27. KELVIN ATAU BRAMASTA?

1.4K 90 1
                                    

Seperti apa yang sudah dijadwalkan, Ivana pulang dengan Bramasta. Lebih tepatnya Ivana diantarkan ke tempat kerja menggunakan mobil cowok itu.

“Selama seminggu ini lo di anter jemput kerja sama Kelvin?” tanya Bramasta.

Ivana mengangguk.

“Lo jadi lebih deket sama Kelvin ya, Van,” ucap Bramasta membuat Ivana terkekeh. “Udah pacaran?”

Dengan raut wajah yang malu-malu sembari senyum nggak jelas, Ivana menjawab. “Belum.“

“Berarti pengen, dong?” canda Bramasta. “Buat gue nggak ada tempat nih jadinya?”

“Hah? Apa?” Ivana bertanya karena ia tak begitu mendengar jelas kalimat terakhir Bram, pemandangan diluar kaca lebih menarik perhatiannya tadi.

Bramasta menggeleng. “Enggak kenapa-napa.”

Ivana tertawa garing menanggapi. “Nggak jelas lo.”

Setelah beberapa saat mereka terlibat percakapan seru, mobil yang dikendarai Bramasta sampai di tempat tujuan. Mereka turun dan memerhatikan sekitar yang sudah mulai ramai pengunjung.

“Kayaknya malem ini gue harus lembur lagi,” ucap Ivana menghela napas. Kemudian gadis itu mengangkat sebelah tangannya ke udara. “Semangat!”

Tingkah Ivana itu membuat Bramasta gemas dan tidak tahan untuk tidak mengacak rambut Ivana. “Semangat, Vana!”

Ivana menyengir. “Makasih banyak, Bram. Gue janji pas gue dapet gaji pertama gue nanti, gue bakal traktir lo.”

“Makanan mahal, ya?”

Muka Ivana langsung berubah jadi ditekuk. “Soal itu .... ”

Bramasta tertawa melihat wajah Kania. “Gue bercanda. Tenang, gue nggak matre, kok.”

Ivana refleks memukul lengan Bramasta. “Ih, lo!”

“Masuk, yuk?” ajak Bramasta.

“Lo nggak balik?” tanya Ivana.

“Gue mau ketemu sebentar sama Tante Luna.”

“Oke.”

Kedua remaja itu masuk ke dalam cafe. Begitu masuk, Bramasta langsung mendapat perhatian penuh dari para cewek-cewek yang masih pakai seragam sekolah. Mereka membicarakan Bramasta dan suaranya terdengar jelas.

“Itu ponakannya pemilik cafe, kan?” tanya salah satunya mengenali Bram.

“Masa? Kalo tau gitu gue dateng kesini setiap hari. Ganteng banget, ih,” balas yang satunya lagi genit.

“Terimakasih lo sama gue, biasanya juga lo nggak mau diajak nongkrong-nongkrong.”

“Seragamnya nggak asing, deh.”

“Anak Qwerty dia.”

What?! Qwerty? Berarti dia satu sekolah sama Kelvin, dong?”

“Eh, cewek itu yang lagi sama Bram, dia bukannya pacarnya Kelvin, ya?”

“Ih, udah sama Kelvin masih aja ngembat Bram. Nggak tau diri banget, sih. Padahal mukanya biasa aja, mana tinggi banget lagi. Cewek tinggi, kan, jelek.”

“Kok, mau, ya, Kelvin sama dia? Sumpah, masih cantikan gue kemana-mana kali.”

“Eh, eh, orangnya liat sini!”

Ditempatnya, Ivana ingin sekali menghampiri para mulut lambe turah itu dan memberi mereka pelajaran kalau saja Bramasta tidak menahannya dan mengulas senyum manis yang membuat Ivana luluh.

KELV (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang