Cooperative Love - 9 - Tam 1/2

3.2K 604 202
                                    

Farras mendengkus mendengar apa yang diucapkan oleh mantan suaminya itu. Gak tau aja dia bagaimana Farras sudah merasa sial kadena ketemu dengan pria itu, padahal ia sudah sengaja menjauh.

"Kecuali kamu memang takut buat ketemu aku. Tuh, tempat duduk di sana kosong." lanjutnya cepat. Javas menunjuk dengan dagunya ke bagian lain dari kursi penonton yang kosong. Seumur-umurnya ia paling tidak kalah dari orang yang tidak disukanya. Coret kata-kata barusan, yang tepat adalah orang yang dibencinya. Dengan keras kepala, Farras duduk di tempat yang sama, meski agak bergeser menjauh dari pria itu sedikit.

Ekor matanya dapat menangkap Javas yang tersenyum kecil sambil menundukkan kepala, sebelah tangan yang menggaruk keningnya. Sedangkan Farras merasa kesal karena harus berada di dekat pria itu, namun tidak mau juga terlihat seperti apa yang diucapkan oleh Javas.

"Lama gak ketemu ya, Ras. Ada tiga tahun kayaknya, ya?" Javas menyenderkan bahunya pada kursi penonton. Ia menoleh tanpa disadarinya. Lengan kemejanya sudah terlipat hingga ke siku. Memperlihatkan armband tattoo di lengan sebelah kanan. Ada dua garis. Bagian atas lebih tebal dibandingkan dengan yang bagian bawah yang hanya satu haris kecil, tetapi terdapat detak jantungnya di tengah-tengah garis itu. Tato lama yang dibuat Javas sebelum mereka menikah. Di lengan sebelah kirinya terdapat nama Kata di pergelangannya. Tulisan tangan putrinya saat pertama kali dapat menulis yang dijadikan tato oleh Javas.

Buru-buru Farras mengalihkan pandangannya. Kembali ke arena pertandingan padahal tidak ada Kata di sana. "empat tahun." enam bulan dan perlu disebutkan juga berapa harinya? Lanjutnya dalam hati. Karena, ia dapat dengan lancar menyebutkan angkanya.

"Feels like forever." kata pria itu dengan pelan. Ya, feels like forever, ulangnya tanpa kata. And forever is too damn long, bisiknya dalam hati.

Tidak ada yang berbicara, membiarkan jeda untuk masing-masing dapat berpikir. Farras sibuk dengan potongan-potongan kenangan yang diputar di kepalanya. Alasan-alasan perceraian yang lebih banyak yang muncul ketimbang kenangan manis bersama pria itu. Membuat tubuhnya bergidik tanpa disadari. Membuatnya mengingat alasan perceraian mereka dan kenapa ia dulu yakin akan keputusannya. Meskipun memang tidak ada hari yang dilaluinya tanpa tangisan hingga tertidur. "Aku pulang dulu." ujarnya tiba-tiba. "Kamu yang antar Kata pulang atau dia pulang sama aku?" Lanjutnya cepat. Keinginannya untuk kabur dari hadapan pria itu tiba-tiba melonjak. Bahkan menghirup oksigen di tempat yang sama saja membuatnya malas.

"Kata sama aku aja. Kamu bisa pulang dan istirahat. Aku masih harus ngobrolin soal kumite hari ini juga sama dia." Javas menganggukkan kepala sebagai tanda hormat kepada salah seorang pelatih Kata yang melihatnya dari arena. Farras tidak heran jika banyak orang di ruangan ini yang mengenal Javas. Pria itu memang sudah lama berkecimpung di bela diri.

"Jam sembilan malam dia harus tidur." ingatnya pada pria itu. Javas menganggukkan kepala, "Aku tau, Ras. Aku tau jam malamnya Kata. Jam delapan dia sudah di rumah dan kalian bisa mommy-daughter time sebelum tidur. Like  old days. Tujuh tahun gak bikin aku lupa kebiasaan kalian." katanya dengan tenang. Matanya menatap lurus pada Farras. Hanya sesaat hingga ia mengalihkan pandangan dan berjalan keluar dari gedung olah raga itu.

26/5/21

Om Jav bertato~~~

Jangan lupa vote, komen dan follow akun WP ini + IG @akudadodado yaaw. Thank you :) 🌟

 Thank you :) 🌟

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Cooperative Love (FIN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang