Balapan usai. Kondisi jalan mereda. Beberapa orang sudah meninggalkan lokasi. Yaa....supaya tidak mengundang perhatian polisi. Beberapa teman-teman Satrya sudah pulang. Beberapa numpang di Renus dan Beni. Sementara Fauzan dan Alfi pulang sendiri. Tapi disaat yang lain numpang bersama, Sisi memberanikan diri.
"Sat"
"Hm ?"
"Gw pulang ama lu boleh ga ?"
"Heh ? Ga numpang ama Renus aja ?"
Sisi sedikit malu-malu. Tapi teman-teman Satrya yang lain meneriaki Sisi supaya mau ikut ama Satrya."Udah Sat. Lu anterin aja sih" ujar Renus.
"Tau lu Sat. Kesempatan ga diambil. Ntar hangus kesempatannya loohh" lanjut Ika menlontarkan candaan.
"Lu kira abu hangus" ujar Satrya.
"Abu gosok Saaattttt" ujar Yoda melontarkan candaan balik.Satrya sedikit bimbang, dan agak malu juga. Tapi ia memberanikan diri.
"Yaudah dah. Lu pulang ama gw"
Sisi sedikit malu, tapi menerima.Lalu mereka semua saling salam jumpa, dan pulang menuju rumah mereka masing-masing.
Satrya melihat ke arah jam digital di roof console 806nya. Waktu menandakan 23.30. Maka Satrya bergegas mengantarkan Sisi pulang. Ia pun memilih lewat Inner Ring Road.
Selama perjalanan, supaya menjaga situasi agar tidak membosankan, Satrya membiarkan Sisi memutar dan gonta-ganti channel radio. Dari Female Radio 97.9, Prambors 102.2, Jak FM 101.0, Most FM 105.8, dan seterusnya. Agar menjaga situasi sedikit hangat, mereka pun berbincang-bincang.
"Sat. Maksud lu apa sih, ampe berani ngelawan mereka. Klo gw jadi lu sih, gw kabur terus telpon polisi" ujar Sisi dengan nada sedikit serius dan tegas.
Lalu Satrya meredakannya.
"Well. Klo kita bisa lawan. Why not".
"Ya tapi lu liat ya, kita ama mereka cuman menang 2-2"
"Obviously klo itu Bobi ga nabrak Renus, kita udah dapat 3-1. Tu bocah gendut geblek. Untung Renus masih hidup. Klo ampe luka-luka, gw main dukun. Biar dia gentayangan mulu tiap malam" ujar Satrya melontarkan sedikit candaan dibaluti emosi.
Sisi sedikit tertawa dengan kata-kata besutan Satrya. "Hehe gendut geblek hehe"."Btw lu tinggal dimana Sis ?"
"Masih ama ma bapa gw. Cuman pindah rumah ke Pulomas"
"Really ?"
"Iya. Bapak gw dapat promosi, trs dikasih tempat tinggal"
Selama masa SMP SMA, Satrya dan Sisi tinggal di daerah Bekasi.Selama perjalanan, jalan tol cukup sepi. Sehingga Satrya iseng geber mobilnya, sekalian supaya bisa pulang cepet. Ia menekan pedal gasnya dalam-dalam. Tapi hanya untuk beberapa saat karena ia teringat sesuatu. Lalu melepas gasnya.
"Loh ? Napa di lepas ?" tanya Sisi.
Satrya jadi aga kagok dan salting. Ia pun langsung mengatakannya.
"Takutnya lu mabuk darat".Sisi sering bercerita ke Satrya pas SMP kalau Sisi itu mabuk darat. Kalau dia naik mobil pada kecepatan 100kph, ia gampang mual.
Saat itu,
Speedometer 806 menunjukan kecepatan 110kph. Satrya tidak ingin menambah kecepatan supaya Sisi tidak mual."Ooh" jawab Sisi singkat, yang mengerti maksud Satrya, tapi justru Sisi membiarkannyan
"Gapapa Sat biarin aja. Ntar juga klo gw mual, tinggal pake freshcare. Gw lagian pengen cepet-cepet pulang".Satrya agak ragu, tapi ia melakukannya. Ia pun tancap gas. Perjalanan menuju rumah Sisi pun jadi pendek
*a few moments later*
Satrya pun sudah sampai di Pulomas. Tempat di rumahnya Sisi. Waktu menandakan 00.24. Tanpa bicara banyak, Sisi keluar dari 806 dan menuju rumahnya.
Tapi sebelum menutup pintu 806nya, Sisi berpaling ke arah Satrya.
"Sat. Besok lu ada acara ga ?"
"Hah ? Ngak. Kenapa ?"
Sisi agak ragu mengatakannya, tapi dengan keberanian, ia melontarkan pertanyaan yang agak membuat Satrya bengong beberapa saat.
"Jalan-jalan yu berdua besok. Kemana kek ? Kelapa Gading gitu ?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Breaking The Limits
LosoweSeorang pemuda yang jatuh cinta dengan dunia otomotif dan hobi ngebut dengan teman-temannya di Jalan Tol atau perkotaan dan juga modif mobil dengan refrensi modifikasi-modifikasi asal Jepang / Eropa. Di saat kawan-kawannya dan lawan-lawannya mengend...