Tio melipat tangan di dada. Ujung kakinya menghentak-hentak tanah dengan dongkol. Giginya semenjak tadi mengertak menyeramkan. Padahal dia sedang berada di tubuh Fifi, tapi aura menyeramkannya tidak menghilang sama sekali. Sementara, dukun di depan Tio. Dia berlutut, mengangkat kedua tangannya. Bajunya sudah kusut dan kotor. Syal yang menutupi kepalanya saja entah kemana perginya. Dan salah satu sendalnya tidak dia pakai. Berada di tempat lain. Persis seperti gembel di jalanan. Sesekali meringkis menyentuh bibirnya yang sobek di sana. Juga pelipis dan pipinya yang memar. Setelah di pukul habis-habisan oleh Tio. Laki-laki dukun itu menyerah.
Sempat terkejut mendapat pukulan dari seorang gadis.
Di belakang, Fifi hanya diam. Berdiri menutup mulutnya. Jujur, dia juga takut dengan Tio. Walaupun dia ingin sekali protes padanya karena membuatnya seperti perempuan galak. Dan menyalah gunakan tubuhnya. Dia tidak bisa protes, malah takut dengan dirinya sendiri.
"Sekarang jawab! Lokan, yang jual coklat pelet itu?" tanya Tio geram.
"Gue nggak---" Kaki Tio tiba-tiba menendang dinding di samping dukun itu. Memotong omong kosongnya itu. Hampir saja mengenai wajahnya. Dia di sana menutup mata. Merengek memohon ampun! "Ya ampun! Tolonglah ini bisa bicara baik-baik. Lo kan cantik. Lo cewek paling cantik yang gue temuin. Serius!" Tapi setelah itu dia malah mengintip. Dukun itu mengambil kesempatan dalam kesemptian. "Eng! Gue suka cewek galak kek gini. Lo mau nggak jadi pacar gue? Kaki lo naikin lagi, dong! Biar gue bisa liat sedik---"
"Aaiissh! Dasar dukun cabul, lo!" Tio geram. Dia langsung menendang wajah laki-laki itu. Lagi-lagi dukun itu tersungkur. Tidak berhenti di sana. Tio berdiri di atas tubuh dukun itu. Berjongkok di sana. "Heh! Denger, ya! Gue kaga suka basa-basi! Cepet ngaku!"
"Aah, sakit-sakit! Ahh! Soal itu---"
Fifi mendekat, ragu-ragu bicara. "Eng, Tio! Kayanya lo kelewatan, deh!"
"Apa lo bilang? Kelewatan?" ulang Tio tidak senang.
Dukun itu tertawa geli. "Lo cewek tapi namanya Tio? Yang bener?"
Tangan Tio bergerak nakal lagi. Dia menjambak rambut Dukun itu. Peduli setan dia berteriak kesakitan. Sekarang dia tidak boleh lengah. Laki-laki ini bisa saja kabur jika dia lengah. "Heh! Gue kasih tahu sama lo! Coklat yang lo jual itu. Coklat pelet! Udah bikin kita berdua tuker tubuh! Gue, itu cowok yang lagi berdiri di situ. Dan badan yang gue pake ini. Punya cewek yang ada di badan gue!"
Seketika di sekitar jadi sunyi. Kalimat tadi membuat mereka semua bungkam. Kecuali angin yang menerpa mereka. Dukun itu berhenti merintih. Berusaha mencerna kalimat barusan. "Eng! Gimana?"
Tio geram, dia melepaskan jambakannya. Bangun dari sana. Berdiri di samping Fifi. Menunjuk dia tepat di wajah. "Ini orang, itu gue! Gue bukan cewek di dalem, gue cowok. Dan ini semua gara-gara coklat lo itu,"
Dukun itu bangkit duduk. Melihat kedua orang di depannya itu bergantian. Mencoba memahami mereka. Lalu tertawa lepas senang sekali. Sampai terguling-guling. "Hahahah! Ketuker, aduhh! Hahaha!"
KAMU SEDANG MEMBACA
CHOCOLET (TAMAT)
Teen FictionFifi dan Tio bertukar tubuh karena sebuah coklat pelet. Mereka pikir ini buruk. Tapi nyatanya ini membantu kisah asmara mereka. Membongkar semua rahasia yang selama ini mereka sembunyikan. 🍫🍫🍫🍫🍫🍫🍫 Sebutanya...