chapter 29 - the last [END]

30 1 0
                                    

Pergilah, kenangan buruk. Jangan pernah datang dan mengusik kehidupan tenangku lagi.

***

Sepertinya selama satu bulan lebih ini perubahan Tera drastis sekali. Gadis itu bangun di rumah sakit dalam keadaan sangat buruk. Wajahnya sangat tirus sampai terlihat tulang-tulang yang menonjol, rambutnya memutih bagian atas sampai atas bahu sehingga terlihat seperti tengah diombre dengan warna cokelat terang, lalu kulitnya semakin memucat. Gadis berusia 13 tahun itu seperti telah hidup selama beratus-ratus tahun di bumi ini.

Ketika membuka mata, bukannya merasa kembali hidup, justru dadanya terasa sangat sesak. Ia merasa kehidupannya baru saja berakhir.

"Nona mau makan apa setelah nanti kita pulang?" tanya seorang wanita cantik berusia 20-an tahun. Wanita memakai pakaian hitam dan putih itu mendorong kursi roda Tera keluar dari ruangan mereka.

"Apa saja," jawab Tera singkat. Tubuhnya terlalu lemah dan malas melakukan apa-apa. Ia hanya ingin keluar dari ruang sempit berbau obat-obatan itu dan menghirup udara segar alami. "Tunggu sebentar," ucapnya.

Mereka berhenti di depan sebuah pintu kamar yang tidak jauh dari kamar VIP Tera. Tera melihat nomor yang terpampang di pintu, yaitu VIP - 003.

"Ada apa, Nona?" tanya Magy.

"Boleh kita masuk?"

Magy kebingungan akan menjawab apa. Namun, ia berusaha menenangkan nonanya. "Maaf, Nona, kita memang boleh masuk kalau diizinkan oleh yang berada di dalam ruangan. Tapi, kita tidak kenal dengan pasien itu. Apalagi sepertinya pasien itu tengah tertidur. Nanti kita malah mengganggu," jelasnya sembari melirik ruangan dari jendela kaca di pintu.

"Izinkan, Magy," ujar Tera memaksa.

Akhirnya, Magy mengetuk pintu, tetapi tidak kunjung mendapat jawaban.

"Kita masuk saja," ujar gadis itu lagi.

Perlahan, Magy membuka pintu itu, lalu mendorong kursi roda Tera ke dalam ruangan tanpa menutup kembali ruangan tersebut.

Seperti yang diingatnya, sosok yang terbaring itu adalah Arvie. Wajahnya tidak berubah sama sekali kecuali tubuh di sini lebih kurus dan pucat, rambutnya tidak memutih.

"Nona mengenalnya?"

Pertanyaan Magy tidak ia gubris, memilih untuk tetap mengamati laki-laki itu. Perlahan memori tentang kebersamaan mereka di dunia mimpi muncul kembali. Bukan hanya itu, semua yang pernah ia lalui kembali ia ingat. Itu pun setelah sekian lama ia mencoba mengingatnya kembali.

Tera mengajak Magy keluar dan menutup kembali pintunya. Lalu, melanjutkan acara untuk ke taman rumah sakit.

Banyak sekali yang tidak Tera pahami. Dunia ini memiliki beberapa refleksi, yah, mungkin ibaratnya cermin, sisi kanan merupakan sisi kiri di cermin, begitu pula sebaliknya. Mungkin akan lebih masuk akal.

"Nona Tera bermimpi apa saat tertidur?" tanya Magy lagi untuk membuat Tera kembali banyak bicara seperti biasanya. Setidaknya begitulah pendapat Magy terhadap nonanya selama hidup bersama di mansion besar itu.

"Aku bermimpi panjang sekali. Bukan mimpi. Aku sedang berpetualang, mempunyai banyak teman, orang tua yang baik, dan mengeksplor kota," jawab Tera.

"Betapa indahnya .... Apa ada aku di sana?"

Menggeleng, Tera menatap maklum Magy yang duduk di hadapannya.

"Yah .... Tapi, tidak apa-apa, Nona. Meskipun aku tidak ada di sana, tidak ikut berpetualang dengan Nona, aku harap aku tetap bisa menjadi rumah untuk Nona berpulang."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 18, 2024 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

REFLECTION [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang