Acha mengkaitkan sedikit rambutnya di telinga. Malam ini, di bawah langit cerah bertabur bintang. Dia tersenyum sejak tadi, menunggu di depan sebuah toko baju dengan jendela kaca memperlihatkan manekin dengan pakaian indahnya. Dia sendiri sudah sangat indah, dengan dress selutut berwarna biru laut, rambutnya yang biasanya di kuncir malam ini tergerai begitu indah dengan gelombang. Wajahnya juga berpoleskan make up sempurna.
Hasil dandanan tetangganya yang seorang Make Up Artis, sering mendapatkan tawaran untuk merias orang yang menikah atau juga seorang model dan artis. Jadi, kebanyangkan betapa niatnya dia sekarang ini. Ini semua demi kesempurnaan. Sesempurna cintanya pada Tio. Dia sengaja berdiri di depan toko agar dia terlihat bersinar malam ini, menunggu Tio datang untuk kencan mereka. Entah dapat ide darimana, tapi sepertinya hal itu berhasil.
Dia sangat bersinar malam ini.
Telinga Acha kemudian mendengar sesuatu. Namanya tersebut. Dia menoleh dengan gerakan lambat ke arah suara itu berasal. Dan menemukan sesosok malaikat yang turun dari langit. Itu Tio, dengan tampilan yang sangat menawan.
Dari jauh, Acha melihat pakaian yang dia kenakan. Laki-laki itu berbalut kaos putih polos yang di timpa dengan jaket denim serta celana jeans hitam. Kakinya memakai sepatu sneakers putih bersih. Rambutnya kali ini di tata berbeda. Bergaya Comma Hair. Model rambut yang membuat rambur terlihat seperti koma, poni depan rambut yang akan terlihat seperti koma di depan alis yang cukup menutupi sebagian area jidat. Bahkan mungkin rasanya dia terlihat seperti bukan malaikat. Tapi Tu---
"Cha?" tegur Fifi. Melihat temannya itu melamun. Sudah di pastikan nyawanya melayang entah kemana. "Kok ngelamun?"
Acha menganga, masih antara sadar dan tidak. "Hah? Kenapa?"
Fifi diam-diam menahan tawanya. Melihat ekspresi Acha sekarang benar-benar susah sekali untuk tidak tertawa. "Lo, cantik hari ini,"
"Hah?!" ulang Acha
"Lo--cantik--hari--ini--malam--ini!" ulang Fifi pelan-pelan. Bahkan menekannya di beberapa kata. Termasuk kata cantik itu.
Bibir Acha bergetar. Tidak ada kalimat yang keluar dari sana. Malah dia yang menunduk malu, menyembunyikan wajahnya yang kini merah seperti kepiting rebus. "Te--terima kasih! Lo juga ganteng, Yo!"
Fifi hanya menganguk. Dia mengakui hal itu. Setelah pulang sekolah, dia langsung kalang kabut lari pulang ke rumah. Dia mencari benda apapun itu di kamar Tio. Pakaian paling bagus dan cocok dengan tema kencan malam ini. Kamar yang dia rapihkan sebelumnya terpaksa dia acak-acak sendiri demi malam ini. Tebak apa yang ada di sana, hanya baju membosankan dan tipe yang sama. Kaos hitam polos, baju bola, jaket denim dan beberapa pasang kaos perkumpulan yang dia tidak tahu perkumpulan apa itu. Bagaimana dia tidak kesal? Terpaksa dia harus membeli baju baru dan celana juga sepatu baru yang kini dia pakai dengan uang yang dua temukan di pojok lemari di dalam sebuah celengan ayam dari tanah liat.
KAMU SEDANG MEMBACA
CHOCOLET (TAMAT)
Teen FictionFifi dan Tio bertukar tubuh karena sebuah coklat pelet. Mereka pikir ini buruk. Tapi nyatanya ini membantu kisah asmara mereka. Membongkar semua rahasia yang selama ini mereka sembunyikan. 🍫🍫🍫🍫🍫🍫🍫 Sebutanya...