Chapter 23 : Encounter (1/3)

20 3 0
                                    

Hari demi hari berlalu. Tepatnya sekitar 2 hari setelah 'showdown' antara Satrya dan Sonny. Berita tersebar di berbagai media. Dari berita lokal, radio, koran, blog internet, dan sejenisnya. Terlihat seperti Satrya membuat nama untuk dirinya sendiri. Namanya sendiri sering muncul ketika orang-orang membicarakan tentang balapan jalanan. Walau sebelumnya sudah heboh karena berhasil melawan 'Street Chaos', namun kali ini jadi lebih banyak dibicarakan karena melawan salah seorang anggota JSO, yaitu Sonny sendiri. Alhasil, di blog-blog dan media seputar balap jalanan, nama Satrya sering muncul. JSO sendiri pun mulai menanggap Satrya sebagai lawan yang pantas. JSO memang merajai seluruh jalanan Jakarta, bahkan sampai se Jabodetabek.

Apa sih itu JSO ? Nanti akan saya ceritakan.

*BSD
Jam 06:30

Alarm dari Handphone Satrya berbunyi. Walau Satrya keliatan aktif dan kuat begadang sampai malam hari, bisa dibuktikan dengan ia sering berkendara di malam hari, faktanya ia paling malas kalau bangun. Entah bangun pagi setelah tidur malam, ataupun bangun dari tidur siang. Sering dijuluki tukang tidur oleh ibunya sendiri, bahkan kadang di cap pemalas oleh Sisi, ketika mereka masih berhubungan di SMP dan SMA. Tapi semenjak Satrya tinggal sendirian selepas kuliah, sifatnya masih sama pula. Namun ia selalu membiasakan bangun paling telat jam 7.

"Oh....God. Udah jam berapa sih" ujar Satrya yang masih terlentang di ranjangnya dengan bantal, guling, dan selimut. Saat itu Satrya tidur menggunakan setelan baju biasa. Bukan piyama, tapi hanya seperti kaos oblong dengan celana pendek. Bisa dibilang karena Satrya tidak pernah tidur dengan piyama sejak kecil sehingga ia tidak pernah mencobanya.

Ia kemudian mencari HP yang ia letakan di meja lampu sebelah kasurnya, mematikan alarm yang sudah menunjukan jam 06:35.

"Ah. Right" ujarnya sambil meletakkan HPnya kembali ke meja, mengusap matanya, dan membangunkan tubuhnya. Sebelum ia turun dari kasur, ia duduk sejenak, mengumpulkan tenaga dahulu.

Rupanya habit ini berasal dari bapaknya, dimana ia juga melakukan hal yang sama. Duduk di kasur dahulu sebelum beranjak turun, untuk mengumpulkan tenaga.

Setelah beberapa detik, akhirnya ia turun dari kasur, tidak lupa membawa handphonenya. Ia pun mempersiapkan diri untuk hari ini, walau sebenarnya sedang tidak ada apa-apa hari ini.

Selesai mandi pun,ia berpakaian, menuju dapur, mengambil gelas, dan mengambil kotak susu yang ia taruh di kulkas. Satrya punya kebiasaan dimana ia memulai paginya dengan segelas susu. Dari dia TK, bahkan sampai dewasa ini, kebiasaan itu masih ia pertahankan.

Saat ia tengah menikmati susunya, handphonenya berdering. Ada panggilan masuk. Ketika Satrya mengangkat HPnya untuk melihat siapa yang menelponnya, ia sedikit kaget.

"Ha ? Sisi ? Tumben dia telpon pagi, kenapa ?"

Tanpa basa-basi panjang, ia langsung menangkatnya.

"Hai"

"Hai Sat. Pakabar"
"Erm baik. Lu ? Tumben lu telpon pagi-pagi ? Kenapa ?"
"Gapapa sih. Gabole telpon ?"
"Ya bole lah. Telpon kok dilarang"
"Hihi. Eh iya. Gw cuman mo nanya sih, lu hari ini free ga ?"
"Possibly. Kenapa ?"

Sisi sedikit gugup ingin mengajak Satrya bertemuan.

"Mm. Mau ketemuan ga ?"

Disaat yang sama, Satrya jadi gugup.

"Em. Boleh ? Dimana ?"
"Gatau"

Satrya jadi bingung dan terdiam

"Lah situ yang ngajak, situ malah gatau mau dimana"
"Aahhh haha, yaudah lu ke rumah gw aja, ntar kita tentuin aja di tengah perjalanan"

Breaking The LimitsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang