Bunyi bel membuatnya berjalan ke arah pintu masuk dan menemukan Rhea, jemarinya yang terjalin dengan Janu. "Dia tadi dadakan jemput gue, gak masalah kan? Cuma nganter nanti pulang." ujarnya dengan perasaan bersalah yang kental. Acara mereka biasanya tidak dihadiri oleh pasangan, kecuali anak. Karena, tidak mungkin kan meninggalkan anak mereka sendiri jika tanpa pengawasan salah satu orangtua mereka?
Farras memberikan cengiran lebar, "Gak masalah lah. Masuk Nu." ia bergeser ke samping untuk mempersilakan pria bertubuh besar dengan rambut yang dikucir itu. Pakaiannya masih sama jenisnya dengan yang terakhir dilihat; kaos polos dilapisi kemeja kotak-kotak yang tidak dikancing, jeans berwarna hitam yang senada dengan kaosnya dan yang terakhir sneakers. Ini pertama kalinya ia bertemu dengan Janu lagi setelah acara hilangnya pria itu dari hidup Rhea selama berbulan-bulan.
"Saya nanti main dengan Aksa, Kata dan Hime. Kalian bebas ngobrol." kata pria itu, dia mengikutinya yang berjalan lebih dulu. "Iya, paham. Lumayan, babysitter gratis dan hitung-hitung latihan punya anak lebih dari satu 'kan?" ia menoleh dan memberikan kedipan mata yang membuat Rhea mencak-mencak. Ia tertawa keras-keras.
Satu persatu sahabat-sahabatnya datang, yang terakhir tiba adalah Nadira dengan Himeka. Dan juga Sapri. Tentu saja anak anjing itu dibawa juga, lengkap dengan popoknya.
Seperti ingat dulu pernah ditimang oleh Janu, Himeka langsung menempel pada pria itu. Who am I kidding? Mana mungkin Himeka ingat, terakhir bertemu saja mereka saat bocah itu masih sangat kecil. Tapi, itu tidak menyurutkan keramahan yang dipancarkan oleh Himeka pada Janu yang dengan senang hati menggendongnya. Ia bergeser mendekat pada Rhea, berbisik pelan. "Itu si Anu beneran gak suka anak-anak? Caranya ke Himeka gak nunjukin sama sekali sih." matanya melirik pada Janu yang kini memangku Himeka dan bermain dengan Sapri.
Rhea balas dengan berbisik, "Nanti deh gue ceritain." mereka bertiga menganggukkan kepala dengan bersemangat. Ketiga anak kecil dan satu anak anjing itu sudah diboyong oleh Janu ke taman belakang, membuat ruangan menjadi sepi untuk sesaat. Mengalirlah cerita Rhea tidak lama kemudian dan rasa iri itu kembali muncul di dalam hati Farras. Ia bersyukur Rhea kini menjadi jauh lebih ceria, rona bahagia tidak dapat disembunyikannya di setiap kata yang terucap. Tetapi rasanya sulit untuk benar-benar berbahagia jika seseorang hidup di mimpimu. Ia mengernyitkan hidungnya saat rasa iri itu membuatnya membandingkan diri dengan Rhea.
Rhea yang cantik, mandiri, setia dan yang pasti tidak memiliki masalahnya. Farras menatap wanita yang masih mengoceh itu, membayangkan bagaimana hidupnya jika ia seperti Rhea. Atau seperti, Damayanti yang baru terbebas dari penjajahan orangtuanya dan kini sudah merdeka. Okay, semi-merdeka. Atau tulus dan memiliki hati seluas samudra seperti Nadira. Ia mendengkus dalam hati, percuma jadi orang lain saat masalahmu tetap saja sama, pikirnya.
"Gue kayaknya lama gak lihat lo sama laki-laki baru deh, Ras. Biasanya lo ganti laki kayak ganti daleman." Rhea bertanya setelah ia sibuk mengoceh. Farras pura-pura berpikir, "Daleman yang mana dulu nih? Celana dalem gue soalnya ganti setiap pipis."
Rhea memutar bola matanya, "Lo yang biasanya doyan cerita sex life tetiba gak ada kabar gitu bikin gue bingung."
Matanya memicing, seringai lebar muncul di bibirnya, "Jadi, lo kangen sama cerita malam-malam panas gue? Mau buat referensi sama Anu ya?" godanya yang membuat Rhea geram tetapi wajahnya memerah. Wanita itu melempar kacang ke arahnya, "Lo yang diem-diem gini bikin gue mikir lagi deket sama siapa." balasnya.
"Lagi deket sama Leo." jawabnya dengan santai.
"Tunggu-tunggu, ini Leo yang dulu lo kenalin ke Rhea?" kali ini Damayanti menimbrung di pembicaraan mereka setelah lebih banyak jadi pendengar. Dan sepertinya ia harus mendongeng setelah ini.
6/5/21
Jangan lupa vote, komen dan follow akun WP ini + IG @akudadodado yaaw. Thank you :) 🌟
KAMU SEDANG MEMBACA
Cooperative Love (FIN)
RomantikMay contain some mature convos & scenes. Farras percaya hidupnya akan baik-baik saja selama ia memiliki Kata, putrinya. Hidupnya penuh dengan kesibukan, mencoba menjadi sosok ibu yang tidak pernah dimilikinya, pekerjaan yang dicintainya serta berte...