31. WITHOUT KELVIN

1.2K 74 3
                                    

Vernon dan Joshua masuk ke dalam kelas XI IPS 1, hendak menjemput gadisnya masing-masing. Namun terasa berbeda karena satu orang yang tidak ada.

“Duluan ya,” pamit Wendy dan Kira pada Ivana lalu Sista. Keempat remaja berpasangan itu akhirnya keluar kelas, menyisakan Ivana dan Sista berduaan.

“Seneng banget gue sekarang ada temennya lagi,” cetus cewek dengan rambut ponytail itu. Menggandeng tangan Ivana menuju luar. “Lo gak tau semiris apa gue disaat kemarin-kemarin lo pulang sama Kelvin, Wendy sama Vernon dan Kira sama Joshua? Gue kayak anak ilang, Van, asli!”

“Emangnya lo ada masalah apa sih Van sama Kelvin?” tanya Sista, menghentikan langkahnya bersama Ivana saat di parkiran.

“Kemarin gue jalan sama Bram—”

WHAT?! KAK BRAM YANG ANAK ATLETIK ITU? Hubungan lo sama dia sebenernya udah sejauh apa, sih?”

“Sutt .... ” Ivana membungkam mulut Sista menggunakan satu tangan. “Jangan teriak-teriak nanti orang lain denger,” bisiknya.

Bersamaan dengan Ivana menarik tangannya, Sista menyengir. “Sorry ayank ayok deh lanjut.”

“Kelvin tiba-tiba dateng dan mukulin Bram. Gue sama Bram sama-sama kaget dong gak ada apa-apa tiba-tiba Kelvin kayak gitu,” ucap Ivana bercerita.

Sista diam sejenak, berpikir. Dia tidak mau cepat mengambil kesimpulan. “Nggak mungkin gak ada apa-apa tetiba Kelvin kayak gitu.”

Ivana mendesah pelan. “Bramasta bilang dia suka gue.”

“Pantes!” Sista menjentikkan jarinya. “Gue juga jadi Kelvin bakalan marah!”

“Kenapa harus marah kalo bukan siapa-siapa?” Pertanyaan telak dari Ivana.

“Iya juga ya .... ” Sista berpikir lagi. Kali ini Ivana ikut berpikir bagaimana cara menyelesaikan masalah yang sedang ia hadapi. Ivana tidak mau melukai perasaan pihak manapun.

“Ivana!” Seruan itu menginterupsi kedua gadis yang sedang berdiri diantara lalu-lalangnya orang-orang. Bukan hanya si pemilik nama yang menoleh, tapi temannya juga.

“Baru juga diomongin, panjang umur banget Kak Bram,” kata Sista.

Bramasta sampai di depan dua adik kelasnya. “Gue kira lo udah pulang, untungnya belum.”

“Kenapa?” tanya Ivana.

“Lo mau ke cafe, kan? Gue anter. Tapi temenin gue dulu ke sebuah tempat.”

“Tapi—”

“Gue udah bilang sama Tante Luna dan katanya boleh. Lo boleh dateng sedikit terlambat,” potong Bramasta.

Sista menyenggol lengan Ivana dan berbisik, “Udah sana, daripada lo ngarepin Kelvin terus gak dikasih kepastian. Mending sama yang pasti-pasti aja, udah jelas depan mata.”

“Apa, sih?”

Sista mendorong-dorong Ivana agar ikut dengan Bramasta. “Udah sana! Have fun! Nggak usah mikirin gue, gue udah biasa yang kayak gini.”

“Tapi—”

“Kebanyakan tapi-tapi lo!” Sista mengomel. “Udah sana! Sana, nggak? Gue timpuk pake sepatu, nih!”

Dengan dorongan dan paksaan dari salah satu sahabatnya —Sista— alhasil Ivana mau pergi bersama dengan Bramasta. Meskipun sebenarnya Ivana masih sangat tidak enak hati pada cowok itu.

“Luka lo .... ” Ivana hendak menyentuh wajah Bramasta yang babak belur namun terurung.

“Ah, ini,” Bramasta mengerti. “bukan apa-apa, Van.”

Ivana menunduk, menatap ujung sepatunya yang menari kecil. Jari-jemari Ivana bertaut dan itu tidak lepas dari pengamatan Bramasta.

“Maaf ya gara-gara gue .... ”

“Kenapa minta maaf?” Bram terkekeh ringan, tidak ingin membuat Ivana merasa bersalah. “Udah, kejadian kemarin nggak usah lo pikirin.”

Mobil Bramasta berhenti di salah satu cafe, namun bukan cafe milik Tantenya Bramasta yaitu Luna. Cowok itu membawa Ivana ke tempat lain.

“Sekali-kali cari suasana baru.” Begitu kata Bramasta tadi.

Minuman pesanan mereka datang, Bramasta membuka percakapan dengan topik yang ringan.

“Gue suka pelajarin tentang bintang.”

“Oh, ya?” Ivana tertarik. “Bintang gue Libra.”

“Biar gue liat dulu,” kata Bramasta. “Lo orangnya suka mengekspresikan sesuatu, anaknya kocak, teman yang baik, energetik, keras kepala, kadang-kadang berlebihan.”

Yang terakhir itu membuat Ivana memukul pelan tangan Bramasta yang kebetulan ada di atas meja. “Gue nggak berlebihan!”

Bramasta tertawa. “Iya deh percaya.”

“Kasih tau lagi tentang Libra,” pinta Ivana. “Apa aja yang lo tau?”

“Gue tau sesuatu,” balas Bramasta sok misterius. Membuat Ivana jadi penasaran.

“Apa? Apa?”

“Pengen tau, ya?” Dia malah bercanda.

“Bram, serius!”

Bramasta tertawa, berhasil membuat Ivana agak kesal. “Dari yang gue pelajarin, Libra itu berjodoh sama Gemini.”

“Kok, bisa?” tanya Ivana terheran-heran.

“Bisalah.” Bramasta menyesap minumannya.

“Gue Gemini,” kata Bramasta lagi.

“Iya?” Ivana menanggapi dengan antusias sambil bercanda. “Berarti lo jodoh gue, dong.”

“Haha, iya.”

Ivana berdiri, “Gue mau ke toilet sebentar.” menaruh tas sekolahnya di kursi. “Nitip tas, Bram.”

Bramasta mengangguk. “Ya, hati-hati.”

“Disitu doang kenapa hati-hati?”

“Takutnya kesasar.”

Setelah memberikan tanggapan singkat berupa tawa, Ivana pergi. Tidak sampai sepuluh menit dia sudah balik lagi.

“Abis ini lo anterin gue ke tempat Tante Luna, kan?” tanya Ivana.

“Iya, lo minum dulu.”

Ivana menurut, meneguk minumannya. Kemudian setelahnya dua remaja itu berjalan ke parkiran, dimana mobil berwarna hitam milik Bramasta ada.

Bramasta membuka pintu mobil untuk Ivana kemudian memutari kap untuk sampai di kursi kemudi. Saat cowok itu menyalakan mesin mobil, Ivana melenguh sembari memegang kepalanya.

“Kepala gue kenapa pusing gini, ya?”

Bramasta menyetel kursi penumpang depan agar sedikit lebih ke belakang, membuat postur Ivana yang semula duduk jadi sedikit berbaring. “Lo tidur dulu aja, nanti kalo udah sampe gue bangunin.”







—Kelv—





MAAF YAA BARU UPDATE LAGI SETELAH SEKIAN LAMAA HUHUU MAAF BANGETTT

Wattpad aku rusak jadi males bukaa, ini aku bisa update karena pake hp mamaa. Maaf ya semua. Disamping itu keseharian aku bener-bener sibuk, mulai dari nonton film dan belajar hehe.

Akhir-akhir ini aku lagi ngurusin persiapan buat PTM, ASLI AKU SENENG BANGET GUYS SETELAH SEKIAN LAMAAA HAMPIR 2 TAHUN YAA?

Gak sabar juga make seragam putih abu-abu, hehe.

Aku senin udah mulai sekolah, seminggu dua kali. Gak terasa nanti tanggal 20 udah mau PTS ajaa, gak bisa nyontek nyontekan lagi donggsss wkwkwkk.

KELV (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang