri pintu. Sepertinya, ini adalah hari terakhir Taehyung?

"Mari kita lihat bagaimana kamu bisa survive di tempat ini."

drunken love [wenv]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang