[1] Para Penguntit.

214 15 0
                                    

Sebuah bola di tendang cukup kencang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sebuah bola di tendang cukup kencang. Masuk ke dalam gawang tanpa penjaga itu. Di waktu yang mulai sore ini, lapangan sekolah masih di pakai oleh beberapa siswa. Anak-anak dari eskul sepak bola yang sedang latihan. Padahal sekolah sudah bubar sekitar dua jam yang lalu. Tapi semangat mereka masih terbakar.

Tidak begitu ramai, sepuluh orang yang sudah mengganti seragam mereka dengan baju bebas berada di sana. Sepertinya mereka adalah anak-anak yang tersisa. Latihan sampai sore untuk sesuatu.

"Lima menit lagi bubar, ya! Kesorean! Tar lo pada di cariin emak lagi," seru satu cowok di sebelah gawang. Dia sibuk melipat seragam. Memasukannya ke dalam tas hitam di sana.

"Alah si Rakha suka begitu. Bilang aja lo mau ke warnet!" balas yang lain.

"Haha, iya! Udah-udah cepet! Beres-beres. Kumpul dulu bentar," katanya.

Semuanya menurut, mereka semua yang berpencar perlahan bergerak. Berkumpul di satu titik. Duduk sila di atas lantai lapangan membuat baris kotak dengan jarak wajar. Memulai berdiskusi.

Sementara itu, di ujung lapangan dekat kantin dan taman. Dua siswi menunjukan sedikit kepala mereka. Terhalang dinding pembatas antara lapangan dan taman mereka melakukan aksi mengintip. Ya, entahlah. Tidak jelas apa arti mengintip bagi mereka. Tidak ada lubang kecil apa lagi objek yang sedang membersihkan diri di kamar mandi. Jelas mereka melihat segerombolan anak-anak grup sepak bola di sana. Sejak tadi tersenyum tanpa alasan. Begitu mata mereka saling bertemu. Perut keduanya tergelitik, susah payah menahan tawa.

"Sieeehh!! Tar ketahuan," tegur Fifi berbisik. Gadis sebelah kiri, rambut panjang sepantatnya di ikat dengan jepitan putih sampai membentuk cepol memperlihatkan leher jenjangnya, dengan sedikit poni menutupi dahinya. Kadang berkibar sedikit karena angin. Sejak tadi matanya tidak lepas dari grup di sana.

Acha menutup mulutnya. Gadis yang sama seperti Fifi. Rambut di kuncir rapih, bertemu dan menjadi teman sejak masuk ke sekolah ini. Sekaligus rekan dari penguntitan ini. Dia menganguk menurut. Membalas dengan suara kecilnya. "Iya,"

"Apa?"

"Iya!" balasnya kencang.

Ketika nada suaranya membesar. Mereka panik. Sepertinya salah satu dari kumpulan anak laki di sana menyadari suara mereka yang cukup kencang. Namun, memilih mengabaikannya. Setelah sudah di rasa aman. Fifi melepaskan tangannya dari Acha. Memukul lengan gadis itu lumayan kuat. "Berisik lo! Tar ketahuan,"

"Iya, maaf!" ucap Acha.

"Sekarang jangan ngobrol dulu. Dikit lagi mereka mau pergi. Kita liat mereka dulu," kata Fifi. Acha menganguk menurut. Dua-duanya serentak kembali melihat ke arah sana. Memandangi seseorang yang menjadi salah satu anggota dari club sepak bola.

CHOCOLET (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang