11. Everything So Blurry

763 127 5
                                    

"Park Jaehyung mengajakmu hooked up satu malam? Kamu serius?" Kehebohan Irene membuat mereka menjadi pusat perhatian ketika sedang berlari di mesin treadmil.

Jumat yang tidak terlalu sibuk, Wendy dan Irene sepakat untuk sedikit melonggarkan ikat pinggang dengan berlatih gym di tempat langganan yang mereka datangi. Biasanya Wendy mengikuti kelas yoga seminggu sekali, sementara Irene tak pernah absen latihan aerobik setiap rabu dan jumat. Keduanya telah terdaftar menjadi member tetap dan mengikuti kelas-kelas yang diberikan. Bulan lalu mereka baru saja menyelesaikan kelas zumba dan Irene tampaknya semakin terobsesi untuk membabat habis lemak di tubuh serta bergegas membentuk otot di perut sebagai penunjang penampilan.

Wanita berabs menandakan keseksian dan maskulinitas, ujar instruktur mereka suatu hari.

"Jangan berlebihan," ujar Wendy sambil menekan tombol untuk memperlambat lintasan. "Dia cuma bilang mau nginep di rumahku."

"Dengan kata lain, mengajakmu bercinta jika punya kesempatan, hah. Aku nyaris hafal jalan pikiran laki-laki, Wen." Irene menggerutu kesal sambil memaksimalkan mesin treadmil-nya agar berlari semakin cepat. "Dia bajingan terlatih. Semua orang tau gimana Park Jaehyung."

"Dia ngga bilang gitu, kok."

"Jangan naif lah, Wen. Biar begitu kan dia laki-laki." Papar Irene yang sepertinya masih saja belum memaafkan track-record Jaehyung yang selalu salah di matanya. "Cowok mana yang bakalan diem tau rumahmu kosong dan kamu yang typical bersedia menyerahkan apa saja demi dia, hah?"

"Aku gak bakalan kasih itu kalo pun Jaehyung minta, lagian." Balas Wendy dengan tenang. Pandangan wanita itu lurus kedepan seolah-olah dia akan menabrak dan tergelincir jika tak fokus.

"Biasanya kamu bakalan kasih, kayak proposal marketing kemarin itu."

"Rene, kan masalah itu udah selesai. Jaehyung dapetin kontraknya dan anggaran kita balance lagi kayak semula."

"Tetep aja aku ga bisa berhenti kesel sama dia," sahut Irene senewen lalu mengamati sahabatnya dari samping. "Terus gimana? Kok ditolak sih? Kan kesempatan emas supaya kamu bisa maksa dia untuk tidur denganmu dan memintanya tanggung jawab kalo kamu hamil dan.."

"Aku ngga se-greedy itu lah. Kalaupun aku ngelakuin sama dia, aku maunya karena dia bener-bener mau ngelakuin itu sama aku."

"Terus kenapa dong? Kamu takut Jaehyung meninggalkanmu setelah dia berhasil dapetin apa yang dia mau?"

"Dia bakalan terus ninggalin aku ga peduli dia dapetin itu atau engga."

"Terus? Kalau masalahnya bukan di dia, berarti kamu punya alasan lain dong makanya nyuruh dia pergi gitu aja?"

Wendy tidak menjawab pertanyaan Irene.

"Kau punya partner hubungan badan tetap makanya nolak Jaehyung?" Tanya Irene asal tanpa memperhatikan wajah temannya yang kian berubah.

Spontan Wendy menolehkan kepala, terlalu terkejut mendengar pertanyaan random sahabat perempuannya. Bibirnya nyaris membulat kemudian menatap Irene dengan sedikit horor.

"Kenapa? Benarkan tebakanku? Kamu punya partner tidur tetap sampai kamu menolak tiket emas Park Jaehyung!"

Gara-gara hal tersebut, Irene jadi mematikan lintasan treadmil-nya dan mendesaknya untuk bercerita hingga mereka berpindah ke ruang ganti. Wendy mengambil pakaian gantinya di loker dan membawa handuk bersama Irene yang setia membuntutinya. Sahabatnya belum juga menyerah sampai ia membuka mulut membeberkan segala hal yang tidak dia ketahui.

Suara tetesan air dari shower yang menyala mewarnai perjalanan dua wanita dewasa itu dalam ruang ganti. Wendy belum menyampaikan apa pun sampai Irene jengah dan kembali menodong sahabatnya dengan tidak sabaran.

"Son Wendy, cepat katakan sesuatu." Suara Irene dari bilik sebelah terdengar cukup jelas, dan Wendy belum tuli sampai tidak mendengar nada tuntutan temannya.

