46. WISATA KUNJUNGAN : CANDI BOROBUDUR

1.3K 75 3
                                    

Perkataan Kira benar adanya, bahwa tahun ini SMA Qwerty mengadakan wisata kunjungan ke Candi Borobudur.

Ulangan kenaikan kelas sudah selesai. Satu minggu yang penat sekarang tergantikan dengan rasa gugup perihal nilai. SMA Qwerty ingin anak muridnya tidak terlalu stress, maka dari itu memberikan refreshing.

Sepuluh bus yang berisikan masing-masing kelas itu berhenti beruntun. Para murid segera turun dengan berdesak-desakan, tidak sabar.

“ANAK-ANAK, PELAN-PELAN! HATI-HATI JANGAN SAMPAI ADA YANG JATUH!” peringat Pak Syarif.

“IYA, PAK!” balas mereka serempak namun tidak dituruti.

“Gue mau foto-foto!” ujar Wendy dengan excited.

Disini Ivana dan yang lainnya berada sekarang, setelah menempuh perjalanan beberapa jam yang sebenarnya melelahkan namun jadi tidak karena mereka bersenang-senang di dalam bus.

Sebuah monumen sejarah yang terdiri atas enam teras berbentuk bujur sangkar yang di atasnya terdapat pelataran melingkar, pada dindingnya di hiasi dengan 2.672 panel relief dan aslinya terdapat 504 arca Buddha.

Yap, Candi Borobudur.

Mari kita pelajari singkat tentang monumen tersebut.

Borobudur memiliki koleksi relief Buddha terlengkap dan terbanyak di dunia. Stupa utama terbesar terletak di tengah sekaligus memahkotai bangunan ini, dikelilingi oleh tiga barisan melingkar 72 stupa berlubang yang di dalamnya terdapat arca Buddha tengah duduk sila dalam posisi teratai sempurna dengan mudra (sikap tangan) Dharmachakra mudra (memutar roda dharma).

Menurut bukti-bukti sejarah, Borobudur ditinggalkan pada abad ke 14 seiring melemahnya pengaruh kerajaan Hindu dan Buddha di Jawa serta mulai masuknya pengaruh Islam.

Dunia baru menyadari keberadaan bangunan ini sejak ditemukan 1814 oleh Sir Thomas Stamford Raffles, yang saat itu menjabat sebagai Gubernur Jenderal Inggris atas Jawa.

Sejak saat itu Borobudur telah mengalami serangkaian upaya penyelamatan dan pemugaran (perbaikan kembali), proyek terbesarnya di gelar dalam kurun waktu 1975 hingga 1982 atas upaya Pemerintah Republik Indonesia dan UNESCO, kemudian situs bersejarah ini masuk dalam daftar Situs Warisan Dunia.

“Van, fotoin gue sama Sista disini! Cepetan!” Wendy menarik Sista untuk berdiri disebelahnya. “Nanti ganti-gantian, deh.”

Ivana, cewek itu tertawa melihat temannya. “Geseran dikit, biar kena cahaya matahari. Nanti jadi aesthetic.” Setelah Wendy dan Sista mengikuti arahan, Ivana mengangkat sebuah kamera lensa berwarna biru dan segera mengambil gambar. Lalu tak lama sebuah kertas foto polaroid muncul dari atasnya dan Ivana berikan hasil itu.

“Bagus! Emang gak pernah gagal Ivana,” puji Wendy membuat Ivana terkekeh.

“Gue gak tau lo jago jadi photografer,” kata Sista melihat hasil jepretan Ivana. “Ternyata bakat terpendam lo selama ini itu motoin orang, Van.”

“Itu punya Om Juna, ya?” tanya Kira menunjuk kamera polaroid yang menggantung di leher Ivana.

Ivana tersenyum, mengangguk. Ini memang satu-satunya barang tinggalan Ayahnya yang masih dia jaga baik sampai sekarang. Juna, Ayahnya itu memang senang sekali memotret.

“Hey, ladies.” Vernon datang tanpa di undang.

Sista yang melihat kedatangannya lantas berdecak. “Bisa gak sih lo gak nyamperin Wendy sekali aja? Dia butuh waktu sama temen-temennya. Jangan ngekang, dong.”

