23.

1K 187 29
                                    

"If you want to be trusted, be honest."

Mendengar semua fakta yang dilontarkan Yasmin membuat Tara tak bisa untuk mengabaikannya begitu saja. Rasa empatinya bergejolak, membuat dia terus kepikiran dan berusaha mencari jalan keluar untuk membantu perempuan itu.

Selama Yasmin di Jakarta, Tara tanpa sepengetahuan istrinya--beberapa kali menyempatkan diri untuk menemui perempuan itu disela kesibukannya. Ini sudah hari kelima sejak Yasmin berada di Jakarta, dan selama itu pula disetiap jam makan siang Tara akan muncul di kamar hotel tempat Yasmin menginap.

"Mas!" Pekik Yasmin senang begitu melihat sosok Tara saat dirinya membuka pintu.

Tara tersenyum tipis, mengangkat bungkusan di tangan kanannya menunjukkan dua sushi set--makanan kesukaan Yasmin yang sengaja dibelinya untuk makan siang mereka. Yasmin meraih bungkusan itu dengan girang, ia langsung berlari menuju meja dan menghidangkannya disana.

Mereka menikmati makan siang dalam diam, Tara dengan segala pikirannya yang berkecamuk dan Yasmin dengan kebahagiaan sesaatnya. Rasanya sudah terlalu lama dirinya tidak merasa bahagia seperti ini.

"Mas..." Panggil Yasmin membuat Tara tersentak. "Hm?" Sahut si pria menghentikan makannya. "Mikirin apa?" Tanya perempuan itu.

Tara mengehela nafasnya. "Kamu--" ia mengusap kasar wajahnya kemudian menyandarkan tubuh lelahnya, "--bagaimana caranya aku bisa bantu kamu."

Yasmin meletakkan sumpitnya. "Aku--nyusahin ya, Mas?"

"Tidak." Tara menggeleng kepalanya cepat, dirinya tidak ingin Yasmin merasa tak enak hati kemudian kembali menutup diri. Itu akan semakin menyusahkannya.

"Aku sebenarnya kabur dari suamiku, Mas. Aku sudah nggak tahan dengan semua perlakuan kasarnya--tapi, aku juga nggak bisa balik ke rumah orang tuaku. Dan satu-satunya yang aku pikirin itu kamu, makanya aku ke Jakarta."

Setelah berpisah dengan Tara dan akhirnya menikah, Yasmin berpindah kota ke Medan mengikuti suaminya. Selain karena sang suami yang berasal dari sana, semua usaha milik sang suami juga berada di kota itu. Mulai dari bidang properti sampai perminyakan.

Tiga tahun menikah dengan harta yang berlimpah, nyatanya tidak bisa menjamin kebahagiaan seseorang. Yasmin pikir, setelah berpisah dengan Tara dirinya akan menemukan kebahagiaan bersama Haidar Tanjung--suaminya. Sang pengusaha sukses yang beberapa kali muncul sebagai narasumber disalah satu acara talk show.

"Kamu kabur?" Satu fakta yang baru saja dirinya ketahui membuat Tara tersulut emosi. "Jadi, kamu ke Jakarta bukan karena liburan?" Lanjutnya dengan nada kesal.

Yasmin menundukkan kepalanya merasa bersalah. "Aku takut kamu marah, Mas. Terus nggak mau nemuin aku, di Jakarta nggak ada yang bisa aku percaya selain kamu..." Lirihnya mulai terisak lagi.

Tara meremas rambutnya kasar, "Yasmin... astaga. Bagaimana kalau suami kamu nyariin? Bagaimana kalau suami kamu salah paham soal kita?!" Teriak Tara mulai frustasi.

Perempuan itu kembali terisak. "Maafin aku, Mas. Aku terlalu takut sampai nggak bisa mikir, dia terus ngancem buat bunuh aku..."

"...aku nggak mau mati, Mas. Nggak mau." Tangisan Yasmin kembali pecah siang itu.

Hati Tara kembali teriris melihat bagaimana kondisi Yasmin sekarang. Yasmin yang dikenalnya adalah seorang perempuan cerdas, penuh rasa percaya diri, tangguh dan mampu memukau siapa saja dengan public speakingnya yang bagus. Tapi, kini--Yasmin hanya seorang perempuan lemah dan rapuh yang butuh perlindungan.

XOXOSOS!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang