4. So Called Market.

1K 151 31
                                    

Bertemu di lobby pukul enam sore. Kenakan pakaian kasual. Jangan beritahu siapa pun soal rencana hari ini.

Taehyung terpaksa mengatakan akan lembur saat satu persatu rekan magangnya meninggalkan kubikal pukul lima. Bagus lah, dia masih memiliki satu jam sampai bertemu kembali dengan sang tutor yang sejak makan siang tidak terlihat meninggalkan ruangannya.

Ini bisa jadi langkah yang bagus untuk mengetahui seluk beluk ilmu pasar, bisa juga langkah yang buruk. Entahlah, bayangan sang tutor mencelakai dan bermaksud membuatnya kesulitan sesekali terbesit dalam kepala. Tetapi bahkan siapa yang percaya wanita semungil itu memiliki kemampuan untuk mencelakakan orang lain yang lebih kapabel darinya.

Taehyung dalam hal ini terkadang menanggapi olok-olok teman magangnya dengan santai. Memiliki orang terbaik Seoul Business Center sebagai tutor bisa dianggap sebagai anugrah. Bisa juga musibah.

Namun Taehyung cukup menikmati diberikan tatapan 'kau beruntung' dari rekan magangnya yang menilai kompetensi sang tutor dalam aspek lain. Sensualitas dan keseksian, misalnya. Tak heran tube skirt pendek yang dikenakan tutornya kerap dijadikan fantasi liar rekan-rekannya saat mereka buang kemih di toilet. Baguslah. Setidaknya ada yang bisa dibanggakan ketika yang lain membahas kebaikan para tutor di pertemuan makan siang.

"Hey, boy. Kenapa kau masih tinggal?"

Bicara soal keseksian dan sensualitas, Taehyung nyaris saja memejamkan matanya untuk membayangkan hal itu kalau Bae Irene tidak bersandar pada kubikal tempatnya bekerja dan memangku wajahnya dengan mimik ingin tahu.

Geez. Pelajaran pertama yang diberikan Son Wendy hari ini: kelabui semua orang termasuk teman dekat tutormu.

"Masih harus garap laporan, nih." Taehyung menunjukan layar monitor yang menampilkan grafik random, yang tidak sengaja ia klik sebagai pengusir rasa bosan.

"Son Wendy menghibahkan tugas berat, kayaknya?"

"Gak juga, sih." Belum, lebih tepatnya. Seharian ini Taehyung belum mengerjakan apa-apa sebab pengetahuannya dalam bidang ini masih sangat terbatas. Ia baru saja menuntut agar diberikan kelas tambahan. Kalau sekarang ia sudah bekerja dengan sangat baik, untuk apa mengusulkan kelas private, kalau begitu? "Anda sendiri kenapa belum pulang, Nona Bae?"

"Irene saja kalau di luar jam kantor." Irene menyerahkan sebuah paper bag kepada Taehyung, dan bocah itu mengambilnya dengan gestur ragu-ragu. Aw, such a shame boy, I see. "Sebetulnya Wendy memintaku untuk memberikan itu."

Setelan kaos putih polos dan ripped jeans hitam pekat menyembul dari dalam wadah kertas. Ada topi dan juga jaket, dan kalau dilihat dari design dan warnanya, semua ini barang laki-laki. Selera yang sangat simpel untuk ukuran pegawai kantoran yang bekerja di perusahaan se-elite Seoul Business Center. Tapi yah, ini cukup. Bisa dipakai untuk memenuhi aturan tutornya soal pakaian kasual. Mungkin Taehyung harus berterimaksih pada Bae Irene?

"Kalau kau bingung, barang-barang itu punya adikku. Aku gak tahu ukurannya pas atau tidak. Wendy bilang kamu nggak sengaja menumpahkan minumannya, dan gak membawa baju ganti, makanya..."

Irene menatap kemeja bersih yang Taehyung kenakan.

"Shit!"

Baru menyadari kalau temannya kelewat cerdik saat merajuk, 'Irene, kau masih simpan baju Jinyoung di bagasimu? Bocah magang itu mengacau dan menumpahkan isi kopiku sehingga bajunya..'. Oh omong kosong apa ini. Siapa sangka Son Wendy akan menipunya dengan cara seperti itu? Kenapa sih Wendy harus berbohong segala? Irene jadi bertindak skeptis dengan melototi Taehyung dari ujung kaki sampai kepala. Kenapa juga Wendy rela menipu demi laki-laki ini, hah?

drunken love [wenv]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang