21

670 117 3
                                    

lia.

ide jaemin

🕊

Jam 7 pagi ini keira sudah ada dikampusnya, menyerahkan hasil skripsinya. namun ia masih menunggu gilirannya bertemu sang dosen, karena antrean para mahasiswa yang masih banyak lagi.

Keira mengetuk ngetuk ujung kakinya, ia merasa bosan sekaligus khawatir jika hasil skripsinya harus di revisi kembali, ia hanya ingin cepat lulus dan kembali ke semarang.

"ra, dicariin mark." Keira menoleh saat salah satu teman fakultas yang berdiri di belakangnya menepuk bahunya.

Keira mengecek ponselnya dan benar banyak pesan masuk dan panggilan tak terjawab dari mark, tanpa basa basi ia pun mendial Kembali nomor mark.

"kenapa mark?"

"lo dimana? Kok jauh banget kayanya." Nada mark sedikit khawatir, keira terkekeh sebentar sebelum menjawab.

"tiga orang lagi gue masuk, lo sendiri dimana?"

"di deket tangga, ini antrean udah kaya antrean sembako." Keira tertawa, ya setidaknya rasa nervous yang ia miliki hilang seketika.

"yaudah good luck mark."

"you too."

Panggilan dimatikan oleh keira, dan ia menoleh ke ruangan sang dosen yang menyisakan satu orang lagi, itu artinya selepas ini adalah gilirannya.

—🕊—

Keira bersyukur tuhan menjabah doanya, judul skripsi dan seisinya lolos setelah tiga kali revisi. saking senangnya senyum keira sampai tidak luntur dari wajah rupawannya.

"seneng banget, mentang-mentang lolos revisi." Tiba-tiba Yohan menimpali, membuat keira menoleh kearah pria itu.

"loh, emang lo revisi?"

"engga sih." Yohan menggaruk kepala belakangnya yang tak gatal.

"mark kemana?" keira mengedarkan pandangannya ke sekitar lapangan kampus tempat ia dan Yohan berdiri.

"beli kopi."

Dua detik setelah Yohan menjawab dari kejauhan keira bisa melihat mark yang berjalan mendekat dengan 3 cup kopi di tangannya.

"vanilla latte for you." Mark memberikan satu cup vanilla latte hangat itu kepada keira.

"thank you mark."

"gue mana?" tangan Yohan mengadah, ia cukup percaya diri bahwa satu cup lain yang di pegang mark itu untuknya.

"beli sendiri lah, ini buat yeri." Keira terkekeh geli melihat wajah Yohan yang terlewat kocak.

"bucin mah gini ye." Sindir Yohan.

"apaan dah, dia nitip doang tadi." Mark tak terima, padahal di dalam hati mark masih ada seseorang yang belum bisa menggantikan sosoknya.

"kalo gitu keira buat gua, gosah nangis lo." Yohan merangkul keira, mark yang masih memegang kopi hanya bisa memelototi sahabatnya itu.

"lepas ga, gua bogem nih muka lo."

"weh santai, ntar muka gua ga good looking lagi." Yohan melepaskan tangannya dari pundak keira dan membiarkan keira jalan lebih dahulu.

Mark dan Yohan mengekori dibelakang wanita itu, yang ternyata ia menuju ke seorang kakek-kakek yang duduk di halte.

parenthood | Johnny seo✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang