Lalu, aku berpikir, kalau aku tidak bisa membuka mata lagi, adakah yang akan menangis untukku?
***
Kali ini, Tera sadar. Ia tahu kalau dirinya masuk lagi ke dunia mimpi atau entahlah sebutannya apa itu. Dirinya sedang tertidur di kamar pada malam hari. Lalu, paginya, ia bangun dan bersekolah seperti biasa.
Ternyata Altha menepati janjinya untuk membuat dirinya aman dari Rain. Entah ke mana jiwa Tera di dunia ini pergi ketika ia pindah ke dunia nyata, tetapi nyatanya tubuhnya baik-baik saja. Sebenarnya, ia sangat heran bagaimana tubuh ini bisa pindah dari tempat terakhir kali itu ke kamar ini. Gadis itu juga penasaran apakah orang tuanya tidak menyadari hal itu atau bagaimana.
Memang ia merasa sakit pada seluruh tubuh karena terakhir sebelum ia pindah ke dunia nyata, dirinya baru diteror Rain. Bajunya pun masih seragam kotor yang sobek di beberapa bagian.
Hari ini, Tera bersekolah memakai seragam lain seadanya. Ia tidak ambil pusing soal seragam karena nyatanya di sekolah pun terkadang orang-orang memakai seragam berbeda-beda.
Sampai di sekolah pun tidak ada yang menyadari dirinya berbeda. Tidak ada yang menanyakan kabarnya atau kenapa ia tidak bersekolah dua hari kemarin.
Ya, berdasarkan analisisnya, Tera menyimpulkan bahwa waktu di dunia ini dan dunia nyata adalah sama. Jadi, ia sangat yakin dirinya tidak sekolah dua hari terakhir karena tubuhnya masih ada di dalam kamar dalam keadaan buruk.
"Tera, nanti aku mau umumin ending cerita yang sudah fiks, loh!"
Tera sedikit tersentak saat Haiva tiba-tiba mengajaknya berbicara. Sedari tadi gadis itu hanya melamun, tidak terlalu mengamati sekitar.
"Oh, iya?" Bahkan, Tera sendiri tidak tahu kalau cerita drama itu belum memiliki ending. Ia belum terlalu memahami alur yang dibuat Haiva.
"Iya. Jadi, kamu nanti akan mulai latihan. Kamu sudah hafal naskahnya, 'kan? Naskah yang sudah aku beri beberapa percakapan khusus untuk kamu."
"Su-dah," jawab Tera setengah ragu. Ia tidak ingat pernah membaca naskahnya sampai akhir. Atau mungkin ia memang belum pernah membacanya. Maklum saja, ia tidak begitu tertarik dengan klub itu terlebih kepada orang-orangnya yang tidak menyukai keberadaannya di sana. Namun, ia menjawab sudah agar setidaknya terlihat menghargai usaha Haiva.
"Bagus. Sepulang sekolah, kita langsung latihan. Jadi, pastikan beri tahu orang tuamu kalau kamu pulang malam."
Tera sebenarnya agak ragu juga bagaimana cara ia menghubungi orang tuanya. Hari ini ia belum bertemu mereka. Hanya ada dirinya di rumah itu tadi. Ia pun tidak yakin mereka sudah berbaikan. Jadi, ia biarkan saja tidak berpamitan lebih dahulu.
Siang itu, sepulang sekolah, Haiva langsung menggandeng tangan Tera untuk diajak ke ruang klub drama. Tera menurut saja meskipun belum membaca ulang naskah yang sudah diberikan Haiva. Yang sudah repot-repot teman sebangkunya itu buatkan percakapan.
Hari ini suasana sedikit dingin. Angin berembus sepoi-sepoi disertai awan yang seolah selalu menghitam, entah kapan terakhir kali dunia ini menerima sinar matahari langsung. Tera sendiri sangsi ada matahari di sini.
"Hai," sapa seorang senior laki-laki dengan tersenyum.
"Ha-i," jawab Tera dengan ragu.
Arvie terlihat lelah dengan kantung mata menghitam. Seolah tidak tidur beberapa hari, sama seperti Tera yang dua hari terakhir tidak tidur. Lalu, senyum tipis laki-laki itu pudar setelah memerhatikan wajah Tera beberapa saat. Ia seperti tengah menyadari sesuatu.
![](https://img.wattpad.com/cover/162337210-288-k233962.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
REFLECTION [END]
Mistero / ThrillerPada beberapa kejadian, terkadang mimpi adalah sebuah dunia lain yang sebenarnya berdampingan dengan dunia nyata. Setiap pingsan, Tera akan menjalani hari-hari seperti biasanya. Lalu, ketika ia terbangun, seolah semua itu hanyalah mimpi dan ia ling...