Chapter 5 : Memori

87 5 0
                                    

Alarm HP bunyi, waktu sudah 06.45
Satrya memang terbiasa bangun pagi, biarpun itu hari libur. Karena sudah terbawa kebiasaan dari SMA dan masa-masa kuliahnya, dimana ia biasanya bangun pagi-pagi dari Senin hingga Sabtu. Bahkan Minggu juga untuk gereja pagi.
Satrya pun terbangun dari tidurnya. Awalnya ia bergegas, namun.....

"Wait a minute. Kan janjian siang. Ngapain gw buru-buru" ujar Satrya kebingungan sambil menertawakan tindakan konyolnya sendiri.
Tapi Satrya berpikir untung breakfast saja dulu
"Hmm breakfast aja deh. Ntar di cafe makan ringan aja"
Dia pun menuju garasinya, menyalakan Peugeot 806nya dan meninggalkan rumahnya. (Tentu tidak lupa untuk mengunci rumah pastinya). Dia memutuskan untuk breakfast di McD terdekat
Kenapa McD ? Karena masa-masa muda Satrya pas SMA, ia sering diajak breakfast sekeluarga di McD tiap minggu. Serasa seperti rutin tiap minggu.

Sampai di McD, ia memesan makanan dan langsung mencari tempat duduk.
Lalu ia menyantap breakfastnya dengan nikmat. Tetapi di tengah-tengah enaknya breakfast, ia terdiam diri.
Ternyata dia melihat Sisi, teman lamanya. Actually sebenarnya Satrya dan Sisi satu SMP dan SMA, dan mereka berdua sangat dekat satu sama lain. Bahkan pernah pacaran. Cuman status mereka jadi aneh sejak pisah kuliah. Karena tak pernah mengabari satu sama lain. Satrya kuliah ITB di Bandung, sementara Sisi kuliah ISI (semacam universitas negeri untuk jurusan seni) di Jogja.
Bandung dan Jogja, tempat yang cukup jauh. Tapi tidak sejauh antara Anyer dan Jakarta, seperti lagunya Sheila Majid. Gatau siapa ? Tanya papa mama mu, mungkin mereka tau lagunya, karena itu lagu romansa jadul yang cukup fenomenal.

Anyway, Satrya berpura-pura tidak mengetahui apapun saat melihat Sisi, berusaha menghindari kontak mata. Disaat yang sama Sisi juga berusaha menghindari kontak mata dengannya. Namun apadaya, Sisi jadi terpeleset dan nyaris jatuh. Karena terpeleset deket ama tempat Satrya, mau harus gimana lagi, Satrya pun menangkap Sisi sebelum ia terjatuh. Mungkin karena kebiasaan reflek.....atau kebawa perasaan.....just maybe.

"Hai.......Sat" kata Resi dengan malu.
"Um..hai...Sis" kata Satrya juga dengan malu, agak-agak salting.
Satrya dulu memanggil Sisi dengan panggilan Sis.
Sisi pun juga biasa memanggil Satrya dengan panggilan Sat. Kadang karena kesel, Sisi manggil Sat jadi Bang-Sat. (No offense)
Lalu Sisi pun pergi ke tempat duduknya, yang agak deket sama Satrya, karena tempat lain sudah penuh.
Sisi pun tak punya pilihan lain, kecuali duduk di samping Satrya.
Mereka berdua saling malu-malu, salting, hampir menghindari kontak mata.
Sisi pun memberanikan diri. "Apakabar lu Sat ?" katanya.
Satrya sempet salfok, ia pun kebablasan menjawab. "Um...baik. Lu ?" tanya balik.
"Oh, gw um...ya gitu deh, baik juga" jawabnya grogi

Mereka berdua saling tatap dan senyum-senyum sendiri.
"Dah lama gw ga denger dari lu". "Sama gw juga". Di momen ini lah, mereka berdua mulai dekat lagi.
"Kemana aja lu, kok lu menghilang, gada kontak, gada kabar". "Ah well, nomor gw ganti Sis, dan waktu itu gw ga nitip kabar ke siapapun". "Oh gitu". Karena jalan hubungan antara mereka berdua agak aneh, atau bisa dibilang status quo, Sisi dan Satrya jadi meragukan sesama. Entah mereka berdua sudah dekat ama orang lain atau justru masih menunggu sesama. Sisi berkata dalam hatinya, "Gw kangen ama lo Sat, tapi gw ragu klo lu masih Satrya yang sama atau udah ama yang lain selama lu di Bandung". Begitu juga apa yang dipikirkan Satrya, "Gw kangen lo Sis, tapi gw gatau lu masih sendiri atau udah ama yang lain sejak di Jogja".

Satrya pun melihat HPnya. Waktu sudah 12.15. "Syet, gw lupa gw ada janjian" Satrya pun buru-buru dan menuju mobilnya. Tapi sebelumnya, dia sudah memberi Sisi kontaknya. "Eh Sis, nih kontak baru gw. Sorry gw musti buru-buru. Ada janjian gw". "Eh iya, nih juga kontak gw".
Satrya pun terbawa perasaan untuk mengajak Sisi berdua kapan-kapan. "Sis. Hmmm maybe, mo iseng ga, ketemuan kapan-kapan ?". Sisi ngeblush malu. "Hmm bo...boleh".
"Okey, duluan yak" Satrya bergegas pergi. Sisi terdiam diri, senyum-senyum sendiri. "Staga, nih beneran dia mo ngajak gw ngedate, ato cuman gw baper" kata Sisi dalam hati.

Selama perjalanan, Satrya pun juga terbawa perasaan selama nyetir. "Ini gw ga mimpi kan". Rasa kangen dan cinta antara Satrya dan Sisi mulai nampak sejak hari itu.
Satrya sudah nyampe di kafe DKV. Untung selama nyetir dia tidak salfok. Kalau gak nabrak ntar dia.

"Mana tuh orang" kata Renus.
"Nah itu dia" lanjut Fauzan
Satrya menghampiri Renus dan Fauzan
"Weh Sat, pakabar" ujar Fauzan
"Baik....baik. Lu pada ?"
"Ya gitu deh" ujar Renus
Fauzan lalu memesan makanan dan minuman. "Lu pada mo makan apa ? Gw yang traktir nih" ujar Fauzan. "Wis gokil, yaudah gw pesen semua makanan" ujar Renus. "Udah gilak lu, ga lucu ceritanya ngutang ke kafe" lanjut Fauzan. "Lu pesen apa Sat ?" tanya Renus
"Ah gw yang ringan aja. Udah breakfast tadi gw" lanjut Satrya. "Wah ga ngajak-ngajak lu" ujar Renus.

----diskusi mereka akan berlanjut di chapter 6----

Breaking The LimitsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang