"Ta, gimana Om Leo?" Farras menanyakan apa yang ada di kepalanya selama melihat interaksi Leo dan juga Kata selama makan siang tadi. Anak gadisnya itu menoleh ke arahnya. Mereka sama-sama dalam posisi telentang di ranjang, di kamar hotel yang mereka tempati bersama. "Gimana apanya?"
"Ya, kamu suka atau enggak?" Kedua alis Kata hampir menyatu saat mendengar pertanyaannya. Kali ini, anak gadisnya itu menggunakan kedua sikunya sebagai tumpuan tubuh agar punggungnya tidak menyentuh ranjang, dengan tujuan agar dapat mempelajari ekspresinya. "Tumben nanya gini. Mama serius sama Om Leo?"
Ia tertawa, tangan kirinya menyapu ekspresi serius di wajah Kata dengan sekali usapan. "Anak kecil, tahu apa kamu soal serius?" candanya yang membuat Kata merengus. "Okay, okay. Mama gak bilang kamu anak kecil lagi." lanjutnya di antara kekehan.
"Jadi?" Tuntut Kata. Dari binar matanya yang tampak serius, Farras tahu topik pembicaraan ini tidak akan berhenti sampai Kata mendengar jawabannya dan merasa puas.
"Gak tahu, Ta. Cuma dia yang bersikukuh mau kenalan sama kamu, biarpun mama udah nolak berkali-kali."
"Kenapa Mama nolakin yang mau kenalan sama aku?"
Lagi-lagi ia tertawa, "Kamu gak perlu temenan sama Om-om itu, Ta." dan kembali alis Kata menyatu, "Berarti Om Leo bakalan serius?"
Farras kini duduk, menghadap putrinya yang juga mengikutinya. "Kalau maksud Kata itu pernikahan, kayaknya enggak." ia dapat melihat Kata mengembuskan napas lega saat mendengar ucapannya. "Tapi, bukan berarti Mama bakalan balik sama Papa."
Ia dapat melihat gurat kekecewaan memenuhi wajah Kata, lagi-lagi ia menjatuhkan Kata dari pelukan harapan. "I know, some things are better left broken." bisik putrinya sendu. Kata mengutip ucapan yang sering diulangnya jika Kata bertanya mengenai kenapa mereka bercerai dulu. Membuat rasa bersalah menyesaki setiap jengkal dadanya, menyisakan rasa sesak yang tidak dapat dibendung. "I like him, tho." imbuh Kata, mengalihkannya dari rasa bersalah yang membumbung tinggi.
Farras menarik kedua sudut bibirnya, "Karena Om Leo beliin kamu robot Gundam?"
Kata memberikan cengiran lebar hingga giginya yang rapi terlihat, "Itu alasan utamanya. Thank God dia gak bawain boneka atau barbie." ujar anaknya sambil bergidik membuatnya tertawa. "Aku harus kasih Om Leo nilai tambah buat usahanya."
"Okay, little assessor, sekarang ganti bajumu sebelum Aksa menggedor pintu dengan bar-bar dan ganggu penghuni kamar lain."
"I love you to death, Ma."
Kata langsung mengambil baju renangnya dan menggantinya di kamar mandi. Meninggalkannya tercenung mendengarkan kalimat itu, tetapi dari orang yang berbeda.
Mereka memang berencana untuk berenang sore ini. Kata siap di depan pintu kamar mereka sebelum Aksa berkesempatan menggedor pintu dengan ban besar yang melingkari tangan kirinya. "Gue bawa mereka ke kolam, lo kalau mau istirahat dulu gak apa-apa." Nadira keluar dari kamarnya dengan Himeka di gendongan. Bocah berambut keriwil itu sudah menggunakan one pice swimwear berwarna pink dengan motif bunga-bunga. Pakaian itu membuat tubuh gembilnya semakin terpampang nyata dan kini para remaja tanggung itu sudah mengerubutinya bagai semut dengan gula. Kata mendapatkan kesempatan untuk menggendong Himeka lebih dulu dan mereka sudah berjalan jauh di depan mereka.
"Lo yakin bawa tiga anak? Yang lainnya ke mana?"
"Rhea lagi sama Anu, terus Dam-dam lagi istirahat. Pegel katanya pinggangnya." penjelasan Nadira membuatnya mendengkus. Dengan usil ia menggedor kamar Rhea dan berteriak, "Razia pasangan mesum yang belum nikah!" lalu kabur dari lokasi sebelum Rhea keluar dan menyambitnya dengan sendal.
Nadira mengikutinya di belakang sambil terengah-engah, namun sejurus kemudian tawa mereka meledak. "Lo emang gila, Ras. Siap-siap kena judesnya dia nanti." sisa tawa masih ada di antara mereka hingga susah untuk berbicara tanpa kekehan yang keluar.
"Si Anu nginep juga?"
"Gue sih gak pesen kamar buat dia. Udah nanya ke Rhea juga sebelumnya, kata dia Anu palingan pulang dan jemput besoknya." Nadira mengucapkan terima kasih pada petugas yang memberikannya lima handuk, satu diberikan padanya sedangkan empat lainnya dibawa sendiri oleh Nadira.
Mereka berdua membentangkan handuk di atas pool lounger chair yang berada di tengah-tengah kolam renang, agar mudah melihat Kata yang asyik berenang bolak-balik di kolam dewasa dan juga Aksa yang kini bermain dengan Himeka di kolam anak-anak.
"Kata gimana sama Leo?" Nadira bertanya begitu mereka menyamankan posisi masing-masing. "Dia bilang okay, karena dikasih Gundam." jawabnya dengan kekehan yang mengular pada Nadira.
"Kata dewasa banget ya, Ras." gumam Nadira. "Dia cuma tumbuh gede di badan doang, Nadi. Pemikirannya masih sama, cuma kebanyakan dipendam aja. Terkadang itu yang bikin gue stres banget malah. Gue gak tahu apa dia setuju atau gak sebenarnya, Kata lebih banyak ngalah."
"She loves you." ia tertawa mendengar ucapan Nadira, "Kenapa?"
"Dia baru bilang itu tadi. Katanya she loves me to death."
"Terus bagian lucunya di mana?"
Ia memberikan senyum tipis lada Nadira yang menatapnya heran, "Just remind me of old time." Dan hanya dengan kalimat itu Nadira membalas senyumnya. "Like father, like daughter."
30/7/21
Wkwkwkw Farras minta disambit pisau emang
Jangan lupa vote, komen dan follow akun WP ini + IG @akudadodado yaaw. Thank you :) 🌟
KAMU SEDANG MEMBACA
Cooperative Love (FIN)
Roman d'amourMay contain some mature convos & scenes. Farras percaya hidupnya akan baik-baik saja selama ia memiliki Kata, putrinya. Hidupnya penuh dengan kesibukan, mencoba menjadi sosok ibu yang tidak pernah dimilikinya, pekerjaan yang dicintainya serta berte...