28. Recondition

501 95 30
                                    

"Sebaiknya kamu periksa deh," pesan Bae Irene begitu wanita itu memasuki ruangan Wendy dan menemukan sahabat perempuannya baru meninggalkan toilet dan memuntahkan isi perutnya ke dalam kloset. Mual dan sakit kepala. Begitu keluhan sang sahabat meskipun wanita itu tidak pernah mengeluh sedikit pun.

"Atau coba kamu test pack sana, siapa tahu ini bukan masuk angin tapi kamu dihamilin sama pasangan tidur tetapmu selama ini."

"Tidak perlu," jawab Wendy pendek sambil mengusap ujung bibirnya dengan handuk lembut. Kakinya berjalan menuju meja kerja kesayangannya dan berharap segala hal yang baik akan ia dengar hari ini. Dia sudah terlalu banyak mendengar kabar buruk tentang naiknya harga dollar dan krisis kesehatan yang dialami oleh negaranya dua hari belakangan ini, dan satu kali saja, ia ingin mendengar kabar yang cukup melegakan akal sehat. "Kapan kita akan bertemu dengan perusahaan dari China itu dan bernegosiasi agar mereka bersedia mengambil alih kepemilikan bangunan kita di Gwangju?"

"Dua hari lagi, mereka akan datang dengan jet pribadi dan aku telah menyiapkan penginapannya. Kau hanya perlu menyiapkan dirimu, dan memastikan kalau kondisimu cukup prima untuk menyambut kedatangan mereka. Jadi, cepat kemarikan nomor ponsel pasangan tidurmu. Biar aku menelfonnya dan menagih pertanggung jawabannya untuk antar kamu ke klinik terdekat. Masa gitu aja dia gak mau?"

"Terimakasih, tapi tindakan itu tidak perlu," tolak Wendy dengan suara tegasnya. "Aku bisa menangani masalah ini sendiri."

"Yang bener aja, Wen! Buat apa kamu punya temen tidur kalau kamu ngga memanfaatkannya? You only need fucking company for a God's sake!"

"Aku sudah cukup ber-company sekarang ini, terimakasih. Kau sebaiknya kembali ke ruanganmu dan lanjutkan pekerjaanmu."

"Nggak, sayang. Ini udah masuk jam makan siang, lagian. Aku akan menelfonnya. Kau kan bisa sekalian kasih kabar kalau kamu kenapa-napa. Sekalipun malemnya dia mau tidur sama siapa, kek. Dia harus tau kalau salah satu temen tidurnya lagi sakit dan.. ah, lagi ngga bisa menunaikan tugasnya untuk nemenin dia tidur pada malam-malam berikutnya."

"Tapi aku nggak sakit. Aku hanya..."

Namun gerakan Irene lebih cepat dibandingkan kegesitan pemain dodgeball tingkat nasional sekali pun.

Di tangannya sudah tergenggam ponsel Wendy yang direbut secara paksa dan dia memeriksa pesan-pesan yang sekiranya menunjukan siapa teman tidur sahabat perempuannya selama ini.

Kotak pesan Wendy tidak ada yang istimewa, sembilan puluh persennya hanya berisi pekerjaan, rapat, dan konfirmasi untuk sebuah pertemuan. Isi pesan masuk sahabatnya tidak ada yang mencurigakan. Tetapi begitu ia membuka room chat Wendy dengan Taehyung, dia pun tanpa menunggu waktu lama lagi menekan tombol dial dan menghubungi nomor lelaki yang mungkin sedang disibukan dengan pekerjaannya mengelompokan berkas di Divisi Arsip dan Perlengkapan.

Panggilan belum tersambung sampai dering ketiga, dan Irene sudah menyiapkan ancang-ancang untuk mengobrak-abrik Divisi Seo Joon jika bocah ini menghiraukan sambungan telfonnya. Son Wendy di sebelahnya sudah siap merebut telfon genggamnya kembali sebelum pesawat telfon berdering di meja dan membuat Irene segera berlari dan menempelkan gagang telfon itu ke telinganya.

"Halo, jalur sambungan financial manager Seoul Business Center saat ini. Dengan Bae Irene, omong-omong. Ada yang bisa—Taehyung apa?!"

Irene membelakan kedua matanya mendorong Wendy untuk menyimak setiap perubahan yang terjadi dari raut wajah sahabat perempuannya. Apa yang terjadi dengan Taehyung?

"Kim Taehyung dan Min Suga bertengkar di kafetaria. Segeralah turun ke mari, Nona Bae. Dua murid magang ini membuat keributan yang sangat besar dan tidak ada yang bisa memisahkannya."

"Are you fucking serious? Bagaimana perempuan sepertiku bisa memisahkan dua anak laki-laki yang sedang bertengkar. Apakah kau mau aku mati?"

"Kau mungkin tidak bisa, tetapi Nona Son barangkali mampu melakukannya. Bergegaslah. Pertumpahan darah sudah terjadi."

Tuuut.