"Apa yang harus aku katakan, Bae Irene?"

"Laki-laki itu.. apa yang dia lakukan terhadapmu hingga kamu mampu menolak ajakan Jaehyung?"

"Dia gak ngelakuin apa-apa, Bae Irene." Jelas Wendy sambil menyabuni punggungnya. "Dia cuma bocah yang suka menikmati permainannya."

"Bocah?"

"Ergh, ya, anak laki-laki, tepatnya."

"Demi Tuhan Son Wendy! Kau tidur dengan anak laki-laki? Apakah kau sudah gila? Berapa tahun usianya? Dan kenapa kamu mau melakukan itu sama cowok yang tidak berpengalaman? Kau selalu tidur dengan cowok-cowok yang pro dalam urusan ini. Kenapa seleramu tiba-tiba berubah?"

Wendy mematikan showernya dan mulai mengeringkan tubuh dengan handuk. "Aku memang mengatakan dia masih bocah tapi tidak bilang dia tidak profesional."

"Maksudmu dia baik di tempat tidur?" Irene menghampirinya dengan handuk lembut terlilit disekujur tubuh. Wendy terdiam membayangkan betapa atraktifnya subjek yang dibicarakan ini, di kamar tidur. Rambutnya yang panjang dan bergelombang menutupi mata, membuat bocah itu semakin panas dan terlihat sangat menawan ketika berada di atas tubuhnya. Wendy tidak pernah memikirkan bila Taehyung memiliki nilai plus yang sangat menarik sampai Bae Irene membuatnya memutar kembali bagaimana berkualitasnya bocah itu pada setiap malam yang mereka lewati, dan Wendy baru menyadarinya sekarang.

Bukan hanya setres pekerjaan, Taehyung juga membantunya melupakan Jaehyung dan rasa sakit menahun yang ia rasakan. Kim Taehyung itu bocah laki-laki semacam apa?

"Wen, kamu belum jawab pertanyaanku, loh. Apa yang dia punya sampai bisa menyetir kewarasanmu untuk berhenti menuruti kemauan Jaehyung? Dia punya teknik yang bagus ya?"

Wendy mengangguk tanpa ragu-ragu.

Sangat amat baik, malahan. Wendy bertanya-tanya bagaimana bocah mahasiswa itu dapat terlihat begitu dominan di kamar, sementara jika mereka berada di kantor, Taehyung berubah menjadi sosok yang cenderung lebih patuh dan juga penurut.

"Berapa lama dia mampu bertahan?" Irene yang keingintahuannya tidak terbatas, mendesak hal lain lagi. Perempuan ini sungguh melewati batas kesabarannya, hah.

"I dont know, mungkin kalau aku ngga punya pekerjaan dan pagi harinya gak perlu masuk kerja, dia bisa melakukannya dua puluh empat jam."

"KAU BERCINTA DENGAN BOCAH ITU SELAMA DUA PULUH EMPAT JAM??! APAKAH KAMU SUDAH GILA SON WENDY???!"

"Kamu yang ingin tahu." Wendy memasang anting-antingnya lalu memoles lipstick.

"Ya aku gak nyangka bakal terima jawaban gini dari kamu." Irene menyemprotkan parfum ke titik nadi pada sentuhan akhir, dan yeah, mereka berdua telah selesai. "Lagian aneh, ngga biasanya kamu mau begitu saja kalau tidak mendapatkan apa-apa."

"Maksudmu?"

"Meskipun aku gak tau siapa orangnya. Something between you and him is cleary unclear."

Belum sampai Wendy mencerna pernyataan Irene, perhatiannya terganggu oleh getaran ponsel yang masih tersimpan di loker besi. Wendy segera meraih benda itu dan mendekatkan ke telinga.

"Halo?"

"Bos, kau bisa main ke apartemen-ku? Aku punya sesuatu yang ingin kutunjukan padamu."

Suara bocah yang mengakuisisi percakapan Wendy dan Irene sepanjang hari itu, keluar dari ujung sambungan. Wendy terlalu terkejut untuk mengeluarkan reaksi. Pilihan terbatas yang dapat ia katakan hanyalah mengiyakan dan berjanji akan menemui Taehyung dalam tiga puluh menit mendatang.

Wendy meninggalkan Irene yang berkata akan dijemput oleh adik laki-lakinya, dan mengendarai mobilnya menuju apartemen Taehyung yang terletak tidak terlalu jauh dari tempat fitnes-nya. Ia sudah lama tidak mengunjungi bocah itu. Terakhir kali melakukannya, ia melihat Taehyung memangku seorang perempuan. Kali ini apalagi yang akan ia lihat?

drunken love [wenv]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang