Cooperative Love - 8 - Dægian 1/2

3.2K 557 204
                                    


Farras termenung sesaat. Kata mengucapkannya sangat mudah hingga ia sendiri lupa izin yang diberikannya saat mereka bercerai dulu. Javas tetap dapat menemui Kata. Ia juga mengetahui beberapa pertemuan mereka karena Kata yang bercerita. Awal-awal bocah itu menceritakannya dengan raut gembira, lambat laun ia semakin jarang mendengarnya, kemudian tidak pernah lagi. Seakan Kata memang mengedit pria itu dari cerita-ceritanya dan Farras tidak keberatan sama sekali.

Ia berdeham pelan, "Ada cerita apa?"

Bahu kecil Kata terangkat, wajahnya acuh tak acuh. "Gak ada cerita banyak, Ma. Cuma Papa ngajak pergi setelah pulang sekolah. Kita makan, Papa nanyain keseharianku dan apa aja yang terjadi selama gak ketemu seminggu. Gitu-gitu."

Satu kenyataan lagi menghantamnya. "Kata masih ketemu sama..." Farras kesusahan untuk meneruskan panggilannya pada Javas. "...papa kamu setiap minggu?"

Anggukkan kepala Kata mengkonfirmasi segalanya, "Kadang-kadang cuma lihatin aku latihan aja, sih. Habis itu nganterin pulang." jawabnya enteng. Padahal jantung Farras sudah seperti tabuhan genderang perang.

Satu hal yang Farras tahu, kesukaan Kata pada bela diri ditularkan oleh Javas. Pria itu kerap kali latihan di rumah atau membawanya ke dojo saat berlatih. Anak perempuan harus bisa bela diri, katanya dulu.

Bibir Farras kelu, rangkaian kata yang berada di otaknya untuk bertanya mengenai apa saja yang selama ini mereka lakukan tidak dapat keluar dari mulutnya. Tangan dan matanya masih berada di cangkir kopi. Tetapi pikirannya melayang, tidak berada di sini.

"Ma, ayo jalan. Aku nanti telat sekolah."

"Peralatan pertandingan kamu udah dibawa semua?" Tanyanya. Seingatnya, nanti sore Kata ada pertandingan. Putrinya itu terlihat gelisah. "Mama gak usah datang atau jemput gak apa."

Farras menyuarakan protesnya dengan keras, "Lho? Kok gitu, Ta? Kan biasanya juga Mama datang tiap pertandingan kamu." ia tidak pernah melewatkan kegiatan yang disukai Kata itu. Baginya, ada kepuasan tersendiri saat melihat Kata dapat melakukan hal disukainya sejak kecil dan itu dapat diberikan olehnya.

Kedua alis tebal Kata yang hampir menyatu dan kegusarannya membuat Farras kembali bertanya, "Kenapa memangnya? Ada yang gak boleh Mama tahu atau Mama lihat? Kamu bawa pacar ya?"

"Bukan gitu. Tapi...tapi Papa mau datang, katanya. Mau lihat." ujarnya. Kedua mata bening Kata menatapnya dengan ragu-ragu. "Papa juga anterin pulang kok, Ma. Jadi, Mama gak usah dateng gak apa-apa." imbuhnya cepat.

Farras mencebik. Menonton Kata adalah kegiatan mereka sejak putrinya itu memilih untuk mengikuti jejak Javas. Kalau pria itu memasukinya, kata 'mereka' tidak akan disandangnya lagi. Karena, jelas sekali Javas lebih paham akan hal itu sedangkan Farras hanya senang meneriaki putrinya dan mengatai lawannya yang berani menonjok Kata. Dengan umpatan pelan tentu saja.

Memori mengenai pertandingan pertama Kata terlintas di kepalanya, satu anak lelaki menonjoknya dengan telak dan mengakibatkan Farras mengeluarkan sumpah serapah yang jika masuk ke teve akan disensor sepenuhnya. Sehingga yang terdengar hanyalah bunyi tuuuuut yang sangat panjang. Dan berakhir dengan ia yang dikeluarkan dari tempat pertandingan. Kejadian empat tahun lalu, saat Kata memilih untuk mulai mendatangi satu dojo setelah perceraiannya.

"Ma?" Panggil Kata karena rupanya ia sibuk dengan pikirannya sendiri sehingga lupa dengan pembicaraan mereka. "Mama tetep dateng pokoknya. Gedung olahraga yang digunakan besar, Ta. Gak bakalan ketemu." ucapnya dengan tenang. Padahal ragu menyelip di kepalanya.

24/5/21

Yang mau baca cerita Rhea bisa ke Zero-Sum Love yaa, bisa ke shopee atau ke aplikasi lontara.app

Jangan lupa vote, komen dan follow akun WP ini + IG @akudadodado yaaw. Thank you :) 🌟

 Thank you :) 🌟

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Cooperative Love (FIN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang