11.

1.2K 179 25
                                    

"I'm fell for you and I am still falling."

Kina menggeram tertahan. Tidurnya terusik karena suara ponsel yang terus terdengar, dengan malas gadis itu meraih si benda pipih yang ia diletakkan dinakas samping tempat tidurnya. Sambil berbaring—tanpa membuka mata apalagi melihat nama penelpon di layar, si gadis menggeser tombol hijau dan segera menempelkan benda itu ke telinganya.

"Awas aja kalau ini telepon nggak penting."
ancamnya dengan suara parau, khas orang bangun tidur.

"Pantes aja si Cika makin kurus. Digalakin mulu sama lo." Cibir orang diseberang sana membawa-bawa Cika; asisten Kina.

Duma sempat mengeryitkan dahi beberapa detik sebelum akhirnya gadis itu kembali menggeram kesal. Dia mengenali betul suara si penelpon.

"Mau apa lo?!"

"Mau minta tolong—"

"—Ogah, gue baru tidur jam setengah tujuh. Masih ngantuk." Tolak Kina cepat. Ayolah, dia baru kembali ke apartemen jam enam pagi setelah menghadiri event fashion week dan berlanjut ke after party.

"Flashdisk gue ketinggalan, ada di atas meja ruang kerja. Anterin sekarang, gue butuh flashdisknya karena jam sepuluh gue ada meeting. Oke? Thank you, Fiancee!"

Enak aja, jangan dikira hanya karena pria itu memanggilnya dengan manis lantas akan membuat si gadis luluh. Oh tentu saja tidak semudah itu, Bang Jago! Tapi, baru juga Kina akan bersuara—detik itu juga sambungan telepon diputus sepihak. Si gadis yang sudah sepenuhnya sadar langsung mendudukkan diri, sumpah serapah yang sudah disiapkan menguap begitu saja. Dengan mulut yang masih sedikit terbuka, ia menatap nanar pada layar ponsel yang sudah meredup.

"Sialan!" Makinya kemudian.

Meskipun kesal, nyatanya Kina segera bangkit dari kasur dan berlari menuju kamar mandi untuk bersiap. Mandi tidak pernah menjadi daftar kegiatannya dihari libur, tapi karena Mahesa—dia harus rela melakukan kegiatan itu. Sangat tidak mungkin untuknya keluar dari apartemen tanpa mandi terlebih dahulu.

Dan disinilah gadis itu sekarang, menunggu Mahesa di lobby gedung perkantoran berlantai lima—setelah sebelumnya meminta tolong pada resepsionis untuk menghubungi pria itu. Ponselnya tertinggal di mobil dan Kina terlalu malas untuk sekedar kembali ke parkiran untuk mengambil.

"Cepat juga lo." Adalah kalimat pertama yang didengar Kina dari mulut tunangannya.

Kina mendengus sebal, "Pikunan ya lo sekarang? Ya iya sih, udah TUA." Cibirnya penuh tekanan diakhir kalimat.

Mahesa memilih mengabaikan cibiran itu, "Mana?" Singkat pria itu.

Kina mengeluarkan benda itu dari clutch yang dibawanya. "Nih! Cuma karena benda kecil ini tidur gue jadi keganggu." Dengus si gadis yang masih merasa kesal.

"Siapa suruh pulang pagi. Party terus, sih."

"Enggak ya! Kan gue abis event, terus namanya untuk membangun relasi yang harus ikut dong biar nggak dicap sombong." Elak Kina membela diri.

"Alesan."

"Dih, yaudah sih kalau nggak percaya..."

"...nggak ada ucapan makasih, nih?" Sarkas Kina mengalihkan pembicaraan. Ia belum memiliki cukup energi untuk membalas semua bacotan Mahesa pagi ini.

"Kan udah tadi..."

"Kapan?" Dengan angkuh gadis itu melipat kedua tangannya didepan dada.

"Selamat pagi, Pak..." Suara sapaan menghentikan perdebatan tidak penting itu.

XOXOSOS!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang