Seperti janji mereka di belakang sekolah tadi siang. Saat ini mereka sudah berada di atas motor. Berada di tengah jalan raya besar bersama kendaraan lain. Tio yang menyetir motornya sendiri. Sedikit kesulitan karena rok yang dia pakai. Tapi peduli apa, mana sudi dia duduk di belakang diboncengi oleh perempuan. Dan lagipula, dia sudah kangen untuk mengendarai motornya sendiri.Jangan memaksanya untuk terus berakting.
"Yo!" panggil Fifi di belakang. Sedikit berteriak karena helm yang dia pakai. "Helmnya lo aja yang pake! Kan ini helm lo. Lagian kan lo yang bawa motornya!"
Tio berdecak. Dia sendiri kepalanya tidak terlindung apapun. Hanya Menjawab tanpa menoleh. "Udah! Nggak usah banyak omong! Pake aja! Gue nggak mau lo kenapa-kenapa!"
"Oh! Iya, yaudah! Terima kasih, ya! Ternyata lo cowok yang perhatian, ya!"
Tio kembali menyahut. "Jangan salah paham! Ini motor punya gue! Helm juga punya gue. Sekarang lo itu pake badan gue! Gue lebih sayang badan sama kepala gue dari pada badan lo ini. Jadi, pake helm lo,"
Fifi berniat memukul Tio di belakang. Tentu saja kenapa dia begitu terbawa perasaan. Sampai memuji laki-laki menyebalkan, galak dan egois di depannya ini. Bertanya-tanya kenapa Acha sampai bisa menyukai laki-laki sepertinya. Tapi saat dia sadar di depannya sekarang adalah tubuhnya sendiri. Dia membelokkan tangannya. Beralih memukul kepalanya sendiri. "Aauuh! Pengen mulu lo biar sadar tapi nggak bisa! Bikin geregetan! Kenapa si Acha suka sama cowok kaya lo,"
Di sana, Tio tertawa getir. "Hah! Gue juga sendiri juga nanya sejak dulu. Gue udah bilang temen lo tuh sedeng!"
"Udah, deh!" sela Fifi sensi. "Lo mau bawa gue kemana?"
"Ke tempat si penjual coklatnya, lah! Kebetulan gue tahu tempatnya. Cuman nggak tahu tepatnya dimana tuh rumah dia," jelasnya. "Dikit lagi nyampe! Udah lo nggak usah banyak bacot!"
Di belakang Fifi mencibir tanpa suara. Memilih melihat jalanan sebelum dia emosi dan menjambak rambutnya sendiri. Atau nekat lompat dari motor agar tubuh Tio yang dia pakai sekarang lecet. Berdebat dengan Tio sekarang memang tidak ada gunanya. Jelas dia di sini adalah pelaku dari masalah mereka. Semua hal yang dia katakan apa lagi lakukan. Pasti akan terlihat salah di mata Tio.
Sekitar lima menit mereka menyusuri jalan kota. Tidak lama, Tio berhenti di depan sebuah gang, di apit oleh ruko dan toko roti. Fifi turun dari motor. Melepaskan helm di kepalanya. Sedikit meringis saat terkena sinar dari matahari sore. "Di sini?"
"Iya!" Tio turun dari motor. Memarkirkan kendaraannya itu di sana. "Rada kedalem tempatnya."
Dia pergi lebih dulu. Fifi baru mengikuti setelah meletakan helm di kaca spion. Mengekori Tio di belakang. Gadis itu terlihat takut. Tapi jelas, yang terlihat sekarang adalah wajah Tio yang ketakutan. Berdiri di belakang seorang gadis. Berlindung di belakang punggungnya. Sesekali melihat ke kanan kiri. Tio yang risih, dia menepis tangan itu dari kedua pundaknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
CHOCOLET (TAMAT)
Teen FictionFifi dan Tio bertukar tubuh karena sebuah coklat pelet. Mereka pikir ini buruk. Tapi nyatanya ini membantu kisah asmara mereka. Membongkar semua rahasia yang selama ini mereka sembunyikan. 🍫🍫🍫🍫🍫🍫🍫 Sebutanya...