Farras merebahkan diri di sofa rumahnya, ia sudah mengabari Kata bahwa pertemuannya dengan teman-temannya akan berada di rumah mereka sehingga Aksa dan putrinya itu bisa langsung pulang.
Berbeda dari rencana awal merekat, tapi tak masalah. Rumahnya cukup untuk memuat mereka semua jika menginap. Dua kamar di lantai dua praktis jarang digunakan olehnya dan juga Kata yang lebih memilih tidur di lantai satu.
Pembagian paling mudah adalah ia tidur dengan Kata, Damayanti tidur di kamar Kata, Aksa dengan Rhea dan Himeka serta Nadira bisa tidur di kamar lantai dua.
"Non, mau Bibi siapin makanan kapan?" tanya Bibi yang sudah bekerja dua tahun belakangan ini padanya. Jangan tanya bagaimana senangnya ia saat memiliki Asisten Rumah Tangga yang bertahan lebih dari satu tahun hingga hari ini. Mencari ART lebih susah dari mencari jodoh. Sungguh. Dramanya tidak kalah menyayat hati dan berlinang air mata juga.
"Makanan yang aku beli udah datang ya, Bi?" tanyanya yang diganjar anggukan. Farras melirik jam di ponselnya, pukul tujuh dan sebentar lagi pasti mereka akan datang dengan perut kelaparan. "Tolong siapin di meja aja, Bi. Kata dan Aksa di mana?"
Bibi yang sudah berusia lanjut dan bertubuh berisi itu tampak berpikir, "Tadi bilang ke Bibi kalau mereka mau main sepeda di taman, Non." jawabnya.
"Jam tujuh dan belum pulang? Aku hubungin Mang Udin deh supaya dilihatin dan disuruh pulang." katanya menyebut nama salah seorang satpam yang menjaga komplek ya g dihuninya. Tinggal lama di sana membuatnya kenal dengan banyak orang, terutama yang menjaga keamanan sekitar.
"Eh, bibi aja yang hubungin, Non. Non, bersih-bersih aja." Bibinya dengan gesit memegang ponsel yang tergantung di lehernya dengan seutas lanyard. Senyum mengembang lebar di bibir wanita tua itu dengan mata yang berkilat senang. Farras melongo selama beberapa detik lalu tersadar apa yang terjadi di sini. "Bibi suka sama Mang Udin? Sejak kapan?" Ia berdiri lalu menggoda bibinya yang kini tersenyum malu-malu dengan kepala tertunduk.
Bibinya itu hanya mengatakan tidak lalu berlalu ke dapur dengan buru-buru. Farras tertawa dengan kencang dan sedikit merasa iri karena wanita tua itu masih memiliki kesempatan dimabuk kepayang dengan seorang pria yang berstatus sama dengannya. Sama-sama janda dan duda. Setahunya keduanya sama-sama ditinggal mati.
Matanya melirik ke arah dapur dan menemukan senyuman masih berada di bibir Bibi saat kedua tangannya lincah bermain di layar ponselnya. Ok, kali ini irinya tidak hanya sedikit, tetapi sangat banyak. Dengan gerutuan Farras melenggang memasuki kamar mandi yang berada di dalam kamarnya. Membersihkan tubuh lalu mengenakan baju rumahannya. Kaos dan celana superpendek. Kapan lagi ia bisa bersantai jika bukan di rumahnya sendiri?
Ketika ia keluar kamar, meja makan yang terbuat dari kayu besar berwarna cokelat tua sudah terisi dengan makanan-makanan yang dipesannya tadi sore. Seluruh makanan kesukaan para sahabat dan juga anak-anak itu tersaji di sana. Dan dua anak kecil sudah duduk di meja makan, menyomoti apa pun yang dapat mereka ambil dan memasukkan ke dalam mulut mereka.
Rambut pendek Kata terlihat berantakan dan sangat lepek, menempel di sekeliling wajahnya. Tidak jauh berbeda dengan Aksa. "Kalian mandi dulu baru nyomot makanan dong." ia memukul kedua tangan bocah itu dengan pelan saat mereka berupaya mengambil makanan lagi. Aksa memberikan cengiran lebar, "Aku laper, Tante. Tadi Kata ngelatih karate terus ajak main sepeda!" Katanya dengan bersemangat. Farras tidak mengerti baterai apa yang dimiliki oleh anak-anak sehingga tidak ada habisnya. Atau pakai solar panel? Makanya mereka suka berada di bawah matahari.
"Mandi dulu, Aksa. Nanti makan lagi setelah bersih-bersih. Kaos dan celana Kata bisa kamu minta sama Bibi, ada celana dalam disposable juga. Sana-sana, mami kamu sebentar lagi datang." ia mendorong bocah itu ke tangga menuju lantai dua agar dapat mandi di sana, saat Aksa sudah menghilang di ujung tangga, ia tidak menemukan Kata lagi di meja makan. Mungkin sudah masuk kamar mandi, pikirnya.
3/5/21
Covernya mereka baru nii, sudah lihat belum?
Jangan lupa vote, komen dan follow akun WP ini + IG @akudadodado yaaw. Thank you :) 🌟
KAMU SEDANG MEMBACA
Cooperative Love (FIN)
RomanceMay contain some mature convos & scenes. Farras percaya hidupnya akan baik-baik saja selama ia memiliki Kata, putrinya. Hidupnya penuh dengan kesibukan, mencoba menjadi sosok ibu yang tidak pernah dimilikinya, pekerjaan yang dicintainya serta berte...