Sambungan dari resepsionis di lantai dasar itu sudah terputus. Irene segera meninggalkan ponsel Wendy dan keluar dari ruangan sahabatnya itu. Wendy mengikuti dari belakang dan menuntut sebuah keterangan.

"Apa yang terjadi dengan Taehyung?" Kejar Wendy sambil memasuki elevator.

"Dia menghajar Suga dengan membabi buta dan.. Son Wendy, kenapa kau tidak mengatakan kalau pasangan tidurmu selama ini adalah anak itu?"

"Bagaimana keadaan mereka sekarang?"

"Tidak terpisahkan. Berjanjilah kau harus menjelaskan segalanya setelah kejadian ini selesai."

Dentingan elevator yang menyala membuat dua wanita itu segera berlari menuju kafetaria dan di sana lah mereka melihat security sedang bersusah payah memisahkan Taehyung dan Suga, sementara kafetaria saat itu telah berubah menjadi kapal pecah dengan meja dan kursi terbalik di mana-mana.

Irene dengan cekatan mencekal lengan Suga dan menariknya menjauh dari Taehyung ketika keduanya membuat jarak dengan Taehyung yang begitu agresif menyongsong tubuh Suga yang sudah terlalu kepayahan. Darah mengucur dari hidung dan sudut bibir Suga seperti air terjun yang deras, namun kondisi itu tampaknya belum cukup bagi Taehyung.

Saat Taehyung hendak berlari mengejar Suga, Wendy terlalu sigap menarik lengannya dan segera menghentikan apa pun yang pemuda itu niatkan. Wendy menyeret Taehyung menghindari keramaian dan membanting pintu sekeras mungkin seraya menyadarkan Taehyung dari emosinya yang tengah membara.

Mata keduanya bertemu dan Taehyung menghela nafas begitu melihat sosok Wendy berdiri di hadapannya. Tidak ada yang memulai percakapan lebih dulu, hingga Wendy menghapus jarak dan menyentuh sudut bibir Taehyung yang lecet akibat pertengkaran barusan.

"Peduli untuk menjelaskan?" Tanya Wendy dengan suaranya yang lembut.

Saat itu Son Wendy bersumpah, dirinya berusaha keras menyembunyikan getaran lutut yang nyaris membuat tubuhnya limbung sejak mendengar perseteruan Kim Taehyung dengan salah satu anak magang yang terkenal jarang bicara.

Ia seharusnya merasa marah, tetapi ia ingin memberikan kesempatan pada pemuda itu untuk menjelaskan segalanya agar akal sehatnya membenarkan perbuatan brutal itu sebagai tindakan yang perlu Taehyung lakukan. Terlebih jika tindakan itu dilakukan di perusahaan mereka, tempat di mana seharusnya Wendy memastikan tidak ada segelintir orang pun yang berhak mengobrak-abrik kantor kesayangannya.

Sesaat Taehyung tampak memejamkan matanya seraya mengumpulkan kepingan-kepingan kewarasan yang sudah tercerai berai dan menatap Wendy dengan matanya yang teduh.

"Bagaimana ini, Bos? Sepertinya aku telah kalah." Bocah itu berbisik dengan baritone-nya yang menggelitik telinga Wendy. "Aku ingin sekali memelukmu saat ini dan tidak melepaskannya sekalipun orang lain melihat perbuatanku."

"Apa hubungannya dengan tindakan yang baru saja kau lakukan?"

Taehyung menubrukan keningnya dengan kening wanita yang sudah membuatnya nekat melakukan tindakan barusan. Wendy sedikit terperangah tetapi tidak mencoba menghentikan perbuatan Taehyung.

"Kupikir aku telah jatuh padamu dan begitu kesal saat Suga menyinggung sesuatu yang tidak benar soal dirimu. Apa pendapatmu soal itu?"

Wendy memang menginginkan sebuah kabar bagus pada hari ini, tetapi ia tidak menyangka jika ini adalah kabar bagus yang paling ditunggu-tunggu oleh dirinya. Sang wanita mendorong tubuh Taehyung menjauh dan mengambil selembar tisu gantung yang menempel di sudut dinding dan menyodorkan benda itu pada Kim Taehyung.

"Aku tidak suka ide berkencan dengan mahasiswa tingkat terakhir yang magang di perusahaan tempatku bekerja," jawab Wendy sambil bersiap meninggalkan lokasi dengan Taehyung yang berdiam diri menanti jawabannya. "Kecuali jika dia bersedia untuk selalu berdiri di sisiku saat semesta berusaha keras menghancurkanku."

"Jangan pernah membuat keributan seperti tadi lagi. Atau aku tidak akan segan menghabisi nyawamu."

Taehyung mendengus tipis tapi dia tersenyum tulus. Son Wendy hampir selalu mengancam semua orang, tetapi tidak cukup berani untuk merealisasikan.

"Aku akan mampir ke apartemenmu sepulang bekerja. Pastikan kau belum terlelap hingga saat itu tiba."

drunken love [wenv]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang