chapter 1 - that dream

101 16 0
                                    

Burung dalam sangkar pun perlahan akan mati dengan sendirinya.

***

"Ada yang pingsan!"

Mungkin itu adalah kalimat terakhir yang didengar oleh gadis berusia 13 tahun itu sebelum ia jatuh pingsan.

Semua orang mengerubung di lapangan, menyaksikan tubuh ringkih dengan kulit putih pucat itu. Beberapa guru yang datang langsung berusaha mengangkatnya. Mereka segera membawa gadis itu ke ruang UKS.

Sudah hari penutupan MOS atau Masa Orientasi Siswa, masih saja ada yang pingsan. Sebelumnya bahkan lebih parah, tetapi seharusnya hari ini hari bahagia mereka karena masa itu berakhir. Apalagi hari ini adalah hari di mana para senior kelas meminta maaf kepada para siswa baru.

Sosok yang pingsan itu Lentera Amaya. Untuk pertama kalinya, ia akhirnya berada di keramaian tanpa pengawasan kedua orang tuanya. Setelah sekian lama home schooling dan hampir tidak pernah keluar rumah, baru kali ini ia merasakan euphoria-nya. Saat di mana akhirnya rasa penasaran yang selama ini terpendam, kini terjawab. Ia akhirnya merasakan berdiri di lapangan padahal sedang panas. Ia juga beberapa kali berkenalan dengan orang-orang sekitar.

Jujur, saat inilah yang selama ini Tera tunggu-tunggu.

Sekitar lima menit setelah tubuh Tera ditidurkan di brankar UKS, gadis itu membuka mata. Namun, pemandangan yang ia lihat berbeda dengan kenyataannya.

Ia tengah berdiri di depan sebuah rumah bercat putih dan banyak tanaman di latarnya. Rerumputan dan lumut tumbuh di sela-sela lantai paving. Menandakan rumah ini telah lama ditinggalkan. Apalagi suasana gelap dan suram menambah kesan mistis.

"Tera, ngapain melamun di situ? Ayo, masuk! Sapa rumah baru kita."

Tera menoleh ke arah kedua orang tuanya yang sedang sibuk membawa barang-barang masuk ke rumah.

"Meskipun terlihat kotor begini, rumah ini bakal bagus kalau kita bersihkan. Ayo, bantu bawa barang-barang yang ringan ke dalam! Nanti kita bersihkan bertiga setelah selesai."

Mike dan Claire, nama kedua orang tuanya. Mereka masih belum menyadari ada yang berbeda dengan Tera.

Gadis itu masih diam di tempatnya sembari berpikir, apa yang sedang terjadi? Kenapa ia sama sekali tidak mengingat kejadian sebelum ini?

Claire keluar dari rumah untuk kembali mengambil barang-barang di mobil. Ia menepuk bahu Tera sembari berkata, "Kamu suka dengan bunga-bunganya? Mama sendiri, lho, yang pilih rumah ini di antara rumah-rumah lainnya."

Tera tidak merespons sama sekali. Ia beranjak ikut ke mobil untuk mengambil beberapa barang yang ringan.

"Bawa foto-foto kita itu juga, ya," ucap Claire. "Mama sama Papa ke dalam dulu. Kalau sudah, langsung tutup saja bagasinya."

Tera diam saja di depan bagasi mobil. Di sana hanya terdapat sedikit barang yang merupakan bagiannya untuk membawa. Namun, ia hanya mengamati setiap benda di sana yang sangat kurang familier. Rasanya seperti baru bangun dari koma dan mengalami amnesia.

Tak!

Sebuah kelereng menggelinding dan menabrak sepatu Tera. Ia menunduk, memungut kelereng itu.

Merasa ada yang sengaja melemparnya, ia menoleh ke belakang. Jalanan kecil ini begitu sepi karena siang hari. Sepertinya orang-orang sekitar tengah bekerja mengingat ini perumahan orang-orang sibuk. Apalagi suasana saat ini sedang mendung seperti akan hujan.

Lalu, dari arah depan muncul dua orang tengah berjalan ke arahnya. Padahal ia kira dua orang itu berada di belakangnya.

"Akhirnya, kita ketemu juga!"

REFLECTION [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang