Chapter 22 : Race Day (Lap 3/5)

19 3 0
                                    

Kanto mulai memanas. Ia ingin sekali merebut posisi 1 kembali dari Filo. Karena tikungan 9 adalah tikungan buta ke kiri, Filo melakukan pengereman seperti pada biasanya. Sementara Kanto mencoba 'late braking'. Memasuki tikungan 9, Evo 4 milik Kanto menyalip dari lajur luar, dan berusaha menyalip Filo dari garis luar. Kanto pun rem semaksimal mungkin, bahkan sampai rodanya mengunci dan rem cakramnya bersinar merah, tanda bahwa remnya bekerja semaksimal mungkin. Karena rodanya yang mengunci, ia sedikit melebar, sehingga harus mundur kembali ke belakang Filo.

Satrya yang berada di lurusan sebelum tikungan 9 melihat apa yang terjadi dari jauh.

"Sepertinya Evo itu rem terlalu mendadak, atau bannya sudah mau habis"

Disaat Satrya melihat ke depannya, ia juga melihat ke arah belakang, dimana Sonny bersiap-siap mencari cela dan menyalipnya. Golf itu tampak sebaris dengan 806, bersiap menyalipnya mengandalkan slipstream dengan udara bersih.

"Jika aku menempelkan Golf ku persis dibelakangnya, aku tidak akan terkena hambatan udara, sehingga menyalipnya akan menjadi hal yang mudah."

Tapi begitu Sonny melakukan itu, ia merasa aneh. Karena ia merasa tidak mendapatkan keunggulan slipstream, malah ia mendapatkan udara kotor. Performa mobilnya tetap sama, sehingga ia kurang bisa menyalip Satrya.

"Sial, aku malah tidak mendaptkan keunggulan. Performa mobilku mulai menurun, atau memang aku malah mendapatkan udara kotor dari belakang 806 itu ?"

Apa itu udara bersih dengan udara kotor ? Dalam balapan ada istilah 'slipstream' dimana mobil belakang mengikuti mobil depan dengan mengambil keuntungan karena mobil yang dibelakang tidak harus melewati hambatan udara. Tapi di sisi lain, mengikuti mobil lain juga bisa menyebabkan udara kotor, dimana udara yang keluar dari mobil pertama bersuhu panas, sehingga menyebabkan performa mobil terhambat karena mesin tidak menerima pasukan oksigen yang cukup.

Bisa dibilang Sonny mendapat udara kotor dari belakang 806 Satrya. Karena udara yang mengalir dari belakang 806 tidak begitu mulus, dan Sonny menjadi korban udara kotor bekas 806 itu.

Tikungan 10 berupa belokan kiri besar, Kanto akan mulai menyalipnya lagi. Ia akan kembali mencoba menyalip dari lajur luar.

"Liat saja. Bakal ku rebut posisi 1 kembali dari tangan mu"

Kedua Mitsubishi itu memiliki 300HP dan penggerak AWD. Namun Evo 4 milik Kanto memiliki keunggulan bobot ringan dan jarak antar roda yang lebih pendek.

Setelah melewati belokan 10, Evo 4 itu sudah berada disamping Galant VR4.

"Wah. Dia udah disamping gw"

Lurusan dari belokan 10 ke 11 adalah lurusan turunan. Kedua Mitsubishi itupun saling membalap di lurusan itu, seperti sebuah drag race.

Krusialnya, turunan itu diikuti langsung dengan turunan 11 yang merupakan tanjakan berbelok. Walau kedua mobil ini memilik tenaga dan penggerak yang sama, Galant milik Filo memiliki torsi yang lebih banyak, sehingga lebih unggul di tanjakan.

Satrya yang secara tiba-tiba berada beberapa meter dibelakang Kanto tertawa sendiri.

"Tampaknya Evo itu jatuh kedalam perangkap oleh ketidaksabarnya sendiri"

Begitu naik ke tanjakan melalui tikungan 11, Galant itu mengandalkan low end torque nya, sehingga bisa mendahului Lancer itu. Karena Lancer tadi berusaha menyalip dari lajur luar, ia malah kesusahan sendiri karena tidak bisa mengandalkan low end torque nya, dimana sebaliknya Galant itu bisa mempertahankan posisi. Keluar dari tikungan 11, Filo masih memegang posisi 1. Kanto pun harus putar otak untuk bisa menyalipnya lagi.

Sejumlah penonton yang kebetulan berada di pinggir tikungan itu pun tergiur-giur.

"Gila ! Mau nyalip dari luar mana bisa ?"
"Hebat tuh pengemudi Galant, tetap tenang"

Breaking The LimitsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang