chapter 21 - the basement

9 1 0
                                    

Apakah ini pertanda untukku sudah mulai melupakan dunia asliku?

***

Kejadian itu sangat cepat. Bahkan, kini Tera sudah kembali ke tubuhnya di dunia mimpi. Ia mengingat semua di dunia nyata meskipun saat di dunia nyata ia malah lupa. Entah kenapa setiap kembali ke dunia nyata, ia merasa semuanya asing.

Tera ingat dirinya berada di ruang UGD dan ditangani oleh beberapa orang ahli, lalu ketika sudah selesai, mama dan papanya datang. Dua orang itu pasti syok ditanyai seperti itu olehnya. Namun, lebih syok lagi saat ia menyadari dirinya di dunia nyata semakin lama semakin berubah. Ia sempat melirik kaca jendela yang memantulkan bayangannya saat ia dipindah ke ruang rawat VIP lagi.

Di bayangan itu, ia melihat seorang gadis memakai baju pasien tengah tergeletak tidak berdaya di atas brankar. Wajahnya yang pucat semakin memucat dan rambutnya bagian atas memutih, tidak lagi berwarna cokelat terang. Tubuhnya sangat kurus sampai tulang pipinya terlihat.

Apakah aku di dunia nyata akan mati?

Tera menitikkan air matanya. Ia telah membuka mata lagi di dunia mimpi dan langsung menghadap cermin. Dirinya masih cantik dengan rambut dan bola mata senada, hidung mancung, dan daging pipi yang pas, tidak terlalu tirus juga tidak terlalu tembam.

Ataukah ini pertanda untukku sudah mulai melupakan dunia asliku?

Gadis itu membuka pintu kamarnya yang memang sedari awal tidak terkunci, berjalan ke lantai bawah untuk melihat keadaan mama dan papanya.

"Hanya rumah ini yang bisa menjaganya dari wanita gila itu!"

"Ya, tapi kamu tahu sendiri umurnya sangat tergantung dengan wanita itu!"

"Kamu ingin aku terus melakukan pembunuhan?"

Suara Mike. Itu suara papanya yang berkata terus melakukan pembunuhan. Apakah ini sisi asli kedua orang tuanya?

Sejak mendengar suara ribut dari arah ruang keluarga, Tera turun ke lantai satu mampir dulu ke dapur. Ia mengambil pisau dapur dengan tangan gemetar, tetapi ia pegang benda mengkilap itu dua tangan agar tidak jatuh akibat gemetarannya.

Mendengar kalimat terakhir Mike itu semakin membuatnya tidak bisa menahan diri. Bayangan Haiva yang selalu membelanya dan menjadi temannya di saat semua orang benci, terus terngiang di kepalanya. Bagaimana bisa Tera percaya bahwa gadis kecil itu telah tiada dengan keadaan terakhir kali ketika hidup adalah sedang baik-baik saja.

Ia juga mengingat kembali wajah Altha dan Rain yang menjelaskan bahwa keduanya telah meninggal tiga tahun lalu. Pantas saja selama Tera berada di dunia ini, belum pernah ia lihat mereka ganti baju, kecuali saat kemeja Altha digunakan untuk membalut lukanya waktu itu. Pantas saja mereka tidak pernah bersekolah, itu karena mereka seharusnya telah lulus dari sekolah menengah pertama.

"Papa," panggil Tera pelan. Ia menunduk sangat dalam sehingga rambutnya sedikit menghalangi wajah. Kedua tangannya di belakang tubuh tidak berhenti gemetar.

"Tera? Sejak kapan kamu di situ?" tanya Mike dengan nada panik.

"Bukankah Mama sudah bilang agar tetap di kamar?" sahut Claire.

"Tera tanya sekali lagi, apa yang sudah kalian lakukan selama ini? Apa kalian juga yang membunuh keluarga Haiva dan Ozan, tetangga kita? Apa benar kalian yang membantai keluarga Lizzie, Altha, dan Rain?" Suara Tera lirih, tetapi penuh kesedihan dan ketakutan saat mengatakannya. Ia perlahan mendongak, menatap wajah papanya yang akan menjawab.

REFLECTION [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang