Cooperative Love - 9 - Tam 2/2

3.3K 568 202
                                    



Farras bergerak gusar di ranjangnya. Pukul delapan kurang sepulih menit tetapi tidak ada tanda-tanda anaknya akan pulang. Kata tidak mengirim pesan atau pun telepon untuk mengabari keberadaannya. Pesan yang dikirimnya pun tidak kunjung dibaca.

Ponselnya yang melekat di tangan kanan seperti dilem berbunyi secara tiba-tiba. Tanpa pikir panjang ia mengangkat panggilan itu.

"Kata?" Panggilnya.

"Ras, pembalut apa ya yang bagus?" Tanya seorang pria balik. Farras menjauhkan ponsel dari telinganya untuk melihat nama yang tertera di sana. Tidak ada namanya, namun nomor itu dihapalnya di luar kepala. "Farras, pembalut yang bagus apa?" Ulang pria itu lagi, nadanya berbisik. Mendesaknya untuk segera menjawab.

"Ya mana aku tau yang bagus apa. Tanya sama yang suruh kamu beli." jawabnya sewot. Kesal karena mengangkat panggilan tidak penting, pertanyaan tidak penting dan dari orang yang sama tidak pentingnya.

"Kata gak tau mana yang bagus katanya. Ini ada macem-macem mereknya. Sayap apa juga? Memangnya bisa terbang?" Javas terdengar misuh-misuh sendiri sedangkan Farras masih harus memutar otaknya untuk memahami apa yang pria itu katakan. "Tunggu, ini Kata yang perlu pembalutnya?"

"Aku yang perlu. Ya iyalah dia. Masa aku nanya kamu pembalut, buat apaan?" katanya sewot. Farras dapat membayangkan Kata yang panik karena baru pertama kali datang bulan dan Javas yang berdiri di depan lorong pembalut sambil meneliti setiap merek satu persatu, ada guratan dalam di dahinya dan kedua tangan memegang pembalut dari merek yang berbeda. Dengan tatapan aneh dari orang-orang pastinya. Ia tidak tahu harus panik atau tertawa lebih dulu sekarang.

Dengan menahan tawa, Farras menyebutkan satu merek pembalut. "Cari yang ada sayapnya, beli yang standar sama beli yang buat malem juga. Buat malam itu lebih panjang." terdengar bunyi krasak-krusuk untuk sesaat. "Terus beli apa lagi? Itu perutnya sakit, katanya."

"Gak usah, aku punya di rumah. Itu aja dulu buat dipakai sekarang. Kata di mana?"

"Di toilet resto, aku balik dulu. Thank you." panggilan kemudian dimatikan.

Niatannya menghubungi Kata ditahan karena ia lebih ingin mendengar secara langsung cerita dari anaknya itu. Ia menunggu dengan ponsel di tangan, kedua kakinya bergerak terus ke sana ke mari seakan dapat membantu Kata tiba di rumah lebih cepat.

Suara pagar yang berdecit membuatnya bangun dengan kilat. Mengintip dari balik tirai untuk melihat siapa yang membuka pagar.

Ia bernapas lega saat melihat Kata yang berjalan masuk dengan wajah berbinar, di sebelahnya ada Javas yang mengacak rambut putrinya. Mereka terlibat percakapan seru yang tidak dapat didengar olehnya. Kata akan menjadi sangat cerewet saat berada di sekitar Javas, sedangkan pria itu akan mendengarkannya dengan perhatian penuh. Tidak ada satu pun kata yang dilewatkannya. Akhirnya, Javas mengecup puncak kepala Kata dan memasuki mobil yang terparkir di depan pagar.

Begitu suara pintu depan terbuka terdengar di telinganya, Farras langsung berlari keluar kamar dan menunggu putrinya di ruang tengah, berpura-pura menonton teve yang memang sudah menyala dari tadi tapi tidak diperhatikannya.

Kata yang menampilkan raut berseri-seri sangat jarang dilihatnya. Biasanya raut putrinya itu hanya kesal, sebal dan bosan. Atau perpaduan ketiganya secara bersamaan. Tas besar yang berisikan peralatan olah raganya sudah tergeletak di lantai, bersamaan dengan tas sekolahnya. Dogi yang dilihatnya tadi sudah digantikan dengan kaosnya serta celana pendek yang tidak pernah dilihat sebelumnya. Kebesaran untuk ukuran Kata.

27/5/21

Gemetz bayangin Jav milihin pembalut buat Kata 😂

Rhea-Anu Zero-Sum Love bisa dibaca di Lontara.app atau beli di shopee ya man teman.

Jangan lupa vote, komen dan follow akun WP ini + IG @akudadodado yaaw. Thank you :) 🌟

 Thank you :) 🌟

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Cooperative Love (FIN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang