Aku juga ingin ada yang menemaniku di kegelapan ini, menarikku keluar dari jurang kesedihan, dan menyembuhkan lukaku.
***
Hari itu, Tera hanya bisa melemas di dalam kamar Haiva. Ia menarik napas sebanyak-banyaknya setelah lama ditahan.
Omong-omong, kamar itu pun cukup luas untuk ditempati Haiva sendiri. Terdapat satu kasur yang hanya muat satu orang, satu lemari besar berisi baju, satu lagi lemari kaca sedang berisi mainan dan banyak sekali benda pajangan, satu rak buku penuh dengan buku sampai tidak muat dan dijejalkan, meja dan kursi belajar beserta tetek bengeknya, karpet bulu, dan lampu LED warna-warni yang belum juga mati sampai sekarang. Lalu, ada juga dua figura kecil yang dipajang di nakas samping tempat tidur.
Sembari mengamati, mata Tera kembali menitikkan air mata. Tidak menyangka orang yang tengah ia bobol rumahnya telah tiada. Bukan maksudnya berbuat buruk, ia hanya ingin mendatangi rumah ini sebelum kasus selesai. Ia ingin melihat sendiri sebelum polisi membuat sebuah kesimpulan.
Berjalan memutari kamar, Tera mendapati foto-foto polaroid yang ditempel di atas tempatnya tidur dan di atas meja belajar.
Tera duduk di meja kursi meja belajar Haiva. Sepertinya Haiva sangat menghabiskan waktunya di kamar ini. Terlihat estetik dan sangat berwarna. Bahkan, di cermin besar dekat meja belajar pun terdapat tulisan-tulisan tangannya yang cantik.
Kenapa kamar ini serasa tidak asing?
Tempat tidur Haiva terlihat berantakan, sepertinya gadis baru bangun, lalu ke lantai bawah tanpa merapikan tempat tidurnya sebelum kejadian itu.
Srek!
Merasa menginjak sesuatu, Tera menunduk. Ia menemukan tiga kertas HVS yang distapler jadi satu.
Belum sempat membaca apa isinya, terdapat suara ramai-ramai dari luar. Tera langsung panik dan bingung harus bersembunyi di mana. Pintu itu bisa saja dibuka dari luar.
Akhirnya, hari itu Tera keluar dari kamar Haiva lewat jendela yang beruntungnya tidak langsung mengarah ke halaman depan rumah. Ia turun perlahan sampai akhirnya bisa mencapai halaman samping. Ia langsung berlari sembari membawa kertas tadi yang sudah ia lipat.
Sejak hari itu, dua hari setelahnya, Tera hanya berdiam diri di rumah. Ia masih merenung akibat kertas yang ia baca.
Mama dan papanya masih juga belum mengizinkannya keluar rumah. Mereka sesekali bergantian melihatnya ke kamarnya, lalu keluar lagi. Tera sendiri tidak berminat untuk keluar.
Cerita yang dibacanya mirip seperti kehidupannya.
The Unwanted Princess, judulnya. Menceritakan seorang putri kerajaan yang awalnya sangat ramah, tetapi dijebak oleh istri ketiga raja sekaligus ibu tiri sang putri. Hingga putri itu dikurung oleh raja untuk tetap berada di istana dengan bangunan terpisah bersama seorang pengawal dan beberapa pelayan saja.
Tentu saja bukan itu hal yang sama seperti kehidupan Tera. Awalan itu sama seperti cerita drama yang sedang diikuti Tera di ekstrakurikuler sekolah. Sepertinya ini adalah naskah asli sebelum akhirnya disederhanakan oleh Haiva. Naskah yang dipegang Tera itu penuh coretan dan lingkaran pulpen warna. Beberapa kalimat dicoret pulpen merah dan dilingkari pulpen hitam atau biru.
Naskah yang digunakan untuk klub drama, yaitu menceritakan keseharian sang putri yang ramah dan suka membantu rakyatnya, disukai oleh semua orang. Lalu, si ibu tiri yang jahat menyingkirkannya. Sang putri dikurung di bangunan istana lain dan didampingi oleh seorang pengawal. Namun, akhirnya, ibu tiri itu ketahuan dan dihukum oleh sang putri. Lalu, sang putri menjadi ratu dan menikah dengan pengawal yang ternyata adalah peri baik hati. Pengawal itu pulalah yang membongkar kejahatan si ibu tiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
REFLECTION [END]
Misterio / SuspensoPada beberapa kejadian, terkadang mimpi adalah sebuah dunia lain yang sebenarnya berdampingan dengan dunia nyata. Setiap pingsan, Tera akan menjalani hari-hari seperti biasanya. Lalu, ketika ia terbangun, seolah semua itu hanyalah mimpi dan ia ling...