23. MANTRA PELINDUNG

1.7K 121 0
                                    

Ivana sedang bermain mama-mamahan dengan boneka-bonekanya. Kadang kala dia juga tidak mengerti dengan dirinya sendiri. Dulu sewaktu kecil, Ivana punya kepribadian tomboy, dan sekarang, di umurnya yang sudah beranjak 17 tahun Ivana masih bermain boneka.

Mungkin kalau Kelvin atau teman-temannya tahu, mereka akan mengejek Ivana habis-habisan.

Padahal alasan sebenarnya, Ivana kesepian setelah di tinggal Sang Ayah.

"Ginny, Papa pulang." Ivana menggerakkan sebuah boneka chucky dan berjalan mendekati boneka kelincinya yang di pakaikan baju.

"Papa!" Kemudian Ivana membuat kedua boneka bertolak belakang itu berpelukan. "Papa bawa sesuatu buat Ginny?"

"Iya." Ivana mengambil boneka hello kitty. "Kenalin, ini Mama kamu."

"Wah, Mama Ginny, Pa?"

"Iya, Ginny."

"Namanya siapa?"

"Luna."

"Wah! Ginny seneng banget, Pa! Ginny bakal baik-baik sama Mama Luna."

Ivana terlihat asik sendiri hanya dengan tiga boneka itu. Ivana tidak tahu apa dia benar senang atau hanya sekadar menghilangkan kesepiannya semenjak di tinggal Ayahnya.

Ponsel Ivana di nakas berdering, Ivana mengambilnya dan melihat nama Bramasta Alando disana.

"Halo, Vana?"

"Ya, Bram?"

"Gue di depan rumah lo, bisa keluar sekarang?" Sepertinya Bramasta tahu bahwa Ivana sedang kebingungan. "Gue pernah bilang mau bawa lo ketemu Tante gue. Lo gak lagi sibuk, kan?"

"Enggak, kok!" Ivana langsung bangun dari duduknya, dia turun dari atas kasur. "Tunggu sebentar! Gue ganti baju dulu! Lima menit? Kasih gue lima menit!"

Terdengar tawa dari sebrang sana. "Lucu banget, sih. Iya, gue bakal tunggu lo sampe kapan pun."

Ivana merasa aneh dengan kalimat terakhir namun cewek itu berusaha untuk tidak ambil pusing. Dia mematikan telepon dan membuka lemari pakaian.

Mengganti kaos panjang abu-abunya dengan sweater rajut cokelat, di balut jaket jeans hitam karena udara malam yang dingin. Ivana juga mengganti celana pendek putihnya dengan yang panjang.

Tidak perlu menunggu lama bagi Bramasta melihat Ivana yang sudah sampai di hadapannya. Bramasta dan Ivana saling menyapa singkat kemudian masuk ke dalam mobil.

Singkatnya, setelah beberapa saat mobil hitam milik Bramasta berhenti di cafe yang saat itu ia datangi bersama Ivana — milik Tantenya.

Bramasta turun lebih dulu, membukakan pintu untuk Ivana yang di balas tawa oleh gadis itu. Suasana cafe di jam seperti ini masih ramai saat Bramasta membawa Ivana masuk ke dalamnya, lebih tepatnya ke sebuah ruangan.

Begitu pintu terbuka, terlihat Tantenya Bram sedang mengurus berkas-berkas di mejanya. Saat menyadari keberadaan keponakannya dan seorang perempuan, Beliau langsung berdiri.

Ivana tersenyum, sedikit mengangguk kepada wanita yang kiranya berusia tiga puluhan. Tantenya Bram juga membalas hal serupa.

"Tante, ini temen yang aku ceritain itu. Namanya Ivana." Bramasta mengenalkan Ivana kepada Tantenya, begitu juga sebaliknya. "Vana, Tante Luna. Dia yang punya cafe ini."

Ivana tersenyum, teringat dengan boneka hello kitty yang ia beri nama Luna tadi. "Salam kenal, Tante. Saya Ivana."

"Cantiknya," seru Luna, keluar dari tempatnya dan menghampiri Ivana. "Kamu mau kerja disini?"

KELV (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang