41. TERLALU JELAS

1.1K 79 4
                                    

Pulang sekolahnya, para perempuan dan dua laki-laki itu berniat untuk menonton acara bioskop bergenre horror yang sedang ramai dibicarakan di Tiktok. Judul filmnya yaitu The Medium.

Vernon tentu membonceng Wendy. Joshua bersama Kira, tadinya Joshua menawari Ivana namun Ivana tentu tidak mau karena merasa tidak enak dengan Kira. Alhasil Ivana bersama Sista.

Tanpa berlama-lama mereka langsung memesan tiket nonton dan pergi main sebentar untuk menunggu jadwal film akan dimulai.

“Udah pada kepikiran belum lulus nanti bakal gimana?” tanya Ivana memulai perbincangan.

“Gue sih ngikutin alur aja,” jawab Sista seadanya.

“Lu mah emang anaknya pasrah banget, Sis. Mau gimana takdir Tuhan juga lo terima-terima aja,” ujar Vernon.

“Iya, dong. Dimana lagi Tuhan nemu Hamba kayak gue yang gak banyak ngeluh?” Sista berbangga diri.

“Heh, justru harusnya Tuhan yang males punya Hamba kayak lo!” balas Wendy melempar selembar tisu kepada Sista.

Ivana menghabiskan sisa tawanya sebelum menoleh ke arah Kira. “Cita-cita lo yang pengen jadi dokter masih berlaku, Ra?”

“Siapa mau jadi dokter?” tanya Vernon.

“Kira.” Ivana menjawab.

“Dokter apa?”

“Dokter kandungan.” Kali ini Kira yang membalas, mengundang sorakan heboh dari Vernon.

“Bisa kali nanti anak gue sama Wendy lo yang bantu lahirin,” goda cowok itu.

Wendy mencubit perut Vernon namun tidak urung tersenyum malu-malu. For your information, mereka memang sudah resmi pacaran. Dan makan ini, traktiran dari keduanya untuk merayakan hari jadi mereka yang resmi beberapa waktu lalu.

“Yang nanem elo, yang mengandung Wendy, masa iya yang ngelahirin Kira?” ujar Sista. “Yang bener-bener aja lu, Ver.”

“Bantu lahiran. Ih, susah ya ngomong sama yang otaknya setengah,” papar Vernon menjadi awal keributan.

Sementara itu, Joshua tidak hentinya menatap Ivana yang tertawa lepas. Ada kebahagiaan dalam dirinya melihat Ivana senang. Ivana ingin mengambil tisu yang ada di dekat Wendy. Baru saja hendak berdiri, Joshua sudah gercep mengambilkannya untuk Ivana.

Semua orang disana melihat. Terutama satu gadis dengan hati yang paling rapuh dan lembut.

“Jam berapa, nih?” tanya Wendy mencairkan suasana dan mengubah atensi. “Kayaknya udah mau mulai filmnya, ayok.”

Di dalam bioskop, mereka memilih deretan kursi tengah paling pojok. Dimulai dari pinggir yaitu Vernon dan Wendy, sebelahnya Sista, sebelah kanan Sista yaitu Kira, sebelah Kira ada Joshua dan paling pojok yaitu Ivana. Ivana sengaja memilih tempat paling situ karena dia penakut anaknya.

“Tolong jangan banyak pacaran, gue jadi bingung mau nonton ke depan apa ke samping,” sindir Sista sebelum film dimulai.

“Sirik aja jomblo,” balas Vernon.

Lampu mulai di matikan. Semua telepon genggam di simpan. Hawa mencekam mulai terasa di awal film. Apalagi film itu dibuat dengan adat-adat Thailand dan sebagainya yang masih sangat kental.

“Serem, ya?” tanya Joshua berbisik pada Ivana.

Ivana mengangguk kecil dan meringis.

“Takut nggak? Kalo takut kita keluar aja gak pa-pa, jangan dipaksa nanti kebawa mental.”

“Gue gak apa-apa, kok. Udah lanjut nonton aja.”

Kira disana merasa sangat tidak teranggap. Dirinya hanyalah sebuah hiasan atau mainan semata untuk Joshua, itu yang ada dipikirannya. Bagaimana tidak? Setiap kali Kira memantapkan hati untuk menengok ke arah Joshua, di saat itu juga hatinya dipatahkan dengan pandangan Joshua yang sibuk memerhatikan Ivana.

KELV (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang