18.

1.1K 200 33
                                    

"I'll hold you in my heart,
till I can hold you in my arms."
-eddy arnold-

Tara pikir setelah kejadian berbagi saliva semalam, pagi hari ia dan Kallula akan menjadi canggung atau mungkin istrinya itu akan tersipu malu saat melihatnya.

Nyatanya, tidak.

Kallula terlihat biasa saja, ia bahkan tidak terlihat berusaha menghindar saat Tara dengan sengaja menatapnya. Yang terjadi justru sebaliknya, pria itu sempat dibuat tersipu ketika sang istri membalas tatapannya tanpa ragu.

Atau jangan-jangan, kejadian malam tadi hanya suatu yang biasa bahkan tidak memiliki arti apa-apa? Tiba-tiba saja beban pikirannya bertambah karena respon sang istri pagi ini yang terlampau biasa.

"Mas?" Panggilan singkat itu menghentikan pergerakan Tara yang sedang memainkan pulpen ditangannya.

Saat mendongak ia menemukan Mahesa berdiri di ambang pintu dengan tampang yang nampak kusut. "Kenapa lo?" Tanyanya begitu Mahesa melangkah masuk dengan desahan nafas yang berat.

"Galau, Mas..." Lirih Mahesa setelah menghempaskan tubuhnya ke atas sofa.

Tara mengeryitkan dahinya bingung, "Lo? Galau? Tumben—siapa? Nggak mungkin Kina, kan?" lanjutnya setelah duduk di hadapan Mahesa.

Si pria menggeleng pelan, tangannya menutupi sebagian wajah—seakan sedang memikirkan beban berat yang tidak dapat diselesaikan.

"Kenapa sih lo? Nggak biasanya banget, dah. Galau kenapa?"

"Gue kemarin abis nembak orang."

"HAH? LO NGEBUNUH ORANG?!" Heboh Tara membuat Mahesa terbangun dan menatap atasannya itu dengan kesal.

Pria itu memijat pelipisnya. "Ck, bukan nembak yang itu. Astaga."

"Oh, terus?"

"Nembak yang lain, nyatain perasaan."

"HAH?!" Kaget Tara sekali lagi. Mahesa sampai menutup kedua telinga karena suara Tara yang susah dikontrol.

Pria itu kembali mendesah kesal, "Jangan berisik sih, Mas. Ntar kedengeran sama yang lain."

"Ah. Sorry sorry. Jadi, maksudnya lo nembak cewek?" yang langsung diangguki lemah Mahesa.

"Siapa? Siapa? Gue kenal?" Sekali lagi Mahesa menganggukkan kepalanya membuat Tara semakin bersemangat.

"SIAPA?!"

"Kallula." Balas Mahesa singkat.

Seketika itu dada Tara terasa dilempar dengan bongkahan batu, "S—siapa?" Tara mencoba memastikan pendengarannya.

Desahan nafas berat kembali terdengar, "Kallula Maheswari."

Selanjutnya, Mahesa dikagetkan dengan tarikan kuat dikerah bajunya. Terlalu terkejut sampai merasa bingung dengan yang terjadi saat ini. Si pria—Tara, mencengkram kerah Mahesa sampai pria itu bangkit dari duduknya.

Manik mata keduanya beradu, Mahesa masih menatap bingung sang atasan sedangkan Tara menatap rekannya itu dengan tatapan nyalang yang siap menghajar siapa saja.

"Mas? Lo kenapa, sih?" Mahesa akhirnya membuka suara. "Ini lagi, apa-apaan?" Lanjutnya berusaha melepaskan cengkraman Tara dikerah bajunya.

Darah Tara terasa mendidih hingga ke kepala saat Mahesa menyebut nama sang istri. Rasanya ia ingin menghajar pria itu saat ini juga. Tapi kemudian, ia sadar kalau Mahesa tidak salah karena pria itu tidak tahu menahu tentang pernikahannya dengan Kallula.

XOXOSOS!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang