Wendy sudah siap dengan segala konsekuensi terburuk waktu jarinya menekan password unit yang telah ia hafal di luar kepala. Apartemen itu sudah seperti rumah kedua baginya; kapan saja ia membutuhkan distraksi dari masalah yang menderanya, ia bisa segera masuk dan membuat masalah itu menghilang secara ajaib. Taehyung dan kemampuan magisnya. Wendy tidak tahu apa yang pemuda itu perbuat hingga membuatnya merasa ini adalah langkah yang tepat.
Menemui Taehyung dan melupakan banyak hal.
"Taehyung?" Panggil Wendy saat ia melepaskan alas kakinya di teras. Apartemen itu kosong, seperti tak dihuni untuk waktu yang cukup lama. Hanya ada sobekan karton, kuas, dan tumpahan lem di mana-mana.
Wendy mengetahui bahwa murid bimbingannya disibuki oleh model praktikum akhir yang harus dia selesaikan dalam tenggat waktu tertentu, dan ia rasa, alat-alat di sana memang diperuntukan agar tugas Taehyung sebagai mahasiswa arsitektur tingkat akhir terselesaikan.
Apartemen ini cenderung lebih sempit dari kediamannya, seharusnya, akan mudah menemukan sosok Taehyung kalau pun bocah itu bersembunyi dan berniat bermain petak umpet sebelum mereka benar-benar mendiskusikan hal yang lebih serius. Tetapi, Kim Taehyung tidak terlihat berada di mana pun. Sampai wanita itu membuka pintu kamar satu-satunya yang berada di sana, baru lah ia menemukan seorang wanita yang tempo hari lalu berada di pangkuan Taehyung, sedang memakai kaos oblong dengan rambut cepol tinggi yang berantakan.
Itu seharusnya pemandangannya, setiap kali selesai bercinta dengan bocah itu.
"Bosnya Taehyung?" Sapa gadis itu menghampiri Wendy yang berdiri mematung di depan kamar Taehyung.
"Di mana dia?" Tanya Wendy to the point.
"Dia pergi keluar sebentar membeli sesuatu untuk market-nya." Jelas Sihyeon ramah sambil menuntun Wendy untuk berjalan menuju ruang televisi dan gadis itu melangkah ke arah dapur terbuka untuk menyiapkan minuman. "Kami hanya punya soda, kau mau?"
"Tidak perlu," tutur Wendy singkat. Dua minggu lalu ia yang berinisiatif mengisi kulkas kosong Taehyung dengan minuman itu. Ia pikir bocah itu membutuhkan asupan makanan dan minuman untuk membuat perutnya senantiasa penuh. Wendy berjalan hendak memasang alas kakinya kembali. "Katakan saja tutornya datang dan memintanya datang tepat waktu pukul delapan hari Senin."
"Baiklah," jawab Sihyeon menutup lemari pendingin dan menatap wanita yang jauh lebih dewasa darinya dengan perasaan segan. "Ada lagi yang perlu kusampaikan padanya?"
"Tidak ada."
Wendy segera berjalan keluar meninggalkan unit Taehyung secepat yang ia bisa. Apartemen itu pernah membuatnya merasa berada di atas awan. Namun kali ini, kenapa rasanya seperti neraka?
.
.
.
.
.
.
Manajer finansial Seoul Business Center masih lah sosok yang galak dan gila bekerja. Sudah sejak pagi buta ia sampai di kantor dan menyelesaikan seluruh tugas-tugasnya yang terbengkalai. Proposal yang bertumpuk di atas meja, diberikan perhatian ekstra hingga ia sesekali memegang kening atau tengkuk, memusatkan seluruh perhatian pada setiap kalimat yang tertulis di dalam sana. Ia harus menyelesaikan semua ini sebelum asisten magangnya menyerahkan proposal yang harus ia tanda tangani kembali, dan..
Bayangan Taehyung tertawa jumawa bersama perempuan yang Wendy temui Jumat kemarin membuat wanita ini terserang migrain dadakan. Apa bocah itu hendak menunjukan kabarnya yang luar biasa baik beserta kehidupan romansanya yang berjalan mulus berkat kehadiran Kim Sihyeon di kehidupannya? Atau kah, Taehyung memang sengaja membuat dirinya mengetahui bahwa mereka seharusnya mengakhiri hubungan yang tidak terlalu jelas ini, dan—
Tok tok tok
Wendy menoleh pada asal suara sebelum berkata 'masuklah' dan berharap tak mendapat gangguan dari pihak mana pun.
"Selamat pagi, bos."
Tanpa diduga-duga, Taehyung muncul sambil menyerahkan secangkir kopi panas di meja mahogani yang penuh dengan berkas kerja Son Wendy. Wanita ini menghentikan pekerjaannya sekilas guna melihat kepulan asap putih yang membumbung dari permukaan kopi yang terhidang di hadapannya.
"Kau menerima pesanku?" Tanya Wendy seraya melihat jam dinding yang menunjukan angka delapan kurang lima menit di atas pintu.
"Ya, lagipula aku tidak pernah datang terlambat, sekalipun harus naik MRT," balas Taehyung meletakan bokongnya di atas kursi di hadapan Wendy. Dia menatap tutornya yang kembali tenggelam dalam rutinitasnya sebelum kembali menarik nafas dan menyampaikan sesuatu hal. "Kenapa kau pergi dan bukannya menungguku?"
"Apa maksudmu?" Tanya Wendy menghentikan kegiatannya.
"Kemarin, kan aku memintamu datang." Jelas Taehyung mengingatkan agenda Jumat lalu yang seharusnya mereka lakukan bersama-sama.
"Siapa wanita itu?" Tanya Wendy mengalihkan pembicaraan seperti kebiasaan.
"Teman kampusku. Dia mengatakan sesuatu padamu?"
"Tidak." Wendy menggelengkan kepalanya dan kembali menggeluti proposal pencairan dana di atas mejanya. "Apa yang mau kau tunjukan?"
"Market praktikumku, siapa tau kau tertarik menggunakan desainnya."
Jarinya yang bergerak di atas kertas, berhenti seketika. Wendy meremas penanya kuat-kuat. Irene mengatakan, suatu saat Taehyung mungkin akan membantunya mendesainkan bangunan sebagai investasi masa depannya, tetapi ia tidak menyangka mendapatkan hadiah itu secepat ini.
"Sebenarnya, aku belum berniat membangun rumahku sendiri." Balas Wendy seolah tidak terganggu dengan tawaran Taehyung. Ia memang belum berniat untuk menggunakan uang ditabungannya demi membangun rumah impian. Sesungguhnya, ia bahkan tidak tahu harus menggunakan uang ditabungannya untuk keperluan apa.
"Kalau begitu, aku akan memberikan desain itu untukmu," kata Taehyung tanpa mengeluarkan reaksi macam-macam.
Wendy memutar penanya di ujung jari. "Karena aku berjasa besar dalam proses penggalian jati dirimu?"
"Karena kau telah menjadi sumber inspirasiku."
Wendy menatap murid bimbingannya sebelum kembali melirik proposal yang ada di hadapannya. Keadaan ini benar-benar kacau dan gawat. Ia merasa sepercik perasaan hangat waktu Taehyung mengatakan hal-hal seperti itu. Ia mengetukan jarinya dengan gelisah di atas meja, memutuskan untuk memberikan segaris senyum tipis sambil memegang kopi yang tadi Taehyung hidangkan, menyeruputnya dalam diam.
"Omong-omong, kenapa kau memintaku datang lebih awal?" Tanya Taehyung usai Wendy menyesap kopi instan buatannya.
"Oh, aku mau menyampaikan kalau unitmu akan dipindahkan dan aku tidak lagi bertanggung jawab atas sesuatu hal yang berkaitan denganmu di kantor ini."
Taehyung berusaha mencerna ucapan wanita yang beberapa menit lalu masih berstatus sebagai bosnya. "Maksudnya?"
"Kau bukan lagi murid bimbinganku, Kim Taehyung."
"Bagaimana bisa?"
"Aku mengundurkan diri sebagai tutor dalam program pemagangan ini."

KAMU SEDANG MEMBACA
drunken love [wenv]
FanfictionSon Wendy, seorang manajer di salah satu perusahaan perdagangan yang ada di Korea. Sudah tujuh tahun menyukai Park Jaehyung, sahabat karibnya yang berprofesi sebagai marketing di perusahaan yang sama. Keduanya tidak memiliki kesempatan untuk mengung...