Mencium bibir Wendy adalah cara yang lumayan efektif dalam membuat wanita itu diam dan berhenti bersuara. Bukannya Taehyung tidak senang mendengar wanita itu memerintah, hanya saja kepalanya sedang enggan untuk diajak bekerja sama sekaligus kurang tanggap dalam menyaring mana pendapat yang seharusnya ia dengar, mana yang perlu ia tinggalkan.
Mereka sampai di bandara tepat sebelum petugas bandara menutup jalur check in sementara kehadiran mereka cukup ditunggu-tunggu oleh seluruh karyawan Seoul Business Center yang akan terbang di batch yang sama dengan mereka.
Taehyung segera menghampiri rekan magangnya yang telah berkumpul di ruang boarding, sementara Wendy mengambil kursi di dalam longue selagi mereka menanti jadwal terbang. Wanita itu terlihat membaca majalah selagi menghabiskan waktu, sementara Taehyung hanya sesekali melirik sambil mengobrol dengan teman-temannya.
Tidak ada pemimpin lain yang berada dalam batch ini, mengakibatkan wanita itu akan sendirian sepanjang perjalanan. Ketika Taehyung menyadari hal itu, ia segera memisahkan diri dari teman-temannya dan segera duduk menghampiri Wendy yang tidak terlihat terganggu menghadapi kehadirannya.
"Halo, Tuan Sibuk." Sapa Wendy tak mengalihkan fokusnya dari majalah fashion yang sedang ia telusuri. Kim Taehyung segera bergabung dengan teman-temannya begitu mereka tiba di ruang boarding, dan ia sama sekali tak mempermasalahkan hal itu. "Sudah selesai mengobrol dengan teman-temanmu?"
"Yeah," balas Taehyung sambil berusaha membaca cover depan bacaan Wendy. Ia meletakan tangannya di atas paha Wendy yang terbalut stoking panjang selagi wanita itu menyelesaikan apa pun yang sedang dia baca. "Kau bermaksud menyelesaikan majalah itu sementara aku datang ke sini menemanimu?"
"Aku tidak memintamu begitu, kok," balas Wendy tenang sambil mengedipkan kedua matanya.
Taehyung mendengus kecil dan berniat untuk mengganggu konsenterasi Wendy. Tangannya berkelana membelai kulit halus mulus bosnya yang tertutup kain tipis pelindung kaki, sementara Son Wendy masih terlihat mampu menghiraukan gangguannya.
"Di mana kita akan menginap selama di Barcelona?"
"Sebuah hotel bintang lima tidak jauh dari pusat kota. Kau ingin tahu nomor kamarmu?"
"Tidak," sahutnya pendek sambil menggelengkan kepala. Biarlah hal tersebut diketahuinya nanti, sementara Taehyung lebih tertarik untuk mengetahui informasi lainnya. "Aku tidak sempat bertanya sepanjang perjalanan tadi. Tapi, apakah kau membawa bikininya?"
"Bawa," ujar Wendy pendek, belum mengacuhkan belaian-belaian Taehyung yang semakin intens di atas pahanya.
"Kapan kita punya waktu senggang untuk melihatmu menggunakan busana itu? Aku bisa membantu memotret, atau menggambar, kalau kau mau," tawar Taehyung sambil bergerak diplomatis di sepanjang kulit Wendy yang tidak terbuka secara langsung. Kulit wanita itu begitu halus dan lembut ketika di sentuh secara langsung. Adanya penghalang ini membuat Taehyung sedikit tak leluasa meskipun ia bisa saja menanggalkannya di tempat lain.
"Kita akan luang di hari ke lima sampai ke tujuh. Kau boleh berkeliling kemana pun, membeli apa pun, dan..." tangan Taehyung sudah mencapai puncak selangkangannya, membuat Wendy sedikit terkesiap dan pada akhirnya menatap sang pelaku dengan raut memohon. "Taehyung, please. Jangan lakukan itu di sini."
"Haruskah aku menyeretmu ke toilet terdekat supaya bisa melakukannya?" balas sang pemuda rendah tanpa merasa bersalah. Wendy menutup eksemplar majalahnya dan mulai mengamati mantan murid bimbingannya yang sedang merajuk.
"Bagaimana tidurmu semalam?"
"Nyenyak, aku tak punya alasan untuk insomnia mengingat kita akan berpetualang di Barcelona."
Wendy mengulas senyum tipis.
"Apa maksudnya kau dan aku? Kita."
Taehyung mengangguk tanpa keraguan sedikitpun. "Kau yang memaksaku untuk ikut, dan itu artinya kau sendiri yang bertanggung jawab penuh membuatku senang selama berada di sana."
"Dan hal apa sekiranya yang bisa membuatmu merasa senang, Kim Taehyung?"
"Kau, tanpa busana, di tempat tidurku." Taehyung terkekeh pelan seraya mendekatkan wajahnya ke telinga Wendy, berbisik dengan desibel suara yang sangat rendah namun cukup ampuh membuat seluruh tubuh Wendy meremang. "Atau aku saja yang menyelinap ke kamar hotelmu mengingat kehadiranmu akan sangat mencolok jika harus menemui anak magang sepertiku."
"Ya, kupikir lebih baik seperti itu.."
"Jam berapa kita akan berangkat?"
Wendy melirik alrojinya dan kembali menghadap Taehyung. "Sekitar lima menit lagi. Kau memerlukan sesuatu?"
"Bisakah kita mengantri paling akhir selagi mereka berlomba memasuki pesawat?" Taehyung menggeser pandangannya pada kerumunan karyawan Seoul Business Center yang telah berbaris menukarkan tiket boardingnya agar dapat melangkahkan kaki ke landasan pesawat. Wendy mengikuti arah pandang pemuda itu, sementara keningnya menunjukan reaksi serius. Apa yang sesungguhnya bocah ini inginkan?
"Kenapa?"
"Aku ingin menggenggam tanganmu sebelum terbang. Kau kan pasti akan masuk ke kabin bisnis sementara tiketku ekonomi."
Boleh tidak Wendy merasa senang saat ini?
Mengingat Taehyung yang biasanya bertindak luwes penuh penjagaan, hari ini berubah seratus delapan puluh derajat seperti dirinya adalah satu-satunya yang didambakan oleh pemuda itu. Wendy membiarkan tangannya digenggam oleh Taehyung sementara satu persatu karyawan SBC telah melewati boarding pass dan berjalan menuju pesawat.
Ia bahkan masih merasakan sentuhan tangan Taehyung di telapak tangannya, ketika tiga belas jam kemudian pesawat itu tiba dan mendarat di Barcelona tidak lama setelah pesawat yang membawa Irene (telah tiba dua jam lebih awal) dan Jaehyung (satu jam lebih awal) sampai dengan selamat dan memiliki cukup waktu untuk menyambut kedatangan Wendy di bandara dengan sebuah spanduk besar yang disiapkan oleh mereka.
'Welcome to Barcelona, Queendy'
Kapan mereka sempat menyiapkan itu?
Jaehyung tidak mungkin melewatkan ide-ide gila Bae Irene yang dianggapnya terkadang sebuah penemuan baru, sementara Irene adalah tipikal wanita heboh yang suka sekali menerima sorotan panggung sekalipun masyarakat lokal sangat mungkin menganggapnya sebagai badut.
Wendy bergegas menghampiri teman-temannya, sementara Taehyung yang baru saja keluar hanya melihat wanita itu dari kejauhan.
Benar.
Sedekat apa pun situasi yang sedang berlangsung di antara dirinya dan Wendy, ketika wanita itu telah dipertemukan dengan sosok manager marketing yang digosipkan memiliki hubungan khusus dengan mantan tutornya itu, semesta seolah bekerja sama menjauhkan eksistensi Taehyung dari kehidupan Son Wendy.
Outing yang Taehyung pikir akan terasa menyenangkan dengan kehadiran Wendy satu kali dua puluh empat jam di sisinya, rupanya hanya kembali menjadi angan-angan semu yang tidak akan pernah Taehyung raih sekalipun dia berusaha lebih keras.
Taehyung menaiki mini bus yang telah disiapkan oleh agen tour setelah Wendy.
Membiarkan wanita itu duduk bersama Jaehyung di kursi depan di mana Taehyung memilih kursi paling belakang dekat jendela, kiranya cukup membantu pemuda ini membebaskan matanya menggapai distraksi dengan menatap jalan raya Barcelona yang padat merayap; memperluas sudut pandangannya ke kejauhan agar inderanya tak selalu berbelok memperhatikan wanita yang semalam diciumnya dan melupakan fakta bahwa wanita itu terlihat 80% semakin bahagia ketika melakukan banyak hal bersama Jaehyung.
Memikirkan hal itu membuat tenggorokannya terasa kering (apakah ini efek jetlag perjalanan?), dan Taehyung pun tak berbasa-basi lagi meneguk air mineralnya hingga botol itu tandas dan teremas hingga lemas di genggaman tangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
drunken love [wenv]
FanfictionSon Wendy, seorang manajer di salah satu perusahaan perdagangan yang ada di Korea. Sudah tujuh tahun menyukai Park Jaehyung, sahabat karibnya yang berprofesi sebagai marketing di perusahaan yang sama. Keduanya tidak memiliki kesempatan untuk mengung...