26. BETTER MORE THAN STARS

1.5K 96 0
                                    

Jam setengah tujuh Ivana baru berkeinginan untuk pulang karena hujan baru benar-benar berhenti. Kelvin menawarkan diri untuk mengantar Ivana pulang dan Ivana menerima tawaran itu.

Kelvin mengenakan helm seraya menunggangi motornya. Kelvin lalu menoleh ke Ivana. Sesaat Kelvin terdiam, namun setelah itu ia turun dari motor serta melepas dan meletakkan kembali helmnya di atas tangki bensin.

Kelvin menghampiri Ivana, melepas jaketnya sendiri dan memasangkannya pada cewek itu. "Pake. Udara dingin."

Ivana tersenyum, jantungnya beritme kencang. Perlakuan Kelvin semakin hari semakin manis padanya.

"Ayo."

Ivana mengikuti Kelvin naik ke atas motor ninja merah itu. Setelah menyuruh Ivana berpegangan, Kelvin mulai menarik gas motor meninggalkan rumah besarnya.

Di jalan, Ivana menikmati setiap momen yang ada antara Kelvin dan dirinya. Ivana mempererat pelukannya di perut Kelvin dan semakin menempatkan kepalanya pada posisi ternyaman di pundak lebar Kelvin. Perlakuan Ivana membuat Kelvin tersenyum di balik helmnya.

"Kelv, jangan pulang," kata Ivana. Kelvin membawa motor dengan pelan, tidak seperti biasanya.

"Kenapa?"

"Di rumah gue kesepian." Ivana jadi sedih.

"Mau gue nginep?" tawar Kelvin.

"Enggak mau! Lo kerjaannya modus terus!"

Kelvin tertawa. Dia menambah kecepatan motornya —tapi masih rata-rata. Kelvin tidak membawa Ivana pulang, melainkan ke sebuah tempat dimana dia biasa melepas lelah dan melepas rindu pada Mamanya.

Motor Kelvin berhenti, dia turun dari sana, di ikuti oleh Ivana. Ivana mengeratkan jaket dan tas ransel yang masih menggaplok di pundaknya. Udara semakin dingin disini, membuat Ivana mendekatkan tubuhnya ke Kelvin.

Kelvin tersenyum, dia mengerti Ivana kedinginan meski sudah memakai jaket miliknya. Sedangkan Kelvin tidak memakai apapun, hanya kaos hitam di badannya. Kelvin menarik tubuh Ivana sehingga menempel dengan tubuhnya, Kelvin memeluk Ivana dari samping. 

Kelvin membawa Ivana menanjak ke sebuah bukit yang tidak terlalu tinggi lalu duduk di pinggiran, dengan kaki yang mengatung. Pemandangan kota di bawah sana terlihat cantik dan indah. Ivana beberapa kali mengabadikan lewat kamera ponselnya.

"Jangan cuma fokus ke bawah, coba liat atas."

Ivana menuruti perkataan Kelvin. Wajahnya langsung berbinar melihat banyaknya bintang-bintang gemerlap di langit hitam kebiruan. Ivana lagi-lagi memotretnya.

"Mereka berkilauan dan cantik." Ivana terkagum-kagum setelah beberapa saat sibuk mengambil gambar. Ivana menyimpan ponselnya di dalam tas, memilih untuk melihat pemandangan itu dengan mata kepalanya langsung.

Kelvin menoleh ke Ivana, tatapannya dalam menghunus netra gadis itu dari samping. Dengan suara beratnya Kelvin berucap, "Iya, berkilau dan cantik." Ivana tidak tau Kelvin menatapnya begitu, kalo Ivana tau, dia akan langsung meleleh.

Ivana menghela napas lewat mulut. "Ayah sama Bunda sekarang lagi liatin gue dari atas, kan?" tanya Ivana. "Mereka pasti seneng liat gue bahagia," lanjutnya. Dia lalu menoleh ke Kelvin dan tersenyum manis. "Thanks buat jadi alasan gue bahagia."

Kelvin tidak menanggapi, dia hanya membalas tatapan Ivana. Selama beberapa saat mereka saling tatap, akhirnya Ivana yang lebih dulu memutuskan kontak mata itu dan menatap bintang. Ivana sudah bilang, dia tidak pernah sanggup menatap mata Kelvin dengan waktu yang lama.

"Mau pulang?" tanya Kelvin setelah sekian lama diam. Ivana tidak menyahut membuat Kelvin bertanya lagi. "Va? Pulang, yuk? Udah malem."

Ivana tetap tidak menjawab, Kelvin jadi keheranan. Kelvin akhirnya menoleh dan mendapati Ivana yang sedang menunduk, wajah cewek itu tertutupi rambut panjangnya yang tergerai.

KELV (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang