"Imagine finding both love & friendship in one person."
➿
Tara menjatuhkan tubuhnya di sofa empuk ruang tengah apartemen yang sudah ia huni setahun belakangan ini. Lelah menyerang seluruh tubuh, akhir-akhir ini pria itu merasa waktu seakan berjalan sangat cepat. Apa tiga bulan memang berjalan secepat itu? Atau dia saja yang terlalu sibuk bekerja sampai tidak menyadari waktu berjalan dengan pasti tanpa bisa menunggu?
'Dua minggu lagi, Regan. Setelah itu, kamu tidak bisa menolak perjodohan yang ibu atur.'
Ucapan sang ibu siang tadi kembali tergiang dibenaknya. Kalimat peringatan dengan nada ancaman yang diberikan ibunya jelas sekali bukan omong kosong belakang. Tara bahkan sempat melupakan janji yang ia lontarkan tiga bulan lalu, ia pikir semua sudah terkendali karena ibunya terlihat tenang. Tapi nyatanya, itu adalah ketenangan sebelum badai yang sesungguhnya.
Tara memejamkan mata, berusaha menahan denyutan yang mulai terasa di kepala. Harus dimana ia mencari istri dalam waktu singkat ini? Sekalipun akan menjadi pernikahan dadakan, ia tidak ingin salah pilih atau asal comot. Pikirannya kembali berkelana mencoba memikirkan segala pilihan dan kemungkinan yang ada.
"Sial." maki pria itu kesal. Rasa-rasanya ia ingin kabur saja dari ibunya.
Tara masih terpejam, suara pergerakan jarum jam memenuhi ruangan yang terasa lebih sunyi dari biasanya. Setengah jam berlalu dan masih belum ada tanda-tanda si pria akan berpindah dari tempatnya. Kemudian, tepat dimenit berikutnya mata itu tiba-tiba terbuka. Tara bahkan langsung merubah posisinya menjadi terduduk.
"Kallula..." lirihnya.
Tara tiba-tiba teringat pembicaraan perempuan itu beberapa waktu lalu terkait soal kencan buta yang selalu diatur oleh ibunya, tentang tuntutan untuk segera menikah. Satu kondisi yang sama dengannya. Memikirkan itu membuat Tara seakan mendapatkan pencerahan dari permasalahannya.
Menikah dengan Kallula tentu menjadi pilihan yang paling bagus untuk saat ini. Kallula itu ramah, pintar bergaul dan juga salah satu perempuan yang bisa dikatakan dekat dengannya. Meskipun akan canggung tapi Tara yakin semua akan baik-baik saja.
Sebenarnya sudah sejak sebulan lalu Tara ingin membicarakan hal ini dengan Kallula, tapi ragu selalu saja menghampiri. Ia takut kalau perempuan itu akan mengatakannya gila, memakinya, atau bahkan menamparnya. Ditambah lagi Tara mengajaknya menikah bukan berpacaran dan belum tentu juga perempuan itu akan paham maksudnya.
Tara memainkan ponsel yang kini sudah berada ditangan, memutarnya seolah benda pipih itu fingerpin yang bisa dimainkan sesuka hati. Batinnya kembali berperang, hatinya kembali ragu.
Telepon tidak? Telepon tidak? Telepon tidak?
Dua kata itu terus berperang mencoba mempengaruhi keputusan si pria. Akhirnya setelah hampir dua jam berperang, Tara memberanikan diri untuk menghubungi Kallula. Sekalipun nantinya ditolak, ia sudah tidak perduli.
Ya, Tara seputus asa itu.
➖➖➖
Sudah jam sembilan malam, tapi Kallula masih asik menggerakkan rahangnya. Mengunyah cemilan yang selalu tersedia di kamar, padahal salah satu impiannya ia ingin memiliki badan sebagus Lisa Blackpink. Bagaimana mimpi itu bisa terwujud kalau sampai sekarang Kallula tidak pernah menjaga pola makan, selalu rebahan tanpa berniat menggerakkan badan ditambah hobinya yang suka menikmati cemilan tengah malam.
Badan sebagus Lisa Blackpink? Mimpi!
Rambutnya masih tergelung handuk, ia baru saja selesai mandi sepuluh menit yang lalu. Niatnya malam ini ia akan begadang menyelesaikan drama yang sempat tertunda, berhubung besok weekend ia bisa bangun siang tanpa perlu terburu-buru karena harus masuk kantor.

KAMU SEDANG MEMBACA
XOXOSOS!
FanfictionKallula Maheswari, si budak korporat yang diam-diam menyimpan rasa pada si manajer namun secara tiba-tiba menjadi istri si pemimpin divisi. Another story of Ten and Lisa. Alternative universe Happy Reading! ©️SkylaR 🍂