3. SALAM PEMBUKA

3.6K 206 3
                                    

Masih pagi tapi Ivana sudah di buat kebingungan.

Seperti biasa saat berjalan menuju kelas, setiap berpapasan dengan murid Qwerty — entah Ivana mengenalnya atau tidak — Ivana akan tetap menyapanya dengan senyuman. Namun kali ini berbeda.

Semua orang mengalihkan pandangan darinya dan bersikap seolah-olah tidak melihat Ivana, bahkan satpam pun berlaku demikian.

Ivana segera mengeluarkan handphone dari dalam tas, membuka kamera dan melihat dirinya sendiri. "Masa iya gigi gue ada cabenya? Gak ada kok, gue kan tadi pagi udah sikat gigi."

"Orang-orang pada kenapa, sih?" Ivana belum ambil pusing. Sambil mengibaskan rambut panjangnya yang tergerai Ivana berkata, "Kayaknya kecantikan gue bertambah setiap harinya makanya orang-orang iri."

"Aris!" panggil Ivana saat berpas-pasan dengan cowok yang lebih pendek darinya. Melihat Aris yang tampak gelisah saat berhenti di depan Ivana membuat gadis itu tambah percaya diri. "Gue tambah cantik, ya? Lo terpesona sama gue sampe segitunya."

"Ivana, duluan, ya!" Aris langsung kabur seperti habis melihat setan.

Ivana memiringkan kepalanya. "Dia bener-bener sebegitu terpesonanya sama gue sampe-sampe gak kuat di deket gue?"

"Ah, kenapa sih orang-orang bikin gue tersanjung?" Ivana mesem-mesem sendiri, kembali melanjutkan langkahnya.

"Vana!"

Sesampainya di kelas Ivana langsung di kelilingi oleh Sista, Wendy, dan Kira. Ivana meletakkan ranselnya di kursi kemudian tersenyum aneh pada ketiga sahabatnya.

"Gue hari ini keliatan cantik banget, ya?" tanya Ivana menaik-turunkan kedua alisnya.

"Idih, pede lo?" balas Wendy.

Ivana mengangguk. "Harus pede, lah. Sepanjang jalan orang-orang aja terkesima sama kecantikan gue sampe pada gak bisa berkata-kata."

Sista mengerutkan dahinya mendengar pernyataan Ivana. "What do you mean, babe?"

"Vana," Kira memegang kedua pundak Ivana dan menatap gadis itu dengan serius. "Orang-orang itu lagi pada jaga jarak sama kamu. Kelvin yang ngelarang mereka semua buat deket-deket sama kamu."

Ivana membulatkan matanya. "What?!"

Sista mengangguk membenarkan. "Termasuk kita."

"Terus kenapa kalian gak ngejauhin gue?"

Wendy menggeplak kepala Ivana, membuat gadis kocak itu mengaduh. "Lo ngeraguin persahabatan kita?"

Ivana tersenyum aneh, matanya meneliti Sista, Wendy, dan Kira. "Kalian sayang sama gue, ya...."

Wendy bergidik geli. "Dih, jijik."

Ivana menoel-noel pipi chubby Wendy. "Bilang aja lo gengsi kan, Wenwen."

"Gak, gue emang beneran gak sayang sama lo," jelas Wendy membuat Ivana mendelik. "Tapi sayang pake banget."

Ivana memeluk Wendy dan di balas sama. Begitu juga dengan Sista dan Kira yang bergabung.

"Cewek kalo sahabatan gitu, ya," celetuk Vernon. Dia dan Kelvin serta Joshua sedang memerhatikan dari luar kelas. "Menjijikan."

Joshua menyahut. "Justru itu. Yang gue tau, cewek belum bisa di bilang sahabat kalo gak ada yang ngira mereka itu lesbi."

"Jadi maksudnya, harus di kira lesbi dulu baru bisa di bilang sahabat?" tanya Vernon.

Joshua mengangguk membenarkan. "That's point."

KELV (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang