35. WITH YOU

1.3K 95 0
                                    

Ivana mengulas senyum melihat sesosok laki-laki yang sedang tidur di atas kedua tangannya yang terlipat di atas meja. Setelah memastikan hampir tiga per empat anak-anak kelas keluar, Ivana baru masuk. Ivana menaruh jari telunjuknya di bibir, menyuruh Vernon dan Joshua yang melihatnya agar diam.

Ivana berjalan mendekat ke meja Kelvin. Dia lalu menggebrak meja tersebut dan langsung berlari sembunyi dibelakang Joshua saat kepala Kelvin terangkat.

“Siapa yang gebrak meja barusan?” tanya Kelvin dengan pelan namun marah. Suaranya serak dan rendah khas orang baru bangun tidur.

“Ada, cewek tadi. Tapi sekarang orangnya ngumpet,” jawab Vernon cekikikan.

“Siapa? Keluar!” teriak Kelvin. “Gue gak suka di ganggu!”

Ivana muncul dari balik Joshua. “Kelvin jangan marah-marah, nanti jadi lekas tua. Gue yang gebrak mejanya, emang kenapa?” Cewek itu berkecak pinggang.

Kelvin menghela napasnya pelan dan menyugar rambutnya ke belakang. “Nggak kenapa-napa.” Dia menggerakkan tangannya menyuruh Ivana mendekat. “Sini.”

“Buset, maung kalo ada pawang langsung soft banget. Kayak kucing,” komentar Vernon.

Kelvin tidak menanggapi celotehan temannya, dia justru mengusir Vernon dari kursinya agar Ivana bisa duduk di sebelah Kelvin. “Udah lama nunggunya?”

Ivana menggeleng. “Baru aja keluar kelas.”

“Mau langsung pulang apa makan dulu?” tanya Kelvin.

Ivana mengulum bibirnya ke dalam. “Temenin ke cafe Tante Luna dulu, ya?”

Kelvin mengangguk kecil. “Oke. Disini bentar, gue ngumpulin nyawa.” Tangannya terulur menyingkirkan anak rambut yang menghalangi wajah cantik Ivana.

Joshua melihatnya, tepat di depan mata. Joshua daritadi ingin menanyakan keadaan Ivana tapi belum kesampaian karena sejak tadi Ivana tidak dibiarkan sendiri. Tapi melihat Ivana bahagia bersama Kelvin, Joshua merasa aman.

Joshua mengambil tas ranselnya dan pamitan untuk pulang duluan. Disusul dengan Vernon yang ingin nyamper Wendy dulu untuk pulang bersama.

****

“Ivana, kamu jujur sama Tante, kamu ada masalah apa sama Bramasta?”

Ivana menggeleng. “Iya, Tante. Nggak ada apa-apa, kok.”

“Kenapa tiba-tiba pengen keluar? Bramasta juga tiba-tiba minta pindah sekolah.” Perempuan yang lebih dewasa itu mengambil kedua tangan Ivana yang ada di atas meja, menggenggamnya. “Kalo ada masalah, cerita aja sama Tante.”

Ivana terkekeh kecil. “Makasih untuk perhatiannya, tapi beneran gak ada apa-apa. Vana cuma ... apa, ya? Vana dapet pekerjaan baru, Tante, hehe.”

“Oh, ya? Dimana?”

Ivana terpaksa berbohong. “Di minimarket deket rumah.”

“Gaji kamu lebih besar ya disana?” tanya Luna. “Tante bisa kasih kamu lebih kalo kamu mau tetep disini, Ivana. Tante suka kamu.”

“Bukan gitu maksud Vana. Vana juga suka Tante cuma mau nyoba suasana baru aja,” elaknya.

“Maaf kalo Tante pernah bikin kesalahan sama kamu, ya?” ujar Luna.

“Enggak, Tante. Vana justru bersyukur banget Tante udah mau bantu Vana, nerima Vana kerja disini. Makasih banyak, Tante.” Ivana membalas.

Luna tersenyum, wanita cantik berusia lanjut itu membuka laci mejanya dan mengambil sebuah amplop dari sana lalu mendorongnya ke Ivana. “Pesangon kamu.”

“Gak usah, Tante. Gak perlu. Ivana—”

“Ambil atau lanjut kerja disini?” ancam Luna yang lebih terdengar seperti tawaran.

“Tante .... ” Mata Ivana berair. Dia betulan suka dan menganggap Luna sebagai Tantenya sendiri. Kadang-kadang malahan Luna bersikap mirip dengan Bundanya yang sudah meninggal.

“Nggak apa-apa, kamu jaga diri. Jaga kesehatan juga,” pesan Luna.

Ivana mengangguk, berdiri dan bersalaman. “Sekali lagi makasih ya Tante udah banyak bantu Vana.”

“Sama-sama. Main-main kesini sesekali,” balas Luna.

Ivana mengangguk dan mengucapkan terimakasih sekali lagi sebelum benar-benar meninggalkan cafe mantan tempat kerjanya dan menghampiri Kelvin yang sedang bersandar di motor.

Melihat tampang Ivana yang sedih, Kelvin berinisiatif menawarkan Ivana sesuatu yang mampu menambah mood. “Es krim?”

****

Mereka duduk berdua di bawah sebuah pohon beringin besar dan rindang. Menikmati sejuknya taman dengan pemandangan jalan raya yang cukup ramai dengan lalu lalang kendaraan.

Dengan lucunya, Ivana meniup es krim yang dingin sehingga menimbulkan asap yang menerpa wajahnya. Tawanya timbul dan lantas menular pada lelaki disebelahnya ini.

Entah sejak kapan Kelvin punya kepribadian hangat jika bersama Ivana. Sebenarnya Kelvin memang punya, dia sangat lembut pada Ibunya sebelum akhirnya Alvin, Ayahnya yang brengsek itu menghancurkannya dan membuat kepribadian baru untuk anaknya.

Ivana memasukkan es krim itu ke dalam mulutnya. “Ngilu,” ujarnya.

“Makanya gosok gigi,” papar Kelvin membuat Ivana jadi mendelik.

“Gue rajin gosok gigi tau!”

“Oh, ya? Sehari sekali?” Kelvin meledek.

“Hih, enak aja! Tiga kali sehari! Kadang-kadang malah lebih,” balas Ivana tidak mau kalah.

Kelvin mengangguk-anggukan kepalanya. “Percaya aja deh biar seneng.”

“Emang bener!”

“Iya, cewek kan emang kodratnya selalu bener.”

“Nggak juga, sih.” Ivana tidak setuju. Dengan satu gerakan dia mencubit lengan Kelvin membuat cowok itu meringis dan kaget karena Ivana tiba-tiba mencubitnya tanpa sebab.

“Gak jelas banget ini anak,” dumel Kelvin sedikit kesal.

Ivana tertawa. “Gemes abisan sama otot lengannya.”

“Yang perut enggak?”

Pertanyaan Kelvin membuat Ivana malu. “Apa, sih.” Cewek itu menaruh kepalanya di bahu Kelvin dan lanjut menikmati es krim sambil menceloteh. “Kelv, dulu lo pernah nyangka gak kita bakal jadi kayak gini?”

Kelvin menggeleng. “Enggak.”

“Dulu gue benci banget sama lo. Tiap liat lo gue selalu ngerasa darah gue mendidih sampe ubun-ubun.” Ivana terkekeh. “Lucu ya kalo diinget?”

“Sekarang gimana?” tanya Kelvin.

Ivana tidak mengerti. “Apanya?”

“Lo masih benci sama gue?”

Ivana tersenyum dan membalasnya dengan gelengan. “Enggak. Yang ada malah gue ngerasa ketergantungan sama lo sekarang.”

“Terus kapan kita mau pacaran?”

****

HELLO! MOOD AKU LAGI BAGUS BANGET HARI INI WKWK ASLI

Makasih buat yang udah mau baca cerita ini dan sempetin diri buat vote. Percaya deh, itu sesuatu yang gampang dan semua orang bisa lakuin tapi itu bikin penulis jadi seneng banget kalo ada dukungan dari pembaca.

Udah dulu, aku janji bakalan update terus. Sesuai mood juga sih soalnya mood ngaruh banget di aku. Aku pengen cepet-cepet selesaiin cerita ini, hehe.

Kalian stay tune ya! Jangan bosen sama aku dan ceritaku. Nanti part selanjutnya bakalan ada sesuatu yang heboh.

KELV (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang