73. Cemburu

2.9K 490 178
                                    

Iya iya gak ending dulu. Tapi rajin komen ya hehe
.
.
.
.
.

Besok harinya, Kirana dan Jaehyun kedatangan banyak tamu di rumah sakit yang ingin menjenguk Kirana serta si kembar. Si kembar yang lahir pertama, diberi nama Kalanka Arthur Gunawan yang orang tuanya sepakat akan memanggil Kalanka dengan panggilan Kala agar lebih singkat. Yang kedua, diberi nama Jinan Radeya Gunawan, dengan nama panggilannya yaitu Jinan. Sejak tadi kedua bayi itu di oper kesana-kemari, dari satu tangan ke tangan lainnya karena para orang dewasa yang terdiri dari orang tua Kirana, Mavin, Ica, dan Jelita, berebut ingin menggendong mereka. Padahal Kirana dan Jaehyun saja belum sempat menggendong mereka hingga siang ini karena si kembar baru saja menyelesaikan pemeriksaan untuk memastikan tidak ada yang kurang dari mereka. Pun Kirana terakhir kali memegang si kembar saat mereka melakukan inisiasi menyusui dini semalam.

"Terbanglah aroma ketek~" Mavin menimang Kala sambil menyanyikan sebuah lagu yang beberapa waktu lalu sempat viral di media sosial. Kepala pria berketurunan Kanada itu langsung dijitak oleh Ica yang kebetulan berdiri di sebelah Mavin dengan menggendong Kin.

"Kala masih kecil please, jangan lo tularin virus kebodohan lo," kata Ica.

"Iya calon mantu tapi gak jadi, jangan nyanyi sembarangan. Nyanyilah yang mendidik," ujar Rendra yang sedang menggendong Jinan.

"Nyanyian mendidik kayak gimana tuh Om?" tanya Jelita.

"Kayak gini, Bangun pemudi pemuda Indonesia~" Rendra menyanyi dengan penuh penghayatan.

Kirana dan Jaehyun yang melihat tingkah orang tua serta teman-teman mereka menghela napas panjang. "Ya gak salah sih si Papa nyanyi itu. Tapi, ah sudahlah," kata Kirana yang membuat Jaehyun terkekeh pelan. "Mas, Ibu sama Ayah jadi ke Jakarta?" tanyanya pada Jaehyun yang duduk di kursi sebelah ranjangnya.

"Lusa baru ke rumah."

Kirana mengangguk paham.

"Ran, kenapa sih anak lo good looking semua? Gak Jihan, Kin, sekarang Kala sama Jinan juga. Gua kan jadi bingung mau sama yang mana," ujar Ica.

"Lah begayaan bingung, kayak mereka mau sama lo aja," celetuk Mavin. "Mana mau lah mereka sama Tante kere kayak lo. Mending sekalian cari sugar mommy."

"Cudal(Sugar)?" tanya Kin yang berada di gendongan Ica.

"Cukup-cukup, makin lama kalian bertiga di sini, semakin was-was gue. Takut kalau anak-anak gue punya pergaulan kayak emaknya. Udah sana pada balik!" usir Kirana.

"Mak emak gampang emosian. Awas Ran, nanti lo keriput si Jaehyun kagak mau lagi sama lo. Terus berpaling ke gue. Ya gak Om?" tanya Mavin sambil mengedipkan sebelah matanya.

"Gak! Jangan dibales!" Kirana menutup mulut Jaehyun lebih cepat sebelum suaminya merespon ucapan Mavin. "Inget Naomi. Mau nikah kan lo berdua?"

"Lah iya gue mau nikah. Ah si Om Jaehyun nih bikin aku lupa status," candaan Mavin masih berlanjut.

"Mama," panggil Jihan yang sejak tadi diam berdiri di dekat Kirana. "Kok temen Mama aneh?" tanyanya yang membuat tawa orang-orang yang berada di sana meledak, kecuali Mavin yang kini bibirnya sudah mengerucut sebal.

Dua jam kemudian ketiga sahabat Kirana pamit pulang, menyisakan Kirana, Jaehyun, beserta ke empat anak mereka di ruang rawat. Sedangkan ke dua orang tua Kirana pergi ke kantin untuk membeli makan siang. Sejak beberapa menit yang lalu, Kin yang berada di gendongan Jihan, tidak melepaskan tatapannya dari ke dua adiknya yang tertidur di box bayi. "Itu dedek-dedeknya Abang," ujar Jaehyun yang membuat Kin mengalihkan pandangannya pada sang Papa. "Namanya dedek Kala sama Jinan. Mau cium dedeknya gak?" tanya Jaehyun.

Nikah, Yuk! [END✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang