Jika aku mati di kegelapan ini, apakah aku bisa menemukan cahaya? Atau justru kegelapan abadi yang akan menyambutku?
***
Hilang.
Claire hilang begitu saja setelah diempas Ona. Tera langsung melihat ke pembatas rooftop. Perlahan, tubuh wanita itu kembali mengambang ke atas.
Tera menatap Claire dengan perasaan bersalah teramat besar. Ingin membantu, tetapi dirinya tidak mempunyai kekuatan seperti Ona.
Matanya menatap marah kepada Ona yang hanya dibalas dengan putaran bola mata wanita itu. "Apa yang kamu lakukan?!" seru Tera marah. Gadis itu tidak akan memaafkan untuk yang satu ini. Setelah ini, ia pastikan dirinya tidak akan mengikut wanita itu lagi. "Setelah membuat mereka mencarikan nyawa untukmu, sekarang kamu mau membuang mereka layaknya sampah?" tanya Tera. "Turunkan!"
Ona menghela napas. "Memang sudah tidak berguna, 'kan? Ini waktunya kamu ikut denganku dan biarkan semuanya menghilang."
Awan hitam mengumpul di atas mereka membentuk lingkaran besar mengelilingi. Angin berembus mulai pelan berubah menjadi kencang.
Tera masih terdiam menatap lantai yang ia pijak. Napasnya naik turun disertai air mata yang berkumpul di pelupuk. Kepalanya terasa sangat berat untuk sekadar diangkat. Kalau ia punya kekuatan, sudah dipastikan gadis itu akan langsung membuat Ona menghilang dan tidak akan pernah kembali ke dunia ini. Wanita itu sangat meresahkan.
"Tunggu apa lagi, Tera? Mereka tidak akan merasa sedih dan keberatan lagi dengan keberadaanmu. Ayo, kita pergi."
"Tera, jangan pergi!" seru Claire yang masih berusaha bertahan hidup.
"Sepertinya ini akan menjadi pilihan yang berat. Siapa yang akan kamu pilih antara dirimu ikut denganku atau tidak ikut tapi dia mati?" Ona membuat dirinya mengambang dengan tangan bertopang pada dagu.
Selama lima menit diam saja menahan amarah, akhirnya Tera bisa mengendalikan rasa kesal dalam hatinya. Ia menarik napas pelan dan membuangnya pelan juga, ia ulangi selama sekitar sepuluh kali.
"Apakah kamu akan dengan bodohnya membawa orang lain dalam misimu?" Seseorang muncul dengan suaranya yang sangat lembut tetapi penuh penekanan. Seorang gadis berpakaian seragam sekolah rapi, rambut cokelat terang panjang, bola mata biru laut, dan kulit putih pucat. "Alih-alih bekerja di bawah tuntutanmu, bisa saja menjadi ancaman paling besar."
Tera dan Ona bersamaan menatap sosok itu yang terlihat transparan di hadapan mereka. Di samping sosok itu terdapat seorang wanita dewasa bertubuh kekar dan dagu mendongak percaya diri.
"Akhirnya, kamu muncul juga," ujar Ona yang tidak terkejut sama sekali. Meskipun dua orang di hadapannya itu memiliki wajah dan tingkah yang sama, Ona sudah memprediksikan hal ini akan terjadi.
"Seperti yang kuduga, kamu pasti sudah menyadari sejak awal tentang diriku yang asli dan palsu."
Tera lebih syok dari itu. Apa yang dilihatnya kali ini lebih mengherankan daripada seluruh keanehan di dunia ini. Tera. Dirinya sedang berdiri di hadapan seorang gadis seusianya yang mirip dengannya. Ya, kemungkinan itu adalah Tera dunia ini. Bersama Valisa.
Entah bagaimana caranya, Tera seakan bisa menyusun puzzle yang selama ini tercecer. Ia bisa menyimpulkan semua kejadian-kejadian aneh yang menimpanya sejak masuk ke tubuh ini. Mulai dari kemungkinan Tera sendirilah yang membawanya ke sini, fakta tentang Valisa yang merupakan sosok pembantu Tera dunia ini, atau pertanyaannya tentang ke mana perginya dirinya di dunia ini ketika ia ada di sini menggantikannya. Akhirnya, Tera sedikit memahami.
KAMU SEDANG MEMBACA
REFLECTION [END]
Mystère / ThrillerPada beberapa kejadian, terkadang mimpi adalah sebuah dunia lain yang sebenarnya berdampingan dengan dunia nyata. Setiap pingsan, Tera akan menjalani hari-hari seperti biasanya. Lalu, ketika ia terbangun, seolah semua itu hanyalah mimpi dan ia ling...