“Apa, sih? Kok, lo yang repot? Wendy aja gak masalah,” balas Vernon. “Makanya, Sis, punya pacar. Biar tau gimana rasanya.”

Di beberapa meter ujung sana, ada seseorang yang memerhatikan Ivana dari jauh. Rasa hati ingin mendekat namun sadar, dia sangat tidak pantas.

Bagi Kelvin, Ivana nampak seperti bintang sekarang. Indah, namun sangat jauh dan tidak tergapai.

Senyum Ivana cantik. Dengan sebuah topi pantai besar yang ada di kepalanya, menghindari Ivana dari sinar matahari. Cewek itu tidak tahu, selama ini dari jauh Kelvin selalu memerhatikannya.

“Aku boleh tanya?”

Kelvin terlonjak karena Aris yang tiba-tiba ada di sebelahnya. “Anjing, lo ngagetin gue!”

“Ma—maaf, Kelvin. Jangan p—pukul a—aku.” Aris ketakutan.

Kelvin memberikan tatapan tajam yang mematikannya sebentar sebelum kembali melihat ke arah depan. “Gue gak mau buat masalah disini.”

“A—aku t—tadi nanya, a—aku boleh n—nanya, enggak?”

“Ngomong yang jelas, jangan ngang-ngong-ngang-ngong aja lu!”

“I—iya.” Cowok yang kalau berdiri di sebelah Kelvin itu menjadi sangat amat pendek. Seperti raksasa dan kurcaci. Aris berusaha menetralkan deru napasnya. “Aku mau nanya sama kamu, boleh?”

Kelvin diam dan Aris anggap itu sebuah kode lain dari yang namanya persetujuan.

“Kenapa kamu begini sama Ivana?” tanya Aris membuat Kelvin menoleh kepadanya. “Maksud aku, kalo kamu emang beneran suka sama Ivana, kenapa waktu itu kamu jahatin dia? Terus juga, kalo emang kamu gak suka sama Ivana, kenapa kamu perhatian? Kenapa kamu khawatir kalo Ivana nggak makan?”

Hening, tidak ada tanda-tanda Kelvin akan bersuara dan itu membuat Aris ketar-ketir di tempat, takut kalau Kelvin tersinggung dan akan memukulinya lagi seperti yang biasa cowok itu lakukan.

“K—kelvin, aku minta maaf kalo a—aku salah ngomong. A—aku cuma p—penasaran k—kenapa kamu—”

“Lo gak ada hak buat tanya tentang itu ke gue,” sarkas Kelvin sebelum akhirnya berlalu pergi.

“Ivana, kesini sebentar! Foto gue sama Kira disini!” Agaknya, Sista ketagihan dengan hasil jepretan Ivana.

Gadis itu tertawa, hendak menyamperi temannya yang ada di tangga sebelum sebuah tangan menariknya menjauh dari sana.

“Apaan, sih, tarik-tarik?!” kesal Ivana. Namun begitu tahu siapa pelakunya, dia terdiam. Mendadak kelu.

Kelvin juga tiba-tiba membeku, bingung sendiri atas apa yang dia lakukan. Perlahan, cekalannya pada tangan Ivana mengendur.

Beberapa menit keduanya saling diam dan tidak ada yang berniat berbicara duluan. Kelvin dan Ivana hanya saling tatap dengan perasaan di hati mereka yang masih tersisa.

“A—anu.” Sial, apa-apaan ini sekarang? Seorang Kelvin Anggara bisa gagap seperti si Aris anak cupu itu? Sadar, Kelvin! “Sorry.

“Iya,” jawab Ivana dengan suara yang sangat pelan. Pita suaranya seolah tidak mau keluar dan tertahan di dalam.

Ivana memutuskan untuk pergi. Baru saja dia berbalik, Kelvin berujar — seolah sengaja menahan Ivana untuk tidak meninggalkannya.

I miss you, Iva.”

****

KELVIN SIALAN MAUNYA APA SIH 😤 baiwan aja kita sini.

Wkwk, mau ku gantung kalian kayak jemuran. Btw, selamat malam Jumat <3

KELV (